Ilustrasi cuaca panas - Image from tribunnews.com
Merasakan juga gak sih?
Beberapa hari lalu cuaca rasanya panas dan gerah, walau di malam hari pun cuacanya gerah. Hal ini tak serta merta terjadi begitu saja, BMKG jelaskan alasannya kenapa akhir-akir ini cuaca panas menyengat.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa cuaca terik umumnya disebabkan oleh suhu udara tinggi dan disertai oleh kelembapan udara yang rendah.
Ini terutama terjadi pada kondisi langit cerah dan kurangnya awan, Bunda. Alhasil pancaran sinar matahari langsung lebih banyak yang diteruskan ke permukaan bumi.
Herizal Deputi Bidang Klimatologi BMKG menyampaikan berkurangnya tutupan awan terutama di wilayah Indonesia bagian selatan belakangan ini, disebabkan wilayah ini sedang berada pada masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau.
Hal ini sebagaimana yang telah diprediksikan BMKG sebelumnya.
Baca juga : Merinding, Masjid Ditutup Sudah 3 Minggu, Warga Dengar Suara Orang Mengaji
"Seiring dengan pergerakan semu matahari dari posisi di atas khatulistiwa menuju Belahan Bumi Utara. Transisi musim itu ditandai oleh mulai berhembusnya angin timuran dari Benua Australia (monsun Australia) terutama di wilayah bagian selatan Indonesia," ujarnya dalam siaran pers yang diunggah di laman resmi BMKG.
Angin monsun Australia ini bersifat kering dan kurang membawa uap air, sehingga menghambat pertumbuhan awan.
Kombinasi antara kurangnya tutupan awan serta suhu udara yang tinggi inilah yang menyebabkan suasana terik dan gerah yang dirasakan kita semua.
Sesuai dengan prediksi BMKG, bulan Maret hingga April diperkirakan suhu akan terus menghangat, hampir di sebagian besar wilayah di Indonesia.
Pemantauan oleh BMKG pada bulan April ini, menunjukkan banyak daerah yang mengalami suhu maksimum 34° hingga 36°C. Bahkan yang tertinggi tercatat mencapai 37,3°C pada tanggal 10 April 2020 di Karangkates, Malang.
"Sementara kelembapan udara minimum di bawah 60% terpantau terjadi di sebagian Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, sebagian Jawa Timur dan Riau," sambungnya.
Secara klimatologis, bulan April-Mei-Juni memang tercatat sebagai bulan-bulan di mana suhu maksimum mengalami puncak.
Terutama di wilayah Jakarta, selain Oktober - November. Pola tersebut mirip dengan pola suhu maksimum di Surabaya. Sedangkan di Semarang dan Yogyakarta, pola suhu maksimum akan terus naik secara gradual pada bulan April dan mencapai puncaknya pada bulan September - Oktober.
Tak hanya di Indonesia yang merasakan ini. Tren suhu udara yang terus meningkat juga terjadi di banyak tempat di dunia.
Hal ini dikenal sebagai fenomena pemanasan global. Pemantauan suhu rata-rata secara global menunjukkan hampir tiap tahun tercatat rekor baru suhu tertinggi dunia.
Badan Meteorologi Dunia (WMO) dalam rilisnya tanggal 15 Januari 2020 menyatakan bahwa tahun 2019 adalah tahun terpanas ke-2 sejak tahun 1850, setelah tahun 2016.
Analisis BMKG menunjukkan hal serupa untuk suhu rata-rata di wilayah Indonesia dimana tahun 2019 juga merupakan tahun terpanas ke-2 setelah tahun 2016.
Suhu rata-rata tahun 2019 lebih hangat 0.95 derajat Celsius dibandingkan suhu rata-rata klimatologis periode 1901 - 2000.
Jadi Bunda, bagi yang belum punya kipas angin dan pendingin ruangan, bisa bersiap untuk membelinya. Agar suasana WFH di rumah aja tetap nyaman dan anggota rumah betah.
Sedangkan bagi anak-anak, sebisa mungkin memakai pakaian yang berbahan katun. Agar tidak terlalu panas dan menyerap keringat dengan baik.