TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC atau Tuberculosis merupakan penyakit infeksi menular yang berpotensi serius yang terutama menyerang paru-paru.
Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang sangat berbahaya. Penyakit ini sudah ada sejak zaman dahulu dan terkenal sebagai silent killer. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.
TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.
Sebenarnya, apasih yang menjadi penyebab TBC? Kenali cara penularan, gejala, dan pengobatannya di wajibbaca.com dalam artikel berikut ini.
Baca Juga:
Penyebab TBC adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini terbilang ‘bandel’ karena tak sekadar bersarang di paru-paru, namun juga di organ-organ lain selain paru-paru, mulai dari selaput otak hingga tulang.
TBC adalah penyakit multisistemik dengan bentuk klinis yang bermacam-macam. TBC adalah penyebab paling umum kematian di seluruh dunia terkait dengan penyakit menular.
Ketidakmampuan obat antibiotik terhadap penyakit TBC diakibatkan adanya koinfeksi dengan virus HIV yang kini semakin menyebar luas. Maka, rejimen deteksi dini HIV dan TBC saling silang, yaitu pasien yang terkena penyakit TBC wajib dicek HIV, dan pasien yang terkena HIV wajib untuk dicek TBC.
Guna terhindar dari kemungkinan terpapar bakteri TB, Anda harus sebisa mungkin menghindari kontak dengan hal-hal yang terpapar oleh bakteri penyebab TBC ini.
Sedangkan pada orang dewasa, gambaran klinis klasik terkait dengan gejala TBC paru aktif adalah sebagai berikut:
Beberapa gejala TBC lainnya juga harus selalu diwaspadai. Selain di paru-paru, penyakit TBC bisa menjalar ke organ lain seperti selaput otak yang disebut dengan meningitis TB, ke tulang yang disebut dengan penyakit Pott, ke organ saluran kemih, ke sendi, dan sebagainya. Hal ini bergantung pada daya tahan dan kecepatan penegakan diagnosis antar pasien.
Gejala meningitis TB mungkin termasuk yang berikut:
Gejala TB tulang, yang disebut dengan penyakit Pott:
Gejala TB genitourinari mungkin termasuk yang berikut:
Gejala TB gastrointestinal yang merujuk ke situs yang terinfeksi dan mungkin termasuk yang berikut:
Jika memang ditemukan gejala TBC tersebut, segera periksakan diri ke dokter. Nantinya, dokter akan memeriksa melalui serangkaian anamnesis (wawancara) maupun pemeriksaan fisik. Temuan pemeriksaan fisik yang terkait dengan TB adalah tergantung pada organ yang terlibat.
Pasien dengan TB paru mungkin memiliki tanda sebagai berikut:
Gejala TBC berbeda sesuai dengan jaringan yang terlibat dan mungkin termasuk yang berikut:
Tidak adanya temuan fisik yang signifikan tidak serta merta menyingkirkan adanya suatu TB aktif. Semakin baik imunitas atau daya kekebalan tubuh, justru gejala dan tanda cenderung semakin terlihat.
Namun, semakin buruk atau lemahnya kekebalan tubuh, justru gejala dan tanda bisa tidak muncul. Hal ini justru yang membahayakan, karena sering kali TBC adalah penyakit yang baru menunjukkan gejala ketika sudah muncul dalam derajat yang lebih berat.
Pasien yang cenderung memiliki kekebalan tubuh lemah adalah pasien HIV, pasien yang sedang menjalani kemoterapi, dan pasien kencing manis.
Sedangkan jika lesi di luar paru, maka pemeriksaannya lebih kompleks lagi yaitu meliputi:
Terapi ini akan disesuaikan menurut hasil uji kerentanan dan toksisitas. Wanita hamil, anak-anak, pasien yang terinfeksi HIV, dan pasien yang terinfeksi dengan strain yang resistan terhadap obat memerlukan rejimen yang berbeda.
Pengobatan profilaksis adalah pengobatan yang diberikan pada pasien yang belum tegak diagnosis TB nya, tetapi memiliki potensi untuk tertular. Misalnya, ibu hamil yang serumah dengan suami yang TB, atau anak kecil yang orang tuanya tinggal serumah dan tertular TB.
Pertimbangan khusus untuk terapi obat pada ibu hamil meliputi berikut ini:
Pertimbangan khusus untuk terapi obat pada anak-anak antara lain sebagai berikut:
Kebanyakan anak dengan TB dapat diobati dengan isoniazid dan rifampisin selama 6 bulan, bersama dengan pirazinamid untuk 2 bulan pertama, tergantung pula dengan hasil kultur kumannya.
Untuk TB setelah kelahiran, durasi pengobatan dapat ditingkatkan sampai 9 atau 12 bulan.
Etambutol sering dihindari pada anak-anak karena efeknya untuk mengganggu indra penglihatan.
Terdapat pertimbangan khusus untuk terapi obat pada pasien terinfeksi HIV berupa penyesuaian dosis dan rejimen obat yang dipilih.
Masalah utama dalam pengobatan tuberkulosis adalah lamanya pengobatan sehingga tingkat kepatuhan pasien cenderung berkurang. Hal ini yang memicu resistensi kuman sehingga antibiotik awal tidak mempan.
Pasien yang mengalami resistensi disebut kasus TB-MDR. Pada kasus ini, pengobatan akan jauh lebih sulit, dengan durasi yang lebih lama, tingkat mortalitas yang lebih tinggi, dan obat tidak sekadar diminum, tetapi ada pula obat suntiknya. Penyebarluasan penyakit TBC lebih cepat karena peningkatan kasus HIV dan ketidakpatuhan pasien dalam meminum obat TB adalah penyebab utamanya.
Nah, itulah beberapa penyebab, gejala, tanda, hingga pengobatan penyakit tbc yang menjadi penyakit mematikan ini. Jika Anda mengalami gejala yang telah disebutkan diatas sebaiknya segeralah konsultasi kepada dokter.
Demikian penjelasan tentang apa yang menyebabkan penyakit tbc. Semoga bermanfaat.