6 Dampak Buruk Memarahi Anak

Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 04 Dec 2019

6 Dampak Buruk Memarahi Anak

Anak bisa jadi depresi hingga bunuh diri - Image from School of Parenting

Hati-hati menasehati anak, jangan pakai marah-marah. Solusinya di akhir artikel.

Sudah banyak contohnya anak lari dari rumah, atau depresi, malah jadi pemalas, prestasi turun hingga ada yang bunuh diri.

Fakta masalah keluarga antara orang tua dan anak sering kali muncul di banyak media sosial  ...

Orang tua suka cerewet atau mengkritik secara berlebihan kadang-kadang anak sering kali berbuat salah seperti main hingga lupa waktu, tidak membereskan kamar tidur, atau mandi hujan tanpa izin.

Sebagai orang tua cerewet dan memarahi boleh saja dilakukan, namun jangan sampai berlebihan dalam mengingatkan atau memarahinya.

Penelitian dokter menunjukkan bahwa perkembangan emosional dan kesehatan mental anak bisa terganggu bila orangtua sering mengkritik anak atau cerewet, apalagi secara berlebihan.

Oleh karena itu ada beberapa penjelasan yang bisa anda renungkan mulai sekarang, wajibbaca.com memberikan penjelasan tentang emosional berlebih anak dapat mengganggu mental mereka :

Baca Juga :

Penelitian Dokter Tentang Emosi Orang Tua Terhadap Anaknya

Sebuah studi yang dilakukan telah banyak dilakukan dan sudah mengamati 87 anak dan orangtuanya untuk mengetahui bagaimana reaksi anak saat mereka dikritik oleh orangtuanya yang cerewet dan bawel.
Para orangtua diminta untuk memberi kritikan pada anak selama 5 menit. Kemudian, anak-anak diminta untuk menyebutkan emosi mana saja yang ia kenali dari ekspresi orang tuanya saat sedang cerewet.

Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang terlalu sering mendapat kritikan pedas malah tidak begitu peka dalam menilai ekspresi wajah orangtuanya.

Fenomena ini disebut dengan bias perhatian, yaitu kecenderungan untuk memperhatikan beberapa hal sambil mengabaikan yang lain.

Semakin banyak anak mendapat kritikan, anak semakin ingin mengabaikannya.

Ibarat orang jawa mengatakan "mlebu kuping tengen, metu kuping kiyo".

Baca Juga : 

Dampak Emosi Orang Tua Terhadap Anaknya 

6 Dampak Buruk Memarahi Anak

Dampak Emosi Orang Tua ke Anaknya - Image from gayahidup.republika.co.id

Bahayanya, bias perhatian bisa mengakibatkan gangguan emosional dan juga mental
Pola asuh anak seperti ini menurut salah satu penelitian mungkin saja membuat anak jera.

Namun, bisa juga membuat anak terkena gangguan kecemasan. Sederhananya seperti ini, tidak ada orang yang suka dikritik dan disalahkan.

Apalagi dengan nada tinggi dan ekspresi wajah orangtua yang galak serta gestur tubuh dapat membuat anak semakin takut

Begitu juga dengan anak-anak. Perasaan dikritik habis-habisan tentu sungguh tidak mengenakkan dapat membuat psikisnya menjadi down.

Biasanya anak-anakl lebih memilih untuk memusatkan perhatian pada hal lain, misalnya menunduk dan menatap kakinya sendiri.

Dengan begitu, mereka tidak perlu merasakan betapa sakit dan malunya dikritik habis-habisan oleh orangtua.

Hal ini akan berpengaruh dengan kecemasan emosional anak, serta gangguan mental yang akan selalu ia bawa sampai dewasa.

Baca Juga :

Lalu Bagaimana Cara yang Aman Untuk Memarahi Anak Secara Baik

Lantas, bagaimana cara orangtua untuk mengawasi perilakunya ?

Anda perlu tahu bila setiap orang pasti pernah berbuat salah, apalagi anak-anak yang masih dalam tahap belajar.

Walaupun tingkah anak sering membuat Anda mengelus dada, bukan berarti setiap tindakannya perlu diberi kritikan.

Apalagi mengkritiknya secara berlebihan, misalnya dengan suara yang keras atau kata-kata yang kasar bahkan lakukan kekerasan fisik sangat tidak dianjurkan.

Bicaralah dengan apa yang bisa di fahami anak. Pilih kata-kata baik yang tidak menyakiti hati anak.

Coba kasih pujian apa yang dia buat agar dia merasa bahwa di hargai setiap yang di buat.

Dengan demikian, anak-anak akan lebih tenang dan lebih memberikan perhatian pada ucapan Anda.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk orang tua agar dapat mendidik anak secara baik. Terimakasih.

6 Dampak Buruk Memarahi Anak

Dampak Emosi Orang Tua ke Anaknya - Image from konsultasipsikiater.com

SHARE ARTIKEL