"Bukan Kerasnya Tangan Ayah, Bukan Sakitnya Cubitan Ibu" Ini yang Menghancurkan Anakmu

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 26 Jun 2018


Gambar ilustrasi via ispirasi.co

Jangan dikira tamparan ke anak itu yang menjadikan mereka bandel, bukan cuma cubitan ibunya yang bikin mereka nakal...

Tapi hal sepele ini yang lebih parah...

Ada kalanya hidup tidak sesuai yang diharapkan...

Setiap manusia yang terlahir kedunia pasti mempunyai  impian memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia.

Ayah…. Ibu….
Aku rindu peluk hangat ragamu
Belaian kasih sayang yang kurasa dulu
Bak ditelan ombak kemesraan pun lenyap sudah

Tampak jelas dalam memori
Keegoisan menggiringku dalam kehancuran
Perpecahan memaksaku untuk memihak
Caci maki dari hati yang penuh amarah
Memaksaku untuk sembunyi di sudut ruangan
Ruangan yang gelap…
Aku takut…… aku sendiri……

Keluarga adalah hal yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan setiap individu, bahkan masa depan seorang anak bergantung dari baik tidaknya hubungan sebuah keluarga.

Namun adakalanya keluarga mengalami perpecahan yang berakibat perceraian, inilah yang dinamakan “Broken Home”.

Sebagai contoh yang terjdi saat ini.

Gambar via liputan6.com

Tanpa mengajak sang istri, Sule nampak ceria berfoto bersama keempat anaknya, Rizky Febrian Adriansyach, Putri Delina Andriyani, Rizwan Adriansyach dan Ferdinan Ardiansyach saat berlibur.dilansir dari liputan6.com

BACA JUGA: Awas! Anak Suka Berbohong, Coba Lihat Kaca Dirumah Anda Ada Apa

Meski tak ada Lina, namun keempat anak Sule ini menunjukkan wajah bahagia. Mereka menikmati indahnya Negeri Sakura berlibur bersama ayahnya.

"Kesayanganku @rizwanfadilah.a.s @ferdy_2626 @putridelinaa photografer @rizkyfbian #sulechannel #diedankeun," tulis Sule dalam keterangan foto yang diunggahnya.

Melihat kebersamaan Sule beserta keempat anaknya tanpa sang istri, membuat warganet sedih. Sebab biasanya tiap tahun pemilik nama asli Entis Sutisna, selalu berlibur dengan formasi lengkap, termasuk sang istri di sampingnya.

Namun apakah anak akan benar-benar bahagia ketika orang tua bercerai?

Kata cerai bukan berarti hanya menyangkut kedua belah pihak pasangan saja, yaitu ayah dan ibu.

Sayangnya, tidak banyak dari pasangan yang memperhatikan bagaimana dan apa yang sedang terjadi pada anak ketika proses perceraian akan dan sedang berlangsung.

Kadangkala, perceraian adalah satu-satunya jalan bagi orangtua untuk dapat terus menjalani kehidupan sesuai yang mereka inginkan.

Namun apapun alasannya, perceraian selalu menimbulkan akibat buruk pada anak, meskipun dalam kasus tertentu perceraian dianggap merupakan alternatif terbaik daripada membiarkan anak tinggal dalam keluarga dengan kehidupan pernikahan yang buruk.

Jika memang perceraian adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh dan tak terhindarkan lagi, apa tindakan terbaik yang harus dilakukan oleh orangtua (Ayah dan Ibu) untuk mengurangi dampak negatif perceraian tersebut bagi perkembangan mental anak-anak mereka.

Pandangan anak terhadap perceraian orang tua

Menurut Mislan, S.Sos. (Staf Pengadilan Tinggi Agama Pontianak)

Perceraian bagi anak adalah “tanda kematian” keutuhan keluarganya, rasanya separuh “diri” anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam. Contohnya, anak harus memendam rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibunya yang tiba-tiba tidak tinggal bersamanya lagi.

Dalam sosiologi, terdapat teori pertukaran yang melihat perkawinan sebagai suatu proses pertukaran antara hak dan kewajiban serta penghargaan dan kehilangan yang terjadi diantara sepasang suami istri.

Karena perkawinan merupakan proses integrasi dua individu yang hidup dan tinggal bersama, sementara latar belakang sosial-budaya, keinginan serta kebutuhan mereka berbeda, maka proses pertukaran dalam perkawinan ini harus senantiasa dirundingkan dan disepakati bersama.

Kondisi Psikologis Anak Akibat Perceraian

Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang kritis buat anak, terutama menyangkut hubungan dengan orangtua yang tidak tinggal bersama.

BACA JUGA: Ini Hal yang Lebih Mengerikan dari Hebohnya Video Panas Mirip Aura Kasih, Berikut Videonya

Berbagai perasaan berkecamuk di dalam bathin anak-anak. Pada masa ini anak juga harus mulai beradaptasi dengan perubahan hidupnya yang baru. Hal-hal yang biasanya dirasakan oleh anak ketika orangtuanya bercerai adalah:

  • Merasa tidak aman (insecurity).
  • Tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tuanya yang pergi.
  • Marah Sedih dan kesepian.
  • Kehilangan, merasa sendiri, menyalahkan diri sendiri sendiri sebagai penyebab orangtua bercerai.

Perasaan-perasaan ini dapat menyebabkan anak tersebut, setelah dewasa menjadi takut gagal dan takut menjalin hubungan dekat dengan orang lain.

Beberapa indikator bahwa anak telah beradaptasi adalah: Menyadari dan mengerti bahwa orang tuanya sudah tidak lagi bersama dan tidak lagi berfantasi akan persatuan kedua orang tua, dapat menerima rasa kehilangan, tidak marah pada orang tua dan tidak menyalahkan diri sendiri, menjadi dirinya sendiri.

Membangkitkan Motivasi dan Harapan Anak Korban Perceraian.

Bagi anak-anak mempunyai keluarga yang utuh adalah hal yang sangat membahagiakan.

Mereka tidak pernah membayangkan bahwa akan ada perceraian dalam keluarganya, keadaan psikologi anak akan sangat terguncang karena adanya perceraian dalam keluarga.

Mereka akan sangat terpukul, kehilangan harapan, cenderung menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada keluarganya.

Sangat sulit menemukan cara agar anak-anak merasa terbantu dalam menghadapi masa-masa sulit karena perceraian orangtuanya. Sekalipun ayah atau ibu berusaha memberikan yang terbaik yang mereka bisa, segala yang baik tersebut tetap tidak dapat menghilangkan kegundahan hati anak-anaknya.

Beberapa psikolog menyatakan bahwa bantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh orangtua yang bercerai adalah mencoba menenteramkan hati dan meyakinkan anak-anak bahwa mereka tidak bersalah.

Yakinkan bahwa mereka tidak perlu merasa harus ikut bertanggung jawab atas perceraian orangtuanya. Hal lain yang perlu dilakukan oleh orangtua yang akan bercerai adalah membantu anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan tetap menjalankan kegiatan-kegiatan rutin di rumah.

Jangan memaksa anak-anak untuk memihak salah satu pihak yang sedang cekcok serta jangan sekali-sekali melibatkan mereka dalam proses perceraian tersebut. Hal lain yang dapat membantu anak-anak adalah mencarikan orang dewasa lain seperti bibi atau paman, yang untuk sementara dapat mengisi kekosongan hati mereka setelah ditinggal ayah atau ibunya.

Maksudnya, supaya anak-anak merasa mendapatkan topangan yang memperkuat mereka dalam mencari figur pengganti ayah ibu yang tidak lagi hadir seperti ketika belum ada perceraian.

Akibat psikologis Perceraian selalu berakibat buruk dan terasa amat pahit bagi anak-anak dan ini jelas menorehkan perasaan sedih serta takut pada diri anak. Alhasil, ia tumbuh dengan jiwa tidak sehat. Begitu besar dampak negatif bagi anak akibat perceraian, sehingga Rasulullah SAW bersabda yang terjemahannya : “Sesuatu yang halal tapi dibenci Allah adalah perceraian” ( H.R. Abu Daud dan Hakim ).
SHARE ARTIKEL