Misteri `Pembuang` Limbah Radioaktif, yang Bisa Tingkatkan Risiko Kanker
Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 18 Feb 2020Image from detik.com
Bahaya limbah radioaktif yang cemari Tangerang Selatan
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Bapeten) masih mengidentifikasi soal temuan limbah radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan. Limbah radioaktif sangat berbahaya bagi kesehatan paparan internal lewat pernafasan ini dapat meningkatkan resiko kanker
Bapeten belum bisa mengetahui apa limbah radioaktif tersebut sengaja dibuang oleh seseorang atau ada kemungkinan lain. Upaya investigasi pun dilakukan, termasuk melibatkan aparat kepolisian.
Adanya limbah radioaktif ini juga diyakini bukan berasal dari kebocoran fasilitas nuklir yang ada di Serpong. Fasilitas nuklir di Serpong dinyatakan aman. Tak ada kebocoran.
Hari ini, limbah radioaktif tersebut mulai diangkut ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif di Serpong Tangerang. Diperkirakan total akan ada 100 drum tanah mengandung radioaktif yang dicek.
Kepala Bagian Komunikasi Publik dan Protokol Bapeten Abdul Qohhar mengatakan, sebagian tanah yang terkontaminasi zat radioaktif telah diangkut. Dia menjelaskan Bapeten akan bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) untuk melakukan proses identifikasi dari tanah yang sudah diambil itu.
Image from detik.com
"Jadi seperti kita, sidik jari. Itu zat radioaktif itu juga ada 'sidik jari'-nya masing-masing. Mudah-mudahan karena kan yang kemarin kami temukan serpihan-serpihan (dari tanah yang telah diangkut)," kata Abdul di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangsel, Minggu (16/2/2020).
Dia mengatakan, tak banyak yang menggunakan Cs 137, jenis unsur radioaktif yang ditemukan di Batan Indah. Pengguna Cs 137 akan tercatat di Batan atau di Bapeten. Bapeten akan melakukan pengecekan dan pendataan ke seluruh pengolah yang memakai unsur Cs 137 di seluruh Indonesia.
Baca Juga:
- Bukti Terjadinya Virus Corona Sudah Tertulis di Al-Quran dan Hadist Rasulullah
- Aksi Heroik Ayah Selamatkan Anak dari Sambaran Kereta Mendadak Viral
Abdul menjelaskan pengecekan dilakukan untuk melihat bagaimana suatu industri memakai unsur Cs 137. Menurutnya, Cs 137 yang sudah tidak digunakan wajib dilimbahkan ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Batan.
"Nanti akan kami cek ke teman di Batan. Sumber (Cs 137) ini sudah habis, benar nggak ada di tempat Anda. Kami tahu Cs 137 itu 30 tahun ya. Seperti yang sudah banyak diketahui teman-teman, waktu paruhnya 30 (tahun). Artinya, kekuatannya akan menjadi setengahnya setiap 30 tahun berikutnya," kata dia.
Apakah Cesium 137 atau radioaktif berbahaya?
Tergantung intensitasnya. Paparan eksternal dalam jumlah besar bisa memicu luka bakar, penyakit radiasi akut, dan bahkan kematian.
Paparan Cesium 137 bisa meningkatkan risiko kanker karena radiasi gamma yang dihasilkan.
Paparan internal lewat pernapasan misalnya, menyebabkan material radioaktif terdistribusi ke dalam jaringan lunak, terutama otot.
Jaringan yang terkontaminasi akan terpapar partikel beta dan radiasi gamma, sehingga risiko kanker meningkat.
Image from detik.com
"Kami melihat dari data pengguna, kemudian kami melihat yang masih aktif siapa, yang sudah melimbahkan siapa. Artinya, mungkin akan kami cek juga ke teman-teman Batan," ucap Abdul.
Selain itu, lanjutnya, Bapeten bekerja sama dengan polisi untuk melakukan identifikasi. Identifikasi dilakukan untuk mencari apakah ada unsur kesengajaan atau tidak.
"Dari kepolisian beda lagi. Jadi akan kami combine bersama. Mudah-mudahan investigasi ini akan memperoleh hasil. Kalau memang tadi yang disampaikan ini karena unsur kesengajaan, misalkan, siapa pelakunya itu bisa ketemu," pungkas dia.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Yusri Yunus mengatakan, pihak kepolisian akan menyelidiki hal tersebut.
"Kalau tugas kami iya, pengamanan iya. Ya kita juga pasti akan lidik. Tapi unsur ke sananya (dugaan unsur kesengajaan atau tidak), belum ada lah. Masih terlalu jauh lah," kata Yusri.