Mitos Liwetan Untuk Melindungi Ibu Hamil Saat Ada Gerhana
Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 26 Dec 2019Liwetan saat ada gerhana - Image from www.merdeka.com
"Ada gerhana, cepet kamu bikin nasi liwet, nanti bayimu kenapa-napa"
Mitos saat gerhana datang buto ijo yang memangsa janin para wanita hamil. Mitos ini dipercaya oleh masyarakat Jawa. Yang mengharuskan ibu hamil mengadakan tasyakuran liwetan agar anak selamat saat melahirkan nanti, benar gak ya?
Mitos datangnya buto ijo (makhluk gaib raksasa) yang akan memangsa janin para perempuan hamil saat terjadi gerhana matahari masih melekat di sebagian masyarakat Jawa.
Saat gerhana terjadi, para perempuan hamil pun biasa menggelar tradisi liwetan (menanak nasi) yang dipercaya bisa mengusir buto ijo.
Liwetan bagi orang hamil saat gerhana bulan masih tetap dipercaya sebagian masyarakat.
Hingga akhirnya, waktu itu tiba satu keluarga yang ada orang hamil tersebut saling bahu membahu mengeluarkan kelengkapan ritualnya ke halaman rumah.
Tak seperti liwetan kebanyakan orang melekan, uniknya di halaman rumah tersebut terlihat disiapkan tempat tidur berukuran kecil.
Kompor dari tanah mulai dihidupkan. Di atasnya sebuah panci siap menyambut jilatan api kompor. Liwetan mulai berlangsung.
Sambil menunggu waktu menyantap hidangan, satu per satu prosesi ritual atau tradisi dimulai.
https://news.detik.com/berita/d-3160916/tradisi-liwetan-di-mojokerto-lindungi-perempuan-hamil-saat-gerhana - Image from news.detik.com
Penyebab terjadinya gerhana bulan berlangsung sangat ilmiah, bukan karena bulan dimakan raksasa sebagaimana dijelaskan dalam cerita tutur masyarakat adat dalam tradisi.
Dulu, fenomena gerhana sangat menakutkan. Penduduk tidak ada yang berani keluar rumah.
Bahkan, pepohonan ikut dibangunkan agar tidak terkena dampak gerhana. Begitu juga ibu hamil juga harus dilakukan selamatan, bancaan atau ritual khusus agar si jabang bayi selamat.
Namun, sekarang peristiwa gerhana bukan lagi hal yang ditakuti. Bahkan, sebagian orang nekat untuk mengabadikan gambar gerhana dengan kamera kemudian diunggahnya ke media sosial.
Gerhana bulan pun malah dijadikan sebagai wisata sains. Di beberapa tempat, termasuk stasiun televisi biasanya menyiarkan fenomena alam tersebut.
Baca Juga:
- Ini yang Dilakukan Rasulullah Saat Terjadi Gerhana
- MasyaAllah, Ternyata Gerhana Matahari Cincin Juga Pernah Terjadi di Masa Rasulullah
Karena itu, perempuan hamil disarankan untuk tetap beraktivitas seperti biasanya, tidak harus merasa takut. Hanya saja, beraktivitas di rumah untuk beristirahat lebih dianjurkan.
Menurut Islam, umat Muslim termasuk ibu hamil disarankan untuk melakukan sholat gerhana, lalu mohon perlindungan dan ampunan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari no. 1047)
Dzikir dengan istighfar (memohon ampun) juga dianjurkan. Menyerukan takbir (Allahuakbar) pun menjadi sunah sebagai ungkapan takjub kita kepada fenomena alam yang menjadi ciptaan Tuhan.
Jika munculnya gerhana ditafsirkan sebagai tanda-tanda akan datangnya musibah atau bencana, kamu dianjurkan untuk memperbanyak sedekah sehingga akan terhindar dari bencana.
Ikut tradisi juga tidak masalah bagi ibu hamil. Cukup melihat di televisi atau berita, jangan melihat langsung ya. Bukan masalah apa-apa, tapi khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.