Dibalik Kehidupan Mewahnya, Ternyata Raja Salman Masih Berhutang di Indonesia

Penulis Unknown | Ditayangkan 24 Feb 2017
Saat berkunjung ke Indonesia, Raja Salman pun tidak terlepas dari kehidupan mewahnya. Tak hanya itu saja, diapun juga membawa 1.500 orang dalam satu rombongan. Tapi siapa sangka, jika ternyata orang nomor satu di Arab Saudi itu masih memiliki hutang yang belum dibayar, yakni meyantuni korban yang tertimpa crane di Mekah beberapa waktu lalu, yang hingga kini masih belum jelas.

Dibalik Kehidupan Mewahnya, Ternyata Raja Salman Masih Berhutang di Indonesia

BACA JUGA: Turun Dari Pesawat, Lihat Eskalator Khusus Raja Arab Saudi

Seperti yang diketahui, pada tahun 2015 lalu, sebanyak 107 orang meninggal, dan 223 orang cedera dari jatuhnya crane di Masjdil Haram. Dari korban itu, 12 diantaranya merupakaan jamaah asal Indonesia yang mennggal dan 49 lainnya luka-luka.

Dikutip dari okezone, Terkait insiden itu, Raja Arab menjanjikan santunan sebesar satu juta riyal atau setara Rp3,8 miliar untuk korban meninggal dan 500 ribu riyal untuk korban luka-luka. Dia juga menjanjikan memberangkatkan haji gratis bagi keluarga korban. Namun, setelah setahun lebih berlalu janji ini belum juga terlaksana.

Nah, apakah kehadiran Raja Salman nanti akan ada dialog tentang penagihan janji korban crane? Sepertinya tidak.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir atau biasa disapa Tata, menjelaskan komunikasi kedua negara akan fokus pada bidang ekonomi. "Pertemuan ini akan membahas kerjasama antara Indonesia dan Arab Saudi di luar konteks haji dan tenaga kerja seperti kerja sama perdagangan dan investasi," jelas Tata, saat juma pers di Kemenlu, Kamis 23 Februari.

"Arab Saudi juga melirik kerjasama tidak hanya di bidang energi saja, tetapi juga pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, penyediaan air bersih dan perumahan," tambahnya.

kerjasama ini bakal terus dikembangkan oleh kedua pihak dan akan terus menjadi perhatian Indonesia. Selain itu, di kesempatan sama akan lima MoU yang sudah disepakati kedua negara yang akan dipertimbangkan untuk ditandatangani.

"Ada lima MoU yakni kerja sama budaya, kesehatan, Islam dan wakaf khususnya dalam rangka promosi Islam moderat melalui dakwah dan pertukaran ulama, pelayanan udara khususnya dalam rangka peningkatan jumlah penerbangan, dan terakhir perjanjian pemberantasan kejahatan. Ada juga MoU lain yang sudah dalam proses finalisasi," ujarnya.
SHARE ARTIKEL