Miris, Disaat Ibadah Tak Disertai Ilmu, Akan Membenarkan Segala Cara
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 27 Apr 2020Potret jamaah panjat pagar - Image from aceh.tribunnews.com
Ilmu Tanpa Iman Rapuh, Iman Tanpa Ilmu Buta
Meski telah diimbau agar sholat tarawih di rumah, nyatanya masih banyak yang ngeyel melakukannya di masjid. Meski daerahnya sudah ditetapkan sebagai zona merah. Bahkan nekat hingga panjat pagar walau dijaga ketat oleh aparat yang berwajib.
Jemaah Masjid Manar, Kelurahan Ujung Bulu, Kecamatan Ujung, Kota Parepare nekat memanjat pagar masjid agar bisa shalat berjamaah di masjid.
Tidak hanya jemaah laki-laki saja yang memanjat pagar, namun juga jemaah perempuan.
Padahal selama pandemi Covid-19, warga diminta untuk beribadah di rumah untuk mencegah penyebaran corona.
Bahkan selama pandemi, sejumlah masjid di Kota Parepare dijaga ketat oleh aparat, diantaranya ialah Satpol PP dan TNI/Polri.
Baca juga : Benarkah Itikaf Saat Pandemi Bisa Dilakukan di Rumah?
Hal tersebut diceritakan Camat Kecamatan Ujung, Kota Parepare, Sulawesi Selatan Ulfa Lanto.
Menurut Ulfa, bahkan salah satu jemaah yang nekat memanjat pagar masjid adalah seorang aparatur sipil negera (ASN).
Oknum ASN tersebut sempat bersitegang dengan petugas. Oleh petugas, ASN tersebut kemudian difoto dan dilaporkan pada pimpinannya.
“Kami tidak melarang beribadah, namun untuk berkumpul atau menjaga jarak harus tetap dilaksanakan agar menjaga penyebaran virus corona."
"Namun sebagian masyakarat tetap tidak mengindahkan. Bahkan sejumlah masyarakat nekat memanjat pagar masjid," jelas Ulfa Lanto,Sabtu Malam (25/4/2020).
Imbauan beribadah di rumah selama pandemi Covid-19, juga disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia.
“Kami juga mengimbau kepada jemaah agar tetap beribadah di rumah hingga pandemi corona ini berakhir."
"Tidak melarang beribadah, namun untuk berkumpul tidak diperbolehkan untuk mempersempit penyebaran wabah Covid-19 itu," kata Sekretaris MUI Kota Parepare Muhammad Idris Usman.
Sudah Melalui Protokol Kesehatan
Sementara itu, Rahmat Patanjangi pengurus masjid setempat mengatakan jemaah yang masuk untuk shalat sudah melaksanakan protokol kesehatan.
Protokol yang dilakukan diantaranya ialah, memakai masker serta harus melewati bilik disinfektan yang telah disediakan.
Selain itu, masjid juga menyiapkan tes suhu tubuh sebelum jemaah masuk.
“Di masjid ini kami menyiapkan masker untuk jemaah yang tak pakai masker, kami juga siapkan bilik disinfektan serta alat pemeriksaan suhu tubuh untuk jemaah yang akan masuk masjid," ujar Rahmat.
Dengan penjagaan ketat aparat gabungan penanggulangan dan pencegahan Covid -19, akhirnya jemaah masjid hanya melaksanakan ibadah shalat Isya berjemaah saja.
Sedangkan untuk tarawih, jamaah diminta untuk pulang dan melaksanakannya di rumah.
lmu Tanpa Iman Rapuh, Iman Tanpa Ilmu Buta
Persoalan ilmu merupakan keharusan yang dimiliki oleh orang yang beriman di dalam Islam bagaimana tertuang dalam surat al-Mujadilah ayat 11 yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya:
Wahai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah: 11)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman dan berilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT.
Hal itu bermakna bahwa kualitas keimanan seseorang akan semakin tinggi jika orang yang beriman tersebut memiliki ilmu pengetahuan yang berkualitas pula.
Jadi integrasi antara aspek wahyu dan akal merupakan suatu bentuk tanda kebesaran Allah SWT untuk memuliakan manusia.
Karena kita telah dimuliakan oleh Allah dengan akal, maka wajib bagi kita untuk menggunakannya dengan baik.
Lagipula, agama hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang berakal. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 190-191 :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ ﴿١٩٠﴾ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّـهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (190) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (191)
Dalam kondisi saat ini sangat relevan, bahwa penggunaan akal menjadi sangat penting dalam memahami arahan-arahan ulama dan pemerintah terkait anjuran ibadah di rumah.
Sebab, jika masyarakat tidak disiplin menaati aturan tersebut, justru akan memberikan mudharat kepada mereka, yakni penyebaran virus corona yang semakin meluas.
Karena saat ibadah berjamaah, tentunya masyarakat banyak berkumpul dan berkerumun. Dan hal itu menjadi sarana efektif penyebaran virus corona.
Dan Allah menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat manusia. Sebagaimana firmannya :
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” [Al-Baqarah/2 : 185]
Semoga kita termasuk orang-orang yang menggunakan akalnya dengan baik dalam menjalankan perintah agama.
Serta termasuk orang-orang berilmu dan beriman sehingga Allah tinggikan derajatnya. Aamiin ya robbal alamin.