Mungkinkah Ini Alasan Mengapa Wanita Lebih Memilih Bad Boy atau Pria Nakal untuk Berpacaran?

Penulis Unknown | Ditayangkan 12 Jul 2017

Inilah alasan mengapa pria nakal dan jahat justru jago memikat hati perempuan. Ternyata alasannya ada di diri perempuan itu sendiri lho.

Mungkinkah Ini Alasan Mengapa Wanita Lebih Memilih Bad Boy atau Pria Nakal untuk Berpacaran?

Pernahkah memiliki sahabat yang sudah dibilangi beribu-ribu kali untuk meninggalkan kekasihnya yang jahat namun tetap tidak mau?

Artikel pilihan : "Ya Allah Maafkanlah Aku yang Telah Melepas Jilbab, Sekarang Akibat Ini Tetap Datang Padaku"

Terdengar tidak tahu berterima kasih emang, tapi ada beberapa cewek yang ngerasa kalo good boy itu ngebosenin. Sebaliknya, di mata semua cewek bad boy itu bikin gereget. Padahal selain cewek yang lagi jatuh cinta sama si bad boy ini, semua orang bakal punya pertanyaan, kenapa sih cewek mau sama cowok yang bereputasi sombong, dingin, ugal-ugalan, dan kurang perhatian?

Ternyata di balik ketertarikan perempuan pada bad guy ternyata terdapat alasan ilmiah yang memang ada di sistem tubuh kita. Faktanya, otak manusia ternyata justru bisa sangat terkoneksi dengan orang yang jahat pada kita.

Karena itulah perempuan yang sudah terlanjut cinta dan terkait dengan pria jahat, psikopat, sadistik, dan semacamnya biasa sangat sulit untuk melepaskan diri. Secara tak sadar, kita ternyata bisa kecanduan dengan hubungan romantis yang memiliki masa 'tinggi' dan 'rendah' dramatis.

Orang yang sudah memiliki hubungan dengan tipe seperti ini ketika putus harus diterapi dengan cara seperti orang melakukan terapi penderita kecanduan narkoba. Mengerikan sekali, bukan? Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa begitu sulit lepas dari pasangan yang membuatmu merasa tak aman atau terus menyakiti kita?

Anehnya, justru perilaku jahat pasanganlah yang ternyata membuat kita merasa punya hubungan lebih dekat. Permainan emosi naik dan turun secara drastis justru membuat hubungan terasa lebih menegangkan dan seru.

Karena itu, tak mudah lepas dari hubungan semacam ini. Lebih jauh lagi, secara ilmiah ternyata ada hormon-hormon dalam tubuh kita yang mendukung otak untuk terus melanjutkan hubungan tak sehat seperti ini. Hormon apa sajakah itu?

1. Dopamin


Kencan tak terlupakan, pujian-pujian memabukkan, dan perhatian yang manis bisa membuat otak melepaskan hormon dopamin. Dopamin adalah hormon yang menimbulkan efek puas pada otak. Hormon ini bisa 'meledak' dengan lebih dasyat jika dipicu oleh sesuatu yang tidak rutin dan tak terjadwal

Ini menjelaskan mengapa hubungan dengan pria'jahat' membuat hormon dopamin bisa meledak-ledak. Jika hari ini kita disakiti dan tidak dihiraukan, besok kita bisa disayang-sayangi dengan begitu baik.

Hal ini membuat otak memproduksi hormon dopamin yang membuat kita merasa sangat puas. Makin kita tak bisa menduga kapan hal baik akan terjadi, makin memuaskan pula rasanya ketika hal itu datang.

Itulah yang terjadi pada hubungan tak sehat. Walau pria bisa sangat jahat dan menyakiti kita. Bila ia kembali dan berbuat baik lagi, otak akan merasa puas sehingga secara tak sadar sulit bagi kita untuk lepas dari pria jahat ini.

2. Oksitoksin


Hormon oksitoksin sering disebut sebagai hormon cinta dan sentuhan. Hormon ini mengikat pasangan dan paling sering muncul ketika berhubungan seks.

Ketika perempuan sudah melakukan hubungan seks dengan pria, ia tak hanya menyatu secara fisik namun juga secara psikologis dan emosional.

Tingkat kesatuan ini lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki. Bad guy biasanya memiliki emosi labil dan mereka cenderung spontan. Karena itu, biasanya mereka memiliki fantasi seks yang lebih liar dan unik.

Jadi pria nakal biasanya mampu memberikan hubungan seks yang lebih memuaskan pada perempuan. Karena itu, makin sulit bagi perempuan untuk lepas dari pria nakal yang sanggup membuat dirinya merasa puas dan dicintai (gegara produksi hormon oksitoksin pada tubuh).

3.  Kortisol, Adrenalin, dan Norepinephrine


Ada sebuah mekanisme unik bernama 'ikatan trauma' yang bisa dibuat oleh manusia secara otomatis. Ketika kita terus-menerus mengalami stress atau ketakutan, tubuh akan memproduksi hormon dopamin alias hormon yang bisa menimbulkan efek bahagia.

Kadang, secara tak sadar kita justru ingin untuk mengalami stress dan ketakutan lagi demi mendapatkan suntikan hormon dopamin dari tubuh. Mekanisme dalam tubuh inilah yang membuat perempuan secara tak sadar sulit terlepas dari pasangannya yang jahat.

Walau sudah disakiti baik secara fisik maupun psikis, rasa sakit dan takut itu pada akhirnya mendorong produksi hormon dopamin. Efek yang ditimbulkan setelah itu justru bisa membuat ketergantungan secara tak sadar pada diri perempuan.

4. Serotonin


Ketika jatuh cinta, produksi hormon serotonin akan turun sangat jauh hingga berada di level yang sama dengan penderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Serotonin adalah hormon yang mengatur keseimbangan mood dan membuat kita bisa berpikir dengan logika.

Mungkinkah Ini Alasan Mengapa Wanita Lebih Memilih Bad Boy atau Pria Nakal untuk Berpacaran?

Artikel pilihan : Merasa Kesal dengan Suami, Tapi Jangan Sekalipun Kata-kata Bahaya ini Keluar Darimu

Bayangkan apa yang akan terjadi pada kita saat tubuh kekurangan serotonin? Kurangnya hormon serotonin juga membuat orang terpicu untuk melakukan hubungan seks.

Jadi, tubuh memang memiliki mekanisme untuk mencari kepuasan dan keselamatan dirinya dengan mencari sokongan rasa bahagia dan puas (misalnya melalui hubungan seks yang menimbulkan efek senang). Inilah alasan pria yang jahat (suka menghilang tiba-tiba lalu kembali lagi atau suka marah-marah kemudian baik kembali) bisa membuat kita menunggu-nunggu seharian.

Kita bisa memikirkan mereka terus dan bahkan makin cinta. Tak heran, sangat sulit untuk lepas dari hubungan yang menyulitkan. Meskipun begitu, dari fakta-fakta di atas jelas sebenarnya good boy juga masih punya kesempatan mendapat pasangan.

Nggak perlu lah maksa diri jadi bad boy cuma biar ada gandengan. Kesan bad boy itu comes naturally, kalau dibuat-buat malah jatuhnya menyebalkan. Jadi buat kamu di luar sana yang merasa good boy… jangan putus asa ya.
SHARE ARTIKEL