Deddy Mizwar Sebut Kasus Penistaan Agama Bisa Jadi sumber Perpecahan Bangsa
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 19 Nov 2016
Wakil Gubernur Jawa Barat H Deddy Mizwar menghadiri aksi Apel Siaga Ummat Islam Jawa Barat di depan Gedung Sate Kota Bandung, Jumat (18/11).
Terus bergulir kasus dugaan penistaan agama yang saat ini Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama telah resmi ditetapkan menjadi tersangka.
Ribuan massa hadiri Apel Siaga Umat Islam Jabar di depan Gedung Sate Kota Bandung, dengan agenda tuntut tersangka penista Al Quran–Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok–agar segera ditahan.
Meski diguyur hujan, ribuan massa yang terdiri dari berbagai perwakilan ormas Islam melakukan orasi secara bergantian. Salah satunya adalah Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar. Ia menggantikan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, yang berhalangan hadir karena sedang berada di Jakarta.
Baca Juga : "Dikatakan umat Islam disogok Rp500 ribu supaya demo 411. Ini kan penghinaan,” Kata Deddy Mizwar
Dalam orasinya, Deddy Mizwar menyampaikan bahwa penista Al Quran harus segera diadili menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Sebab, sambung Deddy, hal itu akan berakibat panjang jika penista agama dibiarkan bebas tanpa tanpa diproses hukum.
“Ini adalah sumber perpecahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya yang disambut dengan pekik takbir, seperti dikutip dari Percikan Iman, Jumat (18/11/2016).
Deddy mengatakan, Umat Islam sudah menunjukkan pada 4 Nopember yang lalu di Jakarta dengan melakukan Aksi Damai dengan tertib. Menurutnya selama ini belum pernah terjadi dalam sepanjang sejarah ada 2,3 juta orang berdemo dengan tertib.
Baca Juga : Wiranto: Sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk melanjutkan demonstrasi.
“Umat Islam itu beradab tapi kenapa kok dibilang Barbar. Umat Islam dengan tulus berjuang dengan keimanan tetapi dituduh menerima uang 500 ribu,” ungkapnya menyindir ucapan Ahok di sebuah media Internasional.
Deddy mengaku khawatir jika aparat penegak hukum tidak adil dalam menangani kasus Ahok ini makanakan ada akumulasi persoalan yang menyebabkan hilangnya kepercayaan dan keberadaban bangsa Indonesia.