Ayah, Ketahuilah Tanggungjawabmu itu Mengasuh Anak

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 29 May 2017

Ayah, Ketahuilah Tanggungjawabmu itu Mengasuh Anak

Anggapan bahwa masalah pengasuhan hanya ranah ibu, sementara bekerja dan mencari nafkah adalah ranah ayah, mengakibatkan banyak anak mengalami ketiadaan peran ayah. Ayah sibuk dengan pekerjaan, hingga merasa tak punya waktu untuk berinteraksi dengan anak. Di sisi lain, dalam kultur daerah tertentu di Indonesia, ayah mengasuh anak masih dianggap tabu dan merendahkan kehormatan sang ayah.

Padahal, jika diibaratkan burung yang memiliki dua sayap, anak membutuhkan keduanya untuk terbang tinggi ke angkasa. Kedua sayap itu adalah ayah dan ibunya, yang semestinya dapat mengantarkan jiwa dan raga sang anak tumbuh optimal menjadi generasi unggulan harapan bangsa.

Sama Pentingnya

Naomi Soetikno, M.Pd, Psikolog, praktisi sekaligus konsultan psikologi klinis dan pendidikan, menjelaskan, peran ayah dalam pengasuhan anak (fathering) sama pentingnya dengan peran ibu. Lebih lanjut Naomi menyebutkan, banyak riset menunjukkan bahwa dengan adanya ayah yang turut berperan serta dan aktif dalam pengasuhan anak akan memberikan keuntungan  besar bagi perkembangan anak.

Seperti disebutkan dalam riset yang dilakukan Michael Lamb, psikolog dari University of Cambridge, Inggris, yang telah melakukan banyak penelitian mengenai peran ayah bagi anak. Ia mengatakan,  ayah berperan dalam membantu perkembangan kemampuan sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan motorik anak.

BACA JUGA : Anda Ingin Menghatamkan Al-Quran di Bulan Ramadhan, Anda Patut Mendapatkan Keutamaan Berikut

“Pada balita usia 0-2 tahun, bermain bersama ayah akan membantu perkembangan sensor motorik mereka. Sedangkan pada balita usia 2-5 tahun akan membantu perkembangan logika mereka.      Anak yang banyak bermain bersama ayahnya, logika dalam berpikir akan lebih jalan dan lebih mudah bersosialisasi. Sedangkan anak yang lebih dekat dengan ibunya akan menjadi anak yang lebih hangat disebabkan sifat ibu yang lebih ‘ngemong’. Tentunya akan sangat baik jika anak dekat secara emosional dengan kedua orang tuanya," jelas dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta ini dikutip dari Ummi Online.

Penentu Masa Depan

Berlanjut sampai menginjak usia remaja menuju dewasa, urai Naomi, anak yang kerap berdiskusi dengan ayahnya mengenai persoalan-persoalan atau informasi yang ditemui sehari-hari akan memiliki keterampilan penyelesaian masalah yang lebih baik. “Mereka unggul pada fungsi kognitif dalam hal pemecahan masalah, orientasi masa depan yang lebih konkret, aktif bersekolah, prestasi ekonomi yang lebih baik, santun bersikap terhadap orangtua dan orang lain, kemampuan bersosialisasi yang baik, kurangnya perilaku bermasalah, dan anak menjadi lebih sehat mental,” tambahnya.

Ayah menjadi role-model mengenai figur laki-laki, sehingga akan memengaruhi konsep diri sang anak. “Remaja putra yang memiliki ayah yang berperan aktif dalam pengasuhan akan meniru perilaku ayahnya dalam berinteraksi di lingkungan sosial maupun terhadap lawan jenisnya. Untuk remaja putri yang memiliki ayah yang berperan aktif dalam pengasuhan, maka ayah sebagai model saat remaja putri mencari teman lawan jenisnya," ungkap Naomi.

Namun, jika ayah tidak hadir dalam pengasuhan, Naomi menyebutkan, akan terjadi ketimpangan dalam perkembangan anak. Efek lebih lanjutnya adalah kenakalan remaja, kecanduan pornografi, narkoba, pergaulan bebas, dan penyimpangan lainnya.

"Anak akan kehilangan role-model, sumber pelindung, sumber pemberi aturan, dan disiplin. Hal ini berdampak pada pola berpikir untuk memecahkan masalah dengan cara-cara yang kurang logis, serta banyak dipengaruhi emosi yang tidak stabil dalam interaksi di lingkungan sosialnya," papar Naomi.

Bentuk Peran Ayah

Lalu, seperti apa bentuk peran pengasuhan yang bisa dilakukan oleh seorang ayah? Dari teori mengenai keterlibatan ayah dalam pengasuhan oleh Lamb, Naomi menjelaskan, ada tiga unsur dalam bentuk peran ayah, yaitu:

Interaksi
Mencakup interaksi bermain, yakni ayah dan anak secara aktif bermain bersama, dengan tujuan memberikan kesenangan pada anak; interaksi fungsional, ayah merawat anak dalam hal yang tidak dapat dilakukan oleh anak sendiri, seperti berpakaian, menjaga kesehatan/kebersihan, ataupun menyuapi makan; interaksi paralel, yaitu interaksi ayah dan ibu dalam melakukan kegiatan merawat anak bersama; interaksi transisi, yakni aktivitas ayah membimbing anak melakukan kegiatan satu ke yang lainnya. Misal, mengingatkan waktu untuk tidur, waktu untuk berangkat/pulang dari sekolah.

Akses

Ayah secara fisik dan psikologis mudah diakses atau siap hadir untuk anak. “Jika sedang sibuk dan ayah tak bisa selalu hadir secara fisik, setidaknya jiwa ayah harus selalu hadir dalam diri anak. Sediakan akses untuk anak dengan tetap menjalin komunikasi yang baik meski sedang berjauhan. Kalau anak sedang rindu ayahnya, mungkin bisa ditelepon, atau sambil digendong mamanya bisa video call," jelas Naomi.

Tanggung jawab

Di antara bentuk tanggung jawab ayah dalam pengasuhan, yakni tanggung jawab akan pengawasan kesehatan anak, kesepakatan dalam menjaga anak/baby sitting, berbelanja keperluan anak, penjadwalan dan pelaksanaan untuk check-up ke dokter jika anak sakit, dan lainnya.

Penelitian menemukan bahwa kualitas dalam pengasuhan lebih penting dibandingkan kuantitas waktu yang dihabiskan. Maka, bagi ayah bekerja yang sibuk, optimalisasikan waktu yang ada dengan menciptakan interaksi bersama anak yang berkualitas. Untuk konsep dan bentuk praktik pengasuhan ayah yang lebih aplikatif, rubrik “Ummi Sahabat Ayah” di majalah kesayangan Anda ini tepat untuk disimak dan dipraktikkan lebih dalam bagi para ayah.
SHARE ARTIKEL