Allah Memang Mengampuni Segala Dosa Tapi Jangan Merasa Aman dari Pembalasan Allah

Penulis Penulis | Ditayangkan 25 Jun 2018
Allah Memang Mengampuni Segala Dosa Tapi Jangan Merasa Aman dari Pembalasan Allah
Sumber gambar copypaste-notes

Jangan sampai hidup didunia ini melalaikanmu dengan tujuan kelak di akhirat.

Renungkan kita di dunia ini bukan untuk hidup melainkan menjadi tempat kita untuk mati, bekal apa yang akan di bawa nanti?


Mungkin diantara kita bertanya-tanya, Apakah masih diampuni dosa yang sangat banyak yang telah di perbuat.

Sebelum merenungkan dengan dosa dan memohon ampunan allah dengan bertuabat, renungkanlah kisah taubatnya pembunuh 100 jiwa manusia yang diriwayatkan dari Abu Said Saad bin Malik bin Sinaan Al Khudri rodiyallohuanhu.

Sesungguhnya Nabi sholallohu alaihi wa sallam Bersabda.

Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang membunuh 99 jiwa, lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi, maka ia pun ditunjukkan kepada seorang rahib, lalu ia mendatangi rahib tersebut dan berkata, Sesungguhnya (jika seseorang) telah membunuh 99 jiwa, apakah mungkin baginya taubat? Rahib pun menjawabnya, Tidak. Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan menyempurnakannya menjadi 100 jiwa.

Langkah Awal  Bertaubat, Tidak Lagi Mendatangi Sumber Kedholiman.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi, lalu ia ditunjukkan kepada seseorang yang alim, lalu dia berkata, Sesungguhnya (jika seseorang) telah membunuh 100 jiwa, apakah masih mungkin baginya taubat? Orang alim itu pun menjawab, Ya, dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Pergilah ke tempat ini dan ini karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Alloh Taala, maka sembahlah Alloh bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang jelek.

Taubat yang Diterima Meski Belum Pernah Berbuat Baik Sekalipun.

Maka laki-laki ini pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Maka terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat azab.

Kemudian malaikat rahmat berkata, Orang ini datang untuk bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Alloh.

Dan malaikat azab berkata, Sesungguhnya orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka.

Malaikat ini berkata,Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen), jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.

Lalu mereka pun mengukur kedua jarak tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju, maka ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat. (HR. Bukhori & Muslim).

Wahai saudaraku, siapakah yang dapat menghalangi seseorang dari taubat? Laki-laki ini telah membunuh 100 jiwa dan dia telah diampuni Alloh. Lalu mengapa Anda berputus asa dari rohmat Alloh dan dari ampunan-Nya yang begitu luas ?

Wahai, Hamba Allah Kesempatan itu Masih Ada, Segeralah Bertaubat.

Salah satu bukti kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, Allah membuka pintu ampunan dan taubat bagi seluruh hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah, wahai para hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka sendiri, janganlah kalian putus asa terhadap rahmat dari Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa, sungguh Dialah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Az Zumar : 53).

Jujurlah Dalam Bertaubat.

Taubat memiliki syarat-syarat. Setidaknya ada tiga syarat taubat jika dosa tersebut berupa pelanggaran terhadap hak Allah Ta’ala.

Pertama: Seseorang dikatakan bertaubat dari sebuah dosa jika dia berhenti mengerjakannya.

Kedua: Taubat tidak akan pernah ada tanpa diawali dengan rasa penyesalan. Seandainya seorang yang bertaubat tidak menyesali dosa yang dia lakukan, maka hal ini menunjukkan bahwa dirinya ridha dan menikmati dosa tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Penyesalan adalah taubat” (HR. Ibnu Majah, Shahih).

Ketiga: Bertekad kuat untuk tidak mengulangi dosa tersebut pada kesempatan yang lain. Seluruh persyaratan ini sangat memerlukan keikhlasan dan kejujuran dalam bertaubat.

Waspada dengan Berputus Asa dari Rahmat Allah

Dalam hadits yang disebutkan oleh ‘Abdur Razaq dalam Mushonnafnya,

عن بن مسعود قال أكبر الكبائر الإشراك بالله والأمن من مكر الله والقنوط من رحمة الله واليأس من روح الله

“Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata bahwa di antara dosa besar yang terbesar adalah berbuat syirik pada Allah, merasa aman dari murka Allah dan merasa putus asa dan putus harapan dari ampunan Allah.” (HR. Abdurrozaq, 10: 460, dikeluarkan pula oleh Ath Thobroni. Lihat Kitab Tauhid dengan tahqiq Syaikh Abdul Qodir Al Arnauth, hal. 128). Hadits ini menunjukkan bahwa berputus asa dari rahmat dan luasnya ampunan Allah termasuk dosa besar.

"Ya Rabb kami, sungguh kami telah mendzolimi diri kami, seandainya Engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami, maka sungguh kami pasti menjadi orang-orang yang merugi” Wa shallallahu ‘ala Nabiyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam", semoga bermanfaat.
SHARE ARTIKEL