Posisi Duduk Seperti ini Memang Enak, Tapi Dimurkai Allah, Gitu Kok Banyak yang Melakukan

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 17 Apr 2018

Posisi Duduk Seperti ini Memang Enak, Tapi Dimurkai Allah, Gitu Kok Banyak yang Melakukan
Foto via ruangmuslimah.com

Posisinya memang enak, tak heran banyak yang duduk seperti ini

Apalagi saat capek-capeknya..

Bukan hanya dibenci dan dilarang Allah juga murka bila kita masih duduk dengan seperti ini.

Hal yang satu ini mungkin kurang diperhatikan bagi kebanyakan orang. Kebanyakan masih belum tau bahwa duduk seperti ini dilarang karena dibenci Allah. Dan jelas-jelas membuat Allah murka, seperti apakah posisi duduk tersebut?

Jika Anda sudah mengetahuinya, sudah seharusnya Anda tidak mempraktikan kebiasaan duduk yang tidak disukai Allah SWT ini dalam kehidupan sehari-hari.

Hal yang dianggap sepele namun dibenci oleh Allah SWT tersebut adalah soal posisi duduk. 

Ada posisi duduk yang tidak disukai bahkan dimurkai oleh Allah SWT. Lalu, seperti apa posisi duduk tersebut?

Baca juga : 9 Sebab Kenapa Berjima' Harus Sering Dilakukan Suami Istri di Waktu ini

Hadist Riwayat Abu Daud dari Syirrid bin Suwaid radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Rasulullah pernah melintas di hadapanku sedang aku duduk seperti ini, yaitu bersandar pada tangan kiriku yang aku letakkan di belakang. Lalu baginda Nabi bersabda, “Adakah engkau duduk sebagaimana duduknya orang-orang yang dimurkai? (HR. Abu Daud).

Kata Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, duduk seperti ini terlarang di dalam dan di luar shalat. Bentuknya adalah duduk dengan bersandar pada tangan kiri yang dekat dengan bokong. Demikian cara duduknya dan tekstual hadits dapat dipahami bahwa duduk seperti itu adalah duduk yang terlarang. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 25: 161)

Posisi Duduk Seperti ini Memang Enak, Tapi Dimurkai Allah, Gitu Kok Banyak yang Melakukan

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menjelaskan dalam Syarh Riyadhus Sholihin, “Duduk dengan bersandar pada tangan kiri disifatkan dengan duduk orang yang dimurkai Allah.


Adapun meletakkan kedua tangan di belakang badan lalu bersandar pada keduanya, maka tidaklah masalah. Juga ketika tangan kanan yang jadi sandaran, maka tidak mengapa.

Yang dikatakan duduk dimurkai sebagaimana disifati nabi adalah duduk dengan menjadikan tangan kiri di belakang badan dan tangan kiri tadi diletakkan di lantai dan jadi sandaran. Inilah duduk yang dimurkai sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sifatkan.”
Baca juga : Panduan Mendidik Anak Bagi Janda, Dijelaskan Rinci dalam Al-Qur'an

Sebagian ulama mengatakan makhruh hukumnya duduk seperti ini. Sementara Syaikh ‘Abdul al-‘Abbad mengatakan bahwa haram hukumnya duduk dengan bersandar pada tangan kiri yang diletakkan dibelakang.
“Makruh dapat dimaknakan juga haram. Dan kadang makruh juga berarti makruh tanzih (tidak sampai haram). Akan tetapi dalam hadits disifati duduk semacam ini adalah duduk orang yang dimurkai, maka ini sudah jelas menunjukkan haramnya.” (Syarh Sunan Abi Daud, 28: 49)


Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin berkata bahwa duduk yang dimurkai Allah sebagaimana yang dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan menjadikan tangan kiri sebagai tumpuhan tubuh.

Tidak mengapa jika meletakkan kedua tangan sebagai tumpuan, atau tangan kanan sebagai tumpuan.

Posisi Duduk Seperti ini Memang Enak, Tapi Dimurkai Allah, Gitu Kok Banyak yang Melakukan

Jika ada yang bertanya, logikanya mana, kok sampai duduk seperti ini dilarang? 

Maka jawabnya, sudah dijelaskan bahwa duduk semacam ini adalah duduk orang yang dimurkai Allah (maghdhub ‘alaihim).

 Jika sudah disebutkan demikian, maka sikap kita adalah sami’na wa atho’na, kami dengar dan taat. Tidak perlu cari hikmahnya dulu atau berkata ‘why?‘ ‘why?‘, baru diamalkan. Seorang muslim pun tidak boleh sampai berkata, ah seperti itu saja kok masalah. Ingatlah, Allah Ta’ala berfirman,

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (QS. An Nur: 63)

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan atas dasar hawa nafsunya yang ia utarakan. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS. An Najm: 3-4)
Baca juga : Jangan Cuma Suruh Istri Tampil Cantik, ini Alasan Nyata Suami Juga Harus Dandan

Ibnu Katsir berkata, “Khawatirlah dan takutlah bagi siapa saja yang menyelisihi syari’at Rasul secara lahir dan batin karena niscaya ia akan tertimpa fitnah berupa kekufuran, kemunafikan atau perbuatan bid’ah.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 281)

Masihkan kita butuh bukti lain? Jika ini perintah Allah dan Rasulnya, maka kita tidak butuh bukti lain.

Ini adalah perintah dan jika tidak ditaati merupakan tanda kesombongan seorang muslim.
Begitulah ajaran Islam, setiap sendi kehidupan bernafas dengan aturan yang sudah ditetapkan. 

Peraturan yang dibuat, bukan bermaksud memberatkan, namun justru berdampak positif baik dari segi sosial dan kesehatan.
SHARE ARTIKEL