parenting tips via giatioxi.gr
Ketika anak marah, sebaiknya jangan dimarahi balik lho! Ikuti parenting tips berikut ini untuk meredakan amarah anak.
Menjadi orangtua kadang tidak mudah, terutama dalam urusan mengendalikan emosi.
Sejak lahir anak-anak sudah memiliki berbagai emosi (seperti marah, senang, cemas).
Umumnya, anak-anak meluapkan rasa kesal dengan cara mengamuk dan galak.
Beberapa hal bisa menjadi penyebab atau pemicu anak sering marah.
Menurut mereka marah dan mengamuk merupakan salah satu cara yang efektif agar keinginan mereka bisa dipenuhi oleh orang tuanya.
Nah, parenting tips untuk mengatasi anak yang sering marah tidak dengan balas memarahinya! inilah kata kata yang seharusnya diucapkan.
Anak adalah belahan jiwa, permata hati bagi orangtuanya.
Karena itu apapun kondisi anak akan menambah keceriaan dan kebahagiaan sebuah keluarga.
Namun tak bisa dipungkiri, sebagian anak membawa sifat dan karakter yang sedikit bermasalah.
Sebagian anak bersifat agresif atau pemarah. Karakter ini akan muncul ketika usia mereka memasuki dua tahun.
Mereka akan menunjukkan sifat agresifnya dengan marah dan memukul orang lain atau bahkan melampiaskannya pada benda di sekitarnya.
Tentu hal ini membuat banyak orang tua khawatir.
Memang sifat ini akan berkurang atau menghilang seiring bertambahnya usia anak.
Tetapi tentu hal ini juga memerlukan peran aktif orang tua agar anak mampu mengontrol dirinya dengan baik.
Jangan biarkan si kecil masuk ke dalam kondisi dan kebiasaan yang tidak baik.
Karena hal ini bisa membuat anak dikucilkan atau di hindari oleh teman-temannya dalam lingkungan sekolah atau pun lingkungan bermainnya.
Dan hal ini akan membuat anak terkucil dan merasa minder. Jika ini terjadi, tentu tidak baik bagi kondisi mental anak.
So, jangan dibiarkan ya moms! Berikut parenting tips untuk orang tua mengatasi anak yang sedang marah.
Baca Juga : Sering Diabaikan Ibu, 8 Gejala ini Dapat Menimbulkan Penyakit Berbahaya Bagi Bayi
Inilah parenting tips untuk mengatasi anak yang sedang marah
Daripada ikut marah-marah dan berakhir dengan sama-sama meledak, coba dulu kalimat-kalimat penenang dalam Parenting tips ini.
Coba katakan, “Kayaknya Abang (atau panggilan untuk anak lainnya) ngak suka main ini ya, makanya di lempar-lempar terus.”
Teknik pembicara/pendengar ini dirancang untuk membantu mengkomunikasikan perasaan dengan cara yang non-konfrontatif.
Hal ini tidak hanya untuk menjaga jalur komunikasi terbuka, tapi juga untuk memberikan model pengungkapan perasaan yang baik dari perspektif orangtua.
Coba katakan, “Anak besar dan orang dewasa kadang bisa marah/sedih. Ngak apa-apa, nanti perasaan itu akan hilang.”
Semakin besar anak, semakin besar masalah yang mereka hadapi.
Mengatakan pada mereka bahwa anak yang sudah besar tidak boleh marah, sedih atau frustasi adalah hal yang salah.
Hal ini juga dapat mendorong anak-anak untuk menekan perasaan mereka dengan cara yang tidak sehat.
Coba katakan, “Ibu tahu Abang marah, tapi ibu gak bisa biarin Abang mukul. Menyakiti orang lain itu salah.”
Ini adalah pesan tegas yang menunjukkan bahwa tidak apa-apa merasakan emosi marah, tapi tidak untuk tindakannya.
Parenting tips ini mengajarkan kita untuk memisahkan emosi dengan tindakan, agar anak belajar untuk mengontrol emosinya.
Coba katakan, “Masalah ini susah ya, Bang? Ayo kita cari solusinya bareng-bareng.”
Parenting tips yang satu ini terdengar mudah, tetapi kita sering melupakannya.
Ketika anak-anak tidak mau mendengarkan orangtua, penting untuk memahami alasannya.
Kalimat ini memperkuat gagasan bahwa Anda berada di tim yang sama dengan anak, dan akan membantunya menyelesaikan persoalan.
Coba katakan, “Abang lelah, mari kita istirahat di rumah.”
Mungkin ia tantrum karena lelah. Jangan lawan amarahnya dengan emosi. Ajaklah ia pulang, bila sedang berada di luar rumah.
Coba katakan, “Iya, ibu dengar. Jadi Abang maunya gimana?”
Sekali lagi, ini menempatkan tanggung jawab kembali kepada anak.
Saat anak mengeluh tentang sekolah, makan malam, atau temannya, ajak dia untuk memikirkan solusinya bersama.
Tapi apa yang ia inginkan belum tentu harus kita ikuti semua ya Parents.
Coba katakan, “Abang nggak dengar apa yang ibu bilang. Coba bisikin apa yang ibu bilang tadi.”
Meminta anak untuk mengulangi apa yang Anda katakan dapat mempertegas perkataan Anda.
Untuk membuatnya menyenangkan, minta anak mengulang dengan variasi volume yang berbeda.
Coba katakan, “____ ini terlalu berat ya? Ayo istirahat dan coba lagi dalam 17 menit.”
Ini mungkin terdengar aneh, tapi berdasarkan penelitian tentang produktivitas, orang sebaiknya kerja selama 52 menit lalu istirahat selama 17 menit.
Dengan beristirahat singkat di sela pekerjaan dengan tingkat stres tinggi, Anda dapat kembali dengan lebih fokus.
Konsep ini berlaku juga untuk anak saat mengerjakan PR, belajar musik, atau olahraga.
Lebih baik katakan, “Ibu temenin Abang di sini sampai Abang tenang ya.”
Teknik isolasi kadang tidak baik, karena bisa memberikan pesan bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri anak.
Sebaiknya, berikan ruang sampai anak siap untuk kembali terlibat, dan pastikan Anda akan selalu ada untuknya.
Baca Juga : Ibu Harus Tahu 4 Hal ini Sebelum Memberikan Donoran ASI ke Anaknya
Coba katakan, “Ayo kita ke tempat yang tenang supaya masalahnya bisa selesai.”
Ingat, ini bukan tentang Anda. Ini tentang anak Anda dan perasaannya.
Dengan menyingkir bersama dari situasi yang menjadi persoalan, Anda memperkuat upaya bersama tanpa menyorot pada perilaku anak.
Cobalah untuk melihat mata anak, ingat kelebihan/kebaikannya, dan berikan senyuman tulus padanya.
Latih diri Anda untuk melakukan ini dengan perspektif melihat kelebihan/kebaikan anak, meski di saat anak sedang mengecewakan Anda.
Coba katakan, “Ibu mau pura-pura tiup lilin ulang tahun. Yuk coba bareng!”
Bernapas dalam-dalam membantu mengembalikan tubuh ke keadaan tenang.
Dengan melakukannya bersama-sama juga menambahkan unsur bermain.
Untuk anak yang lebih besar, Anda bisa mencoba mengajaknya bernapas seperti Darth Vader bersama Anda.
Coba katakan, “Ibu sayang Abang. Ibu mau Abang ngerti bahwa hal itu tidak baik.”
Cara ini membuat jalur komunikasi tetap terbuka sekaligus mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat.
Coba katakan, “Maaf kalau Abang ngga suka yang ini. Apa yang bisa kita lakukan supaya lebih baik lain kali?”
Cara ini akan menggeser fokus permasalahan menjadi topik lain.
Coba katakan, “Ibu di sini, Sayang. Abang tenang ya.”
(Lalu ajak anak duduk tenang, biarkan ia menangis, peluk sampai emosinya mereda)
Ketika anak-anak dalam keadaan yang sangat marah atau panik, seringkali tubuh mereka tidak dapat menahan stres di mana mereka benar-benar merasa tidak aman.
Menemani dan membuat mereka merasa aman akan mendukung anak mengasah ketrampilan penting dari ketahanan emosi.
Semoga Parenting tips kali ini bermanfaat, Parents!