Mengapa Allah Tidak Menjadikan Semua Manusia Beriman, Kenapa Harus Ada Baik dan Jahat?

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 05 Nov 2018
Mengapa Allah Tidak Menjadikan Semua Manusia Beriman, Kenapa Harus Ada Baik dan Jahat?
Gambar ilustrasi dilansir dari malesbanget.com

Tak bisa dipungkiri, masih banyak orang menantang kekuasaan Allah dengan akal mereka.

Ada di antaranya yang bertanya, “Sungguh tidak masuk akal, jika Allah maha kuasa terhadap segala sesuatu, lalu mengapa Dia tidak menjadikan semua manusia baik dan beriman kepada-Nya?”

Terdengar sebagai pertanyaan yang logis, namun seperti inilah jawabannya dalam Al-Qur'an!

Perlu diketahui, pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan menyebabkan seseorang di dalam keragu-raguan yang tidak akan batasnya, dan yang menjadi kewajiban seorang muslim sebenarnya adalah mengimani takdir/ ketentuan Allah Ta'ala, baiknya ataupun buruknya.

Dan ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, coba perhatikan hadits berikut:

عن زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ رضي الله عنه: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : "...أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ ...". رواه ابن ماجه

Artinya: "Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "…(ketahuilah) bahwa apa saja yang telah ditakdirkan untukmu maka tidak akan meleset darimu dan apa saja yang tidak ditakdirkan untukmu maka tidak akan pernah mengenaimu". HR. Ibnu Majah.

Para ulama menyatakan; Bukan termasuk adab yang baik kepada Allah Ta'ala, jika dikatakan bahwa Allah Ta'ala menginginkan keburukan kepada hamba-hamba-Nya, meskipuan Allah-lah yang menciptakan dan mengadakan hal tersebut.

Para ulama berdalil dengan Firman Allah Ta'ala:

(وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ) [الشعراء:80]

Artinya: "Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku". QS. Asy Syu'ara: 80.

Di dalam ayat ini Nabi Ibrahim 'alaihissalam tidak mengatakan: "Dan jika Allah menjadikanku sakit", tetapi beliau berkata: "Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku".

Begitu juga ketika Allah Ta'ala berfirman tentang Jin:

 (وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَداً) [الجن:10]

Artinya: "Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka". QS. Al Jinn: 10.

Di dalam ayat ini, kata أُرِيدَ (dikehendaki), disebutkan dalam bentuk kata kerja mabni lil majhul, artinya tidak disebutkan pelakunya, hal ini dikarenakan sedang menyebutkan tentang keburukan dan kerusakan, adapun ketika menyebutkan tentang kebaikan, maka para jin menyandarkannya kepada Allah Ta'ala dan ini termasuk adab mereka kepada Rabb mereka.

Oleh sebab inilah Ali bin Thalib radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa:

وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ.

Artinya: "Dan seluruh kebaikan berada di kedua tangan-Mu dan keburukan bukan kepada-Mu". HR. Muslim.

Jika kemudian ada yang berkata: "Kita melihat di sekitar kita ada yang sakit, ada yang berbuat maksiat, dosa dan keburukan-keburukan lainnya, bagaimana ini?"

Maka dijawab:

Allah menciptakan dunia ini sebagai tempat ujian saja, guna mengetahui siapa yang cocok tinggal di sisi-Nya, dan siapa yang tidak.

Dalam Al Qur’an, Allah telah menjelaskan:

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. Yunus : 99)

Jelas bahwa Allah menghendaki tidak semua manusia beriman. Sebab, telah ada makhluk yang Allah ciptakan dalam keadaan taat dan beriman semuanya, yakni malaikat.

Malaikat tidak memiliki kehendak bebas, mereka tak punya nafsu, semua malaikat adalah hamba Allah yang beriman dan tidak akan pernah membangkang terhadapNya.

Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya’ : 19-20)

Akan tetapi tidak demikian dengan manusia dan jin. Allah menciptakan manusia dan jin memiliki kehendak bebas di mana kita berhak memilih segala sesuatu.

Karena kita memiliki banyak pilihan, banyak kemungkinan, itulah sebabnya Allah menguji kita dengan kehidupan dunia ini.

Ada manusia yang kafir, ada yang beriman, ada juga yang munafik. Semuanya hanyalah masalah pilihan kita pribadi, kita ingin berada di golongan yang mana? Bukankah Allah telah memberi kita akal untuk berpikir dan memilih dengan cermat.

Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (QS. Yunus : 100)

Semoga kita mampu mempergunakan akal kita untuk mengimani Allah. Bukannya malah menjauh dari Allah.

Dan ketahuilah bahwa Allah telah memberikan pengarahan kepada kita, untuk tidak memasukkan diri kita di dalam pertanyaaan-pertanyaan seperti ini dan hendaklah kita tunduk dan menyerahkan diri, tetapi tetap berusaha.

Allah berfirman:

(لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ) [الأنبياء:23]

Artinya: "Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai". QS. Al Anbiya': 23.

Demikian, Wallahu A'lam.
SHARE ARTIKEL