Pembelajaran dari Kasus Bayi Calista, Jangan Jadikan Faktor Ekonomi Merenggut Nyawa Anak
Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 27 Mar 2018Foto via merdeka.com
"Meski ibu membunuhku aku tak akan benci ibu, aku tidak mau menghiasi hatiku dengan kebencian dengan ibu"
Jika adek Calista bisa berbicara mungkin itu yang akan ia sampaikan kepada ibunya, lagi-lagi karena faktor ekonomi dan pernikahan alasannya
Beban menjadi ibu memanglah sangat berat ditambah lagi ekonomi yang kurang memadai namun jangan jadikan alasan untuk membunuh buah hati anda.
Belajar dari kasus bayi Calista yang dianiaya ibu kandung sendiri, berikut cara agar terhimpit ekonomi tak jadi alasan menyalahkan buah hati sendiri.
Anak adalah rahmat dan karunia dari Tuhan banyak diluar sana suami istri yg tidak bisa mempunyai keturunan sehingga berupaya sedapat mungkin bisa memperoleh anak sungguh kebahagian dan harta sebuah keluarga adalah keturunannya.
Baca juga : Hal-Hal ini Tidak Dipedulikan dan Dilupakan Orang Tua Saat Meminjamkan HP Pada Anak
Sinta (27) tega menganiaya anak kandungnya, Calista. Bayi perempuan berumur 15 bulan itu menerima berbagai tindakan penyiksaan selama dua bulan terakhir.
"Motif pelaku karena yang bersangkutan tertekan secara ekonomi. Saat kesal, pelaku melampiaskannya kepada bayinya sendiri," ujar Kapolres Karawang AKBP Hendy F Kurniawan saat jumpa pers di Mapolsek Karawang Kota, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis sore (22/3/2018).
Sinta, kata Hendy, merupakan orang tua tunggal. Adapun selama ini, ia kerap tinggal di rumah Dirja, seorang buruh bangunan. Sinta kemudian menuding Dirja kerap menganiaya anaknya.
Tudingan perempuan Sinta itu, menurut Hendy, bertolak belakang dengan keterangan sejumlah saksi. Sinta akhirnya mengakui perbuatannya setelah bayinya koma selama 13 hari.
"Banyak hal yang di luar prediksi, yang menjadikan Bu Sinta berbuat seperti itu. Baik dari faktor pernikahannya sendiri, kelahiran dari Calista, dan ekonomi," ujar Hendy, saat mengantarkan jenazah Calista di rumah kakeknya Kampung Jatirasa Barat, Kelurahan Karangpawitan, Karawang, Jawa Barat, Minggu (25/3/2018).
Oleh karena itu sebut dia, pihaknya tengah berdiskusi dengan pihak Kejaksaan Negeri Karawang, dan Pemkab Karawang untuk menyelesaikan kasus Sinta di luar pengadilan. Menurut dia, penyelesaian secara hukum menjadi pilihan terakhir.
"Kita mencoba melakukan pendekatan lain terhadap ibu Sinta. Kita coba membantu dari sisi sisi lain, sehingga ini menjadi proses pembelajaran bagi masyarakat," katanya.
Ia juga meminta masyarakat tidak melabeli Sinta sebagai penganiaya. Hal ini sebagai dukungan kepada Sinta yang sudah kehilangan bayinya.
Baca juga : 4 Produk Makanan Sangat Bahaya Untuk Balita dan ibu Hamil, Padahal Banyak Beredar
"Alangkah baiknya kita sebagai manusia, tidak menjerumuskan kembali ke proses hukum, yang tentunya akan berjalan dengan larut sampai dengan proses persidangan," ucapnya.
Sedangkan Andi, Ketua RT 004 RW 001, Kampung Jatirasa Barat, Kelurahan Karangpawita, Kecamatan Karawang Barat, mengatakan, Sinta pernah diceraikan dua pria.
"Sinta sempat menikah dengan pria asal Rawamerta punya anak satu, lalu bercerai. Pernikahan kedua hanya bertahan 3 bulan. Sinta diceraikan suaminya yang kedua karena dituding hamil duluan," kata Andi.
Dari kejadian yang menimpa bayi Calista, kita bisa mengambil pelajaran.
1. Jangan menyalahkan anak penyebab ekonomi menjadi buruk
Anak adalah rezeki dari Allah SWT, banyak orang yang mengharap-harapkan kehadiran buah hati dalam keluarganya, selain untuk keturunan kita nantinya, buah hati sudah membawa rezeki tersendiri bukannya malah membuat ekonomi semakin menurun, Allah sudah memberikan setiap rezeki pada anak yang baru lahir dibumi ini, jadi jangan menyalahkan anak, gara-gara anak maka akan semakin merosotkan ekonomi.Ekonomi bukan jadi alasan untuk menghilangkan nyawa seorang anak yang tak mengerti apa-apa. Jangan lapiaskan kekesalan yang mengadapimu, jadikan anak sebagai kekuatan untuk menghadapinya bukan malah jadi sebagai bahan pelampiasan.
2. Faktor pernikahan yang tidak berjalan mulus juga tak bisa menjadi alasan untuk membunuh buah hati.
Jika diri ini dikuatkan dengan ilmu agama dan selalu beribadah, yakinlah masalah apapun bisa dilewati, Allah tidak akan memberatkan ujian untuk hambaNya kecuali hambaNya memang mampu menyelesaikannya.Rumah tangga yang tidak mulus berakibat buruk pada kehidupan anak nantinya, maka dari itu orang tua harus mampu mengendalikan agar efek buruk tidak menimpa anak.
3. Merasa stress karena beban hidup
Semua pasti sudah tau jika beban hidup memanglah berat, bukan hanya anda saja yang mempunyai beban dalam hidup.Semua pasti mempunyai beban hidup entah itu yang berat, sampai ada yang lebih berat.
Semua juga tergantung pada orang yang menjalaninya mampu atau tidak.
Jika yakin terhadap Allah SWT yang tidak akan memberikan hambaNya masalah berat, pasti bisa melewatinya.
Ada tahap-tahapan jika kita merasa stress dengan masalah yang semakin lama semakin banya menimpa kita dengan cara berikut :
Baca juga : Bukan Melulu Uang, Ini Fakta Anak yang Dekat dengan Ayahnya Lebih Cerdas
Mengatasi Stress
1. Bantu mengatasi masalah.Satu hal penting dalam mengatasi masalah adalah fokus di dalam penyelesaian masalah. Bantulah istri jika tidak mampu mencari inti masalahnya.
Mungkin bisa diawali dengan melakukan analisis kecil dari setiap kejadian yang bisa mengakibatkan stress.
Bagaimana mungkin penyelesaian masalah akan didapat kalau masalahnya sendiri tidak dimengerti. Luangkan waktu khusus bersama istri untuk membicarakan banyak hal yang sekiranya bisa menimbulkan stress seperti soal anak-anak, keuangan, kehadiran anggota keluarga lain di rumah, keterbatasan dan kesibukan suami dan lain-lain.
2. Hindari perkara yang akan menimbulkan masalah.
Jika sudah tahu bahwa ada aktivitas yang akan meninbulkan masalah baru maka sebaiknya jangan dilakukan. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup karena kesulitan ekonomi dengan berutang.
Berutang memang salah satu jalan untuk mendapatkan uang dengan mudah. Sejenak masalah mungkin terselesaikan. Namun, sesudah itu, akan timbul masalah baru, bagaimana membayarnya.
3. Jauhkan diri dari situasi-situasi yang menekan.
Beri kesempatan istri untuk beristirahat walau hanya beberapa saat setiap hari. Tubuh yang terlalu lelah sangat mudah sekali untuk mengalami stress.
Sesekali berikan kebebasan kepada istri untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan. Pekerjaan rumah dan anak-anak sementara bisa ditangani suami dengan mengajak orang-orang terdekat yang bisa diminta bantuannya.
4. Cari teman untuk berbagi.
Teman merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup. Bayangkan jika banyak sekali masalah yang dihadapi, tetapi tidak ada teman curhat yang dapat dipercaya.
Ibarat gelas, jika diisi air terus menerus, akan tumpah meluber kemana-mana. Pastikan bahwa teman yang dipilih benar-benar yang bisa membantu, bukan yang justru akan menambah masalah baru.
Suami tentu saja diharapkan dapat menjadi teman (sahabat) terbaik bagi istri untuk menumpahkan segala masalahnya.
Jadilah suami yang menjadikan istri menemukan rasa aman dan merasa terlindungi. Jadilah suami yang sabar menjadi pendengar keluh kesah istri. Dengan begitu, istri tidak perlu lagi mencari orang lain sebagai tempat berkeluh kesah. Insya Allah, curhat dengan suami menjadikan rahasia lebih terjaga.
5. Lakukan relaksasi.
Intinya, istirahat menenangkan pikiran dan tubuh. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan selama proses relaksasi, misalnya membaca buku-buku ringan, mendengarkan musik atau pijat.
Pijat merupakan salah satu relaksasi untuk melepaskan diri dari stress. Pijatan tidak hanya ampuh untuk menenangkan pikiran dan jiwa setelah seharian beraktivitas, tetapi juga dapat membantu meregangkan otot-otot yang penat dan menstimulasi peredaran darah.
Tidak harus dilakukan di SPA dengan aroma terapinya yang cukup mahal. Pijatan lembut dari suami tercinta akan membuat lebih rileks, tidur lebih pulas, dan bangun kembali dengan badan yang lebih segar.
6. Sempatkan melakukan olah raga.
Olah raga sangat efektif untuk membantu mengatasi stress, karena berolah raga akan memperlancar peredaran darah dan membuka jantung untuk menerima lebih banyak oksigen.
Olah raga juga akan membantu supaya bisa tidur lebih nyenyak pada malam hari. Energi yang dilepaskan pada saat berolah raga juga akan menstimulasi tubuh untuk memproduksi lebih banyak endorphins yang merupakan hormon yang membuat kita merasa bahagia. Latihan pernafasan juga terbukti efektif dalam mengendalikan stress.
7. Berpikir positif.
Potensi stress utama juga datang dari pikiran yang terus-menerus menginterpretasikan isyarat-isyarat dari lingkungan secara negatif.
Bagaimana seseorang menginterpretasi berbagai peristiwa yang terjadi menentukan apakah ia akan mengalami stress atau tidak.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh cara berpikir seseorang dari yang bersifat sederhana sampai yang filosifis menyangkut pandangan hidup.
Contoh sederhana, di depan ada gelas berisi air setengah, bagaimana seseorang melihatnya? Setengah penuh atau setengah kosong? Pikiran- pikiran yang menyebabkan stress sering bersifat negatif, penuh kegagalan, hitam-putih, terlalu digeneralisasi, tidak berdasarkan fakta yang cukup, dan terlalu dianggap pribadi. Dalam hidup ini, memang ada berbagai masalah.
Pendeknya, ada seribu alasan untuk menjadi cemas kalau kita memikirkan masa depan. Namun, ada seribu alasan juga untuk memandangnya dengan rasa optimis.
Jika pikiran negatif dan positif sama-sama bisa terjadi bisa juga tidak, mengapa kita tidak memilih berpikir positif? Dengan berpikir positif, jiwa akan menjadi lebih tenang.
8. Berprasangka baik.
Tidak sedikit persoalan muncul sebetulnya karena buruk sangka (su’uzhann) yang sudah pasti belum tentu sesuai dengan faktanya.
Karena itu, bersikaplah husnuzhann (baik sangka). Ketika mendapat kabar tentang suami, orangtua, anak atau orang-orang lain yang dekat dengan kita, berbaik sangkalah. Sebab, boleh jadi, saat sudah terlanjur kesal, marah-marah yang bisa memicu sterss, ternyata apa yang didengar bukan kejadian yang sesungguhnya.
9. Tenang.
Tanamkan pada diri, bahwa istri dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik, daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. Bantulah istri berpikir dengan jernih ketika menghadapi suatu masalah. Ketenangan akan memudahkan mencari solusi yang tepat dalam menghadapi setiap persoalan.
10. Sabar.
Sabar merupakan cara mengatasi stress yang paling jitu. Jika tidak dengan kesabaran, bagaimana mungkin istri akan sanggup menghadapi setiap masalah anak-anak dengan baik dari sejak bangun tidur sampai tidur kembali.
Sabar disertai dengan niatan ikhlas hanya semata-mata untuk mencari ridha Allah akan menjadi energi yang luar biasa dalam menjalani kehidupan. Dengan begitu, seberat apapun beban yang diemban istri, insya Allah akan dapat dilakukan dengan ringan.
11. Tawakal.
Tak ada masalah yang tidak ada penyeselesaian. Bertawakallah kepada Allah, insya Allah, Allah akan memberi kita jalan yang kadang di luar perkiraan.
Saat ada kebutuhan sangat mendesak, rasanya sudah tidak ada jalan keluar, tanpa diduga ada yang mengantarkan rezeki ke rumah untuk memenuhi kebutuhan. Kepasrahan puncak kepada Allah perlahan akan meringankan beban dan tidak menimbulkan stress.
12. Doa.
Berdoalah selalu kepada Allah Swt. dalam menyelesaikan masalah. Sebab, hanya Allahlah yang paling mengerti apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Doa akan menguatkan kita dalam menghadapi masalah seberat apapun.