Buat Orang Lain Tertawa, Kok Malah Dapat Dosa? Karena itu Perhatikan.......

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 24 May 2017

Buat Orang Lain Tertawa, Kok Malah Dapat Dosa? Karena itu Perhatikan.......
Mukidi

Serius itu perlu, tapi hidup tak harus selalu tegang karena terlalu serius. Dalam waktu-waktu dan untuk hal tertentu yang menjadi penentu kemajuan hidup kita tentu saja kita harus benar-benar fokus.

Tapi, tak ada salahnya jika kita menyelinginya dengan sebuah canda tawa. Dengan begitu, urat-urat kita pun tidak selalu tegang, melainkan menjadi lebih rileks.

Rasulullah pun pernah melakukan candaan. Sebagaimana yang dilakukannya pada seorang nenek tua. Nenek tua itu datang berkata, “Doakan aku kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memasukkan ke surga.”

Maka Nabi berkata kepadanya, “Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak dimasuki orang yang sudah tua.”

Nenek itu pun menangis karena ia memahami apa adanya. Kemudian Rasulullah memahamkannya bahwa ketika dia masuk surga tidak akan masuk surga sebagai orang yang sudah tua, tetapi berubah menjadi muda belia dan cantik. Rasulullah membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّا أَنشَأْنَاهُنَّ إِنشَاءً () فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا () عُرُبًا أَتْرَابًا

“Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan, yang penuh cinta dan sebaya umurnya,” (QS. Al-Waqi’ah: 35-37).

Baca Juga: Doa Istri agar Suami Rajin Shalat dan Taat Kepada Allah

Hanya saja, canda yang dilakukan kebanyakan orang sekarang ini terlalu berlebihan. Mereka melakukan candaan agar orang-orang menertawakannya, bagaimana pun caranya. Ia tidak melihat kandungan kalimat yang ia ucapkan atau makna yang disampaikan. Ia lupa dengan sabda Rasulullah,

“Sesungguhnya seseorang yang berbicara dengan sesuatu pembicaraan dengan maksud supaya membuat orang lain tertawa, maka termasuk orang yang berkeinginan tinggal di neraka, yang jaraknya lebih jauh dari bintang di angkasa,” (HR. At-Tirmidzi).

Lantas, canda seperti apa yang diperbolehkan? Canda, tawa dan hiburan diperbolehkan dalam syariat. Akan tetapi, ia hanya untuk membuat rileks dan harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Jangan melewati batas dan jauhilah menyakiti dan menghina.
2. Jauhilah kata-kata kotor dan kata-kata yang buruk.
3. Jangan jadikan bercanda sebagai tujuan.

Kadang-kadang bagi sebagian orang bercanda mempermudah untuk berbohong. Ia menyangka boleh berbohong dalam bercanda. Rasulullah mengingatkan,

“Celakalah orang mengatakan sesuatu supaya ditertawakan orang-orang, kemudian ia berbohong, celakalah baginya,” (HR. Tirmidzi).

SHARE ARTIKEL