Fakta-fakta Unicorn, Istilah Asing yang Banyak Diperbincangkan Pasca Debat Capres

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 18 Feb 2019

Ilustrasi (tribunnews.com)

Mungkin Anda masih asing dengan istilah UNICORN.

Namun Anda juga harus tahu apa itu Unicorn, dan manfaatnya bagi masyarakat di era digital.

Pasca debat Capres tadi malam Minggu (17/2/2019), istilah Unicorn kini banyak dicari dan diperbicangkan orang.

Istilah unicorn yang menjadi salah satu bahasan di debat kedua calon presiden mungkin masih asing bagi sebagian orang. Namun, sebenarnya keberadaan unicorn punya manfaat yang tak bisa dibilang kecil.

Apa itu Unicorn dalam 'Dunia' bisnis?


Kompas.com

Unicorn merupakan istilah yang sangat familiar di dunia perusahaan rintisan atau startup. Istilah unicorn digunakan untuk mendeskripsikan perusahaan privat yang telah mengantongi valuasi lebih dari US$1 miliar.

Istilah unicorn di dunia startup pertama kali diperkenalkan oleh pemodal kapital Aileen Lee pada tahun 2013. Lee menggunakan istilah unicorn untuk mendefinisikan perusahaan teknologi yang dinilai memiliki ide dan solusi tak biasa dengan valuasi lebih dari US$1 miliar.

Valuasi startup merupakan nilai ekonomi dari bisnis yang digeluti suatu perusahaan rintisan. Valuasi biasanya dijadikan acuan untuk mengukur seberapa besar potensi bisnis sebuah perusahaan.

Mengutip Tech In Asia, penghitungan valuasi startup dan perusahaan konvensional sebenarnya tidak jauh berbeda.

Valuasi perusahaan konvensional mempertimbangkan beberapa aspek termasuk nilai perusahaan di bursa saham, nilai dari jenis saham lain yang dimiliki perusahaan, utang perusahaan, dan uang tunai yang dimiliki perusahaan.

Sementara bagi startup yang sejak tahap awal berdiri bisnis belum mendapat pemasukan atau keuntungan. Pendiri perusahaan atau calon investor akan mempertimbangkan aspek-aspek seperti jumlah dan nominal transaksi, jumlah pengguna, teknologi produk, kualitas tim, dan kompetitor.

Perusahaan yang mengantongi status unicorn berdasarkan penilaian yang dikembangkan oleh pemodal ventura dan investor yang berpartisipasi dalam putaran pendanaan.

Semua unicorn sejatinya adalah startup, hanya nilainya dinilai berdasarkan potensi pertumbuhan dan perkembangan bisnis.

Mengutip laporan Corporate Finance Institute (CFI), penilaian untuk dicap sebagai unicorn tidak ada kaitannya dengan kinerja keuangan masing-masing perusahaan atau data fundamental lainnya.

Perlu dicatat tidak sedikit perusahaan teknologi dunia yang sudah mengantongi status unicorn namun belum menghasilkan keuntungan.

Untuk mengantongi status unicorn merupakan proses yang melibatkan berbagai pertimbangan dari banyak faktor. Termasuk perkiraan pertumbuhan bisnis satu perusahaan dalam jangka panjang.

Di samping itu, pemodal kapital dan investor kerap mempertimbagkan aspek rumit lainnya termasuk soal keberlangsungan satu model bisnis. Terlebih jika satu bisnis menjadi perusahaan pertama di suatu industri yang membuat proses penilaian menjadi semakin kompleks.

Berdasarkan riset CB Insight, hingga Januari 2019 ada lebih dari 300 unicorn di seluruh dunia. Beberapa unicorn bahkan sudah 'naik kelas' dengan mengantongi status sebagai decacorn (valuasi US$10 miliar) dan hectocorn (valuasi US$100 miliar).

Kelima perusahaan dengan valuasi tertinggi di dunia menurut CB Insight yakni Toutiao atau Bytedance (US$75 miliar), Uber (US$72 miliar), Didi Chuxing (US$56 miliar), WeWork (US$47 miliar), dan Airbnb (US$29,3 miliar).

Sementara di Asia Tenggara sejauh ini ada tujuh unicorn dengan empat diantaranya berasal dari Indonesia. Keempat startup unicorn tersebut antara lain Bukalapak, Gojek, Traveloka, dan Tokopedia.

Fakta-fakta UNICORN, dan pentingnya bagi masyarakat di era digital


Sulselsatu

Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka adalah empat unicorn asal Indonesia yang kehadirannya penting di era digital saat ini.

Dilansir dari kompas.com, keberadaan unicorn tak hanya menguntungkan secara bisnis, tapi juga memberikan manfaat kepada masyarakat, diantaranya:

1. Ciptakan Lapangan Kerja

Go-Jek, misalnya, membuka lapangan pekerjaan driver. Saat ini jumlah driver Go-Jek sudah mencapai 1 juta orang.

Begitu pun dengan Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Kehadiran mereka memunculkan pelaku-pelaku usaha baru sebagai mitra bisnis.

"Dalam sembilan tahun terakhir ada 5 juta orang yang bergabung dengan Tokopedia, membangun dan mengembangkan bisnis mereka," kata CEO Tokopedia William Tanuwijaya dalam acara DBS Asian Insight Conference di Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Baca Juga:



2. Bantu UMKM

Manfaat unicorn di Indonesia juga dirasakan oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Teknologi yang dimiliki Tokopedia dan Bukalapak, misalnya, menjembatani produk UMKM dengan para konsumen.

Melalui e-commerce, konsumen bisa membeli produk UMKM yang diinginkan di mana pun berada.

Begitu pun dengan Go-Jek melalui layanan Go-Food. Konsumen bisa memesan makanan dari warung atau toko makanan UMKM hanya melalui aplikasi ponsel.

3. Suntikan Triliunan Rupiah

Para unicorn Indonesia memiliki daya tarik yang seksi dari sisi bisnis jangan panjang. Hal ini membuat para investor tak segan menyuntikkan dana segar triliuan rupiah.

Tokopedia, misalnya, mendapatkan suntikan 1,1 miliar dollar AS atau setara Rp 16 triliun pada Desember 2018. Dana itu berasal dari SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group.

Begitu pula dengan Go-Jek, belum lama ini mendapat pendanaan seri F dari Google, JD, Tencent, Mitsubishi Corporation, dan Provident Capital.

Berdasarkan laporan yang dipublikasikan TechCrunch, nilai investasi yang diterima Go-Jek pada seri F ini mencapai 920 juta dollar AS (sekitar Rp 13 triliun).

Sementara itu, sebagaimana diilansir dari Crunchbase,Traveloka tercatat mengumpulkan 500 juta dollar AS dari empat kali putaran pendanaan sejak 12 November 2012.

Putaran pendanaan terakhir yang dilakukan oleh Traveloka ialah pada 27 Juli 2017 dengan investor Expedia sebesar 350 juta dollar AS.

4. Ekspansi ke Luar Negeri

Unicorn asal Indonesia tak hanya jago kandang. Kini beberapa di antaranya bahkan sudah ekspansi ke sejumlah negara di Asia Tenggara.

Go-Jek, misalnya, sudah berekspansi di tiga negara Asia Tenggara, yakni Vietnam, Thailand, dan Singapura. Menurut rencana, Go-Jek juga akan masuk ke Filipina.

Begitu juga dengan Traveloka yang sudah beroperasi di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam.

Asia Tenggara menjadi pasar yang menjanjikan bagi Traveloka karena populasi mencapai 620 juta jiwa dan masyarakat kelas menengah terus tumbuh.

Bahkan, pasar perjalanan online Asia Tenggara diprediksi naik dari 26,6 miliar dollar AS pada 2017 menjadi 76,6 miliar dollar AS pada 2025.

Oleh karena itu, anak muda jaman sekarang harus memahami apa itu UNICORN. Sebab dengan industri kreatif berbasis digital ini mempunyai peluang cukup lebar dan menguntungkan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

Dengan memahami hal ini, semoga akan tubuh bibit-bibit kreatif dan juga munculnya Unicorn baru untuk menggerakkan ekonomi masyarakat maupun bangsa.
viral minggu ini

BAGIKAN !

Jika kontent kami bermanfaat