Pedihnya Derita Hidup Para Muslim Rohingya Myanmar

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 21 Nov 2016

Pedihnya Derita Hidup Para Muslim Rohingya Myanmar
Mirisnya keadaan pengungsi Rohingya

Kisah hidup yang dialami oleh seorang penulis ini menggambarkan bahwa sulitnya menjalani hidup sebagai seorang pengungsi yang keselamatan dan nyawanya terancam. Ditulis oleh seorang penulis muslimah yang kini tinggal di Norwegia, yaitu Raidah Athirah.

Ia merasa sakit hati sebagai anak seorang pengungsi, meski tidak paham kedaulatan, tidak mengerti carut marut dunia politik. Tapi banyak yang ia tahu, yaitu bagaimana hidup kelaparan, terlunta-lunta, dizholimi dan ditolak sana-sini dengan alasan tak ada dokumen, dicuri hak sebagaimana yang sedang terjadi kepada Muslim Rohingya.

Baca Juga : Tak Perlu Khawatir dengan Rezeki, Allah Selalu Mencukupkan

Raidah mengatakan bahwa ia tidak pernah gentar sedikitpun ataupaun takut akan adanya ancaman yang diarahkan kepadanya, Justru ia akan semakin semangat menuliskan bagaimana fakta sebenarnya. Hal yang melatar belakangi adalah, ia pernah berada dalam keadaan sangat sulit berada di ujung pedang, terisolasi tanpa makanan.

Meskipun Raidah seorang ibu rumah tangga. Ia selalu update berita dan fakta tentang Muslim Rohingya dari beberapa tahun yang lalu bahkan sebelum ia mempunyai seorang buah hati. Inilah salah satu video tentang pernyataan pendeta Budha terkait Muslim Rohingya ketika ditanya oleh wartawan.


Pembantaian ini diawali rumor. Kenyataanya pernyataan dari pendeta Budha bahwa, “Muslim Tumbuh Dengan Pesat dan Membahayakan Posisi (Agama) Mereka”. Raidah berpesan kepada sesama muslim untuk berempati kepada para pengungsi Rohingya. Karena apa yang ia rasakan, saat masih kecil menjadi anak seorang pengungsi, yaitu bagaimana menahan lapar, dahaga, kedinginan dan tidur dengan hujan deras tanpa adanya atap yang memadai.

Sebuah video wawancara wartawan di Myanmar.



Raidah berpesan agar negeri ini dapat menerima para pengungsi Rohingya. Imbuh Raidah, tak perlu khawatir perihal ini, karena bumi tempat berpijak ini adalah milik Allah. Itulah sepucuk surut yang ditulis Raidah untuk menggugah saudara sesama muslim. Oleh : Raidah Athirah, Muslimah, Penulis, tinggal di Norwegia.

SHARE ARTIKEL