"Mas, Aku Rela Meninggalkan Keluargaku Itu Demi Menjadi Pendamping Hidupmu, Bukan Jadi Pembantumu"

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 19 Oct 2017



Istri Itu Pendamping Hidup, Bukan Pembantu Rumah Tangga

Seorang wanita rela dinikahi seorang pria karena ikhlas ingin menjadi pendamping hidupnya, namun banyak lelaki yang malah memperlakukan istrinya layaknya pembantu, para suami wajib baca ini!

Komitmen adalah kata penting yang harus ada dalam awal setiap pernikahan agar memiliki langkah ke depan yang baik. Saling mengerti dan memahami antara tugas, hak dan kewajiban suami serta istri, merupakan contoh supaya tidak terjadi masalah-masalah yang sulit dan berlarut-larut dalam sebuah rumah tangga yang telah dijalani.

Anda mungkin tidak tahu, ketika pagi buta baru menyapa dengan begitu lembutnya, istri yang Anda cintai dan sayangi sudah terbangun dari mimpi indahnya. Ia mempersiapkan semua keperluan Anda sebelum beranjak kerja, kemudian membangunkan Anda dengan sentuhan lembut sepenuh cintanya.

Menyiapkan air hangat untuk mandi, menyiapkan sarapan agar tenagamu terisi penuh, dan pakaian yang telah dicuci bersih, disetrika rapih, dan disemproti minyak wangi agar Anda bisa tampil berwibawa dan percaya diri. Iya, istri Anda melakukan itu sejak hari pertama pernikahan, sejak pertama kali Anda mulai mengikat janji, hingga kini. Silakan hitung, berapa lama masanya? Berapa banyak yang harus ia korbankan untuk melakukan hal itu?

Setelah Anda pergi, yang sebelumnya dilepas dari dekapan tangan penuh dengan doa yang tak putus, senyum yang senantiasa merekah menghias bibir manisnya, wajah yang sumringah terpancarkan cahaya kedamaian, dan salam lembut penuh doa. Pahamilah satu hal, ia tengah menyembunyikan sekian banyak daftar pekerjaan yang harus dikerjakan oleh istri yang Anda sayangi itu.

BACA JUGA : Jika Kamu Suami yang Baik, Seharusnya Kamu Sadar 10 Ciri ini adalah Tanda Istrimu Sedang Kelelahan

Berawal dari Rumah yang harus segera dibersihkan. Mulai menyapu, mengepel lantai, jendela, merapikan kamar tidur, mencuci piring, pakaian, dan masih banyak pekerjaan ‘remeh’ lain yang tidak mungkin dan akan sangat melelahkan jika didetail satu persatu karena saking banyaknya pekerjaan.
Setelahnya, ia bergegas untuk mempersiapkan sarapan anak-anak yang hendak beranjak ke sekolah. Jika pun hanya satu anak; sadarilah bahwa ia tidak akan mau mengonsumsi makanan yang sama setiap paginya. Belum lagi jika anak kita lebih dari satu; pertama nasi goreng, kedua nasi uduk, ketiga lontong sayur, dan sebagainya. Ditambah lagi jika anak-anaknya masih usia Paud/TK, masih harus memandikan anak, memakaikan pakaian anak, menyuapi anak untuk sarapan, dan sebagainya.

Sungguh, itu amat melelahkan dan meletihkan, terlebih lagi jika istri Anda hanya mengerjakan pekerjaan rumah saja, tanpa ada kegiatan sampingan lain, tentu kejenuhan pasti dirasakan oleh istri Anda, namun ia masih tetap menyembunyikannya.

Bukankah dengan itu Anda menyadari, bahwa pekerjaan istri jauh lebih banyak dari tugas Anda di kantor mana pun anda bekerja dengan jabatan setinggi apapun?

Lalu, setelah istri Anda satu-satunya yang anda sayangi itu seharian menyelesaikan pekerjaan rumahnya, di senja hari Anda pulang dengan membawa lelah, ia pun harus mempersiapkan diri dengan penampilan terbaik dan terpantas untuk menyambut Anda.

Pasalnya, istri anda tahu jika Anda pulang sementara keadaannya awut-awutan tak jelas, ekspresi Anda langsung kecut, cemberut, dan tak ‘berminat’ dengannya! Dan apabila anda tetap saja bersikap seperti itu, sungguh hati seorang istri terasa sangat tersakiti.

Maka, jika Anda ingin belajar menjadi suami yang baik, cobalah pahami posisi dan kesibukannya yang padat merayap itu. Cukup memahami, jika Anda tak kuasa menggerakkan anggota badan untuk membantu sebab merasa sudah sibuk di luar dan cukup dengan peran sebagai pencari nafkah.

Dengan pemahaman yang baik, saat pulang di senja hari saat rumah berantakan itu, minimal Anda tidak akan mengatakan dengan nada Bos, “Kamu ngapain aja sih? Tahu gak kalau Au tuh kelelahan? Seharian mencari nafkah untuk kamu dan anak-anak. Ngertiin Aku dong!?” Melainkan berbicara dengan nada penuh kasih sayang dan perhatian.

Sebab, istri Anda adalah pendamping hidup sampai akhir hayat, belahan jiwa yang tidak mudah dipisah, penasihat yang baik dan bijak bagi Anda maupun anak-anak anda; bukanlah orang yang bisa Anda perlakukan semena-mena ibarat pembantu!
SHARE ARTIKEL