Ini Alasan Mengapa Islam Melarang Keras Menggambar Nabi Muhammad SAW

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 02 Nov 2020

Ini Alasan Mengapa Islam Melarang Keras Menggambar Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW - Image from www.inhilklik.com

Mengapa tidak boleh menggambar Nabi Muhammad SAW? 

Baru-baru ini ramai tentang Presiden Prancis yang memperbolehkan adanya kartun dan karikatur Nabi Muhammad SAW. Akibatnya banyak reaksi dan kecaman keras dari umat Islam, lantas apa alasan dibalik larangan kartun Nabi?

Gangguan atau konflik dalam hubungan beragama kembali muncul. 

Hal ini dikarenakan aksi Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyebutkan bahwa penggambaran karikatur Nabi Muhammad sebagai bentuk dari kebebasan berekspresi.

Dalam pidatonya, Macron juga sempat mengungkap bahwa 'Prancis tidak akan menghentikan kartun' dan menyebut seorang guru yang dipenggal karena 'islamis menginginkan masa depan kita'. 

Tak cukup disitu, ia juga menyatakan perang terhadap 'separatisme Islam', yang diyakiini telah mengambil alih sejumlah komunitas muslim yang ada di negaranya. 

Alhasil, pernyataan tersebut memantik beragam reaksi dan kecaman utamanya dari masyarakat serta pemimpin negara Islam, di berbagai penjuru dunia. 

Mengapa Umat Islam Marah Saat Ada Kartun Nabi?

Lantas, mengapa umat Islam marah saat ada kartun / karikatur Nabi Muhammad SAW? 

Hal ini disebabkan karena Islam melarang menggambarkan secara jelas wajah dan penampakan para nabi dan rasul. Lantas apa alasan Islam melarang penggambaran Nabi dan Rasul?

Alasan Islam Melarang Kartun Nabi 

Terhadap pertanyaan ini, Prof. M. Quraish Shihab, pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta coba menjawabnya secara gamblang. 

"Karena dikhawatirkan akan memunculkan pengultusan dan pemujaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Selain itu, visualisasi figur Rasulullah SAW, dikhawatirkan tidak akan mempu menggambarkan pribadi dan figur Rasulullah SAW yang sesungguhnya,'' kata Prof M Quraish Shihab, dikutip dari Republika.com.

Menurut ulama besar yang pernah menjadi menteri agama RI itu, visualisasi/kartun figur Rasulullah SAW tidak menutup kemungkinan adanya pelecehan atau penghinaan terhadapnya. 

"Itu dasarnya. Karena bayangkan kalau digambar bisa jadi gambarnya lantas tersebar, mudah diinjak-injak orang. Bisa jadi gambar itu tidak seuai benar dengan apa yang sebenarnya. Karena itu, bisa jadi kalau difilmkan orang yang memerankan figur Nabi dalam film kemudian melakukan hal-hal yang tidak sesuai perilaku Rasulullah SAW. Maka untuk menghindari itu semuanya, lantas dilarang gambar itu," kata dia.

Gambar Baik Saja Dilarang, Apalagi untuk Pelecehan

Menurut Quraish, untuk menggambar Nabi Muhammad SAW dalam kondisi yang baik saja dilarang, apalagi yang terjadi di media massa sejumlah negara di Eropa itu justru digunakan untuk melecehkan dan menghina Rasulullah SAW.

Saat ditanya, mengapa dalam agama Nasrani, gambar Nabi Isa diperbolehkan, sementara itu dalam Islam gambar Nabi Muhammad tak diperbolehkan?

Quraish Shihab kemudian menjawab bahwa sebenarnya dalam Islam gambar Nabi Isa pun dilarang. 

"Karena kemungkinan unsur pelecehannya ada. Bukan hanya Nabi Isa tapi semua nabi-nabi tidak boleh digambar," ujar Quraish Shihab. 

Quraish juga menuturkan, gambaran Rasulullah SAW sebetulnya ada dalam hadis. Dirawikan oleh banyak sahabatnya, seperti halnya wajahnya bulat, rambutnya hitam sampai diujung telinga. Lalu alisnya tebal, diantara alisnya ada urat yang nampak. 

Saat Rasulullah SAW kalau marah matanya bulat sangat hitam, hidungnya mancung, giginya rapi. 

Meski begitu, visualisasi Muhammad SAW, sesuai ijtihad ulama, tetap dilarang. "Dasar pelarangan itu adalah sadduzzaro'i, menutup kemungkinan lahirnya sesuatu yang buruk," tambahnya.

Itulah alasan dibalik larangan menggambar kartun Nabi Muhammad SAW. Kartun atau karikatur Nabi lebih berpotensi membawa mudharat dibandingkan maslahat. Yakni pemujaan berlebihan terhadap kartun tersebut. 

Selain itu penting juga ditegaskan, kebebasan berekspresi yang dijunjung tinggi Presiden Prancis sama saja bernilai buruk ketika itu tidak didasari dengan adanya penghormatan dan penghargaan terhadap prinsip yang diyakini orang lain.

SHARE ARTIKEL