foto via kumparan.comDi kandang kambing yang terletak di Desa Nguri, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan tersebut, Pak Kemis dan keluarga hanya tidur di atas tanah yang beralaskan tikar berbahan plastik.
Kemis (55) bersama istri yang memiliki keterbelakangan mental, ibu mertua, dan ketiga anaknya yang masih kecil terpaksa tinggal di kandang kambing, lantaran rumahnya sudah hampir roboh.
Kisah Kemis dibagikan oleh pemilik akun Facebook @Arifwitanto, Jumat (23/2) lalu melansir
kumparan.com. Dalam unggahan tersebut tampak Kemis sedang berdiri melihat kambing peliharaannya, di dalam kandang yang sekaligus menjadi tempat tidurnya bersama keluarga.
Minggu (25/2), Arif mengatakan jika kisah tersebut ia ambil dari rekannya yang bernama Maghfur atau yang lebih dikenal Pak Max...
Pak Max, ia mengaku hampir setiap bulan bersama komunitas sosialnya selalu berkunjung ke rumah yang sudah hampir roboh milik Kemis itu, untuk mengantarkan sembako.
"Rumah miliknya juga terbuat dari bambu dan sudah reyot mau ambruk, jika ada angin kencang sering bunyi. Depannya saja yang keliatannya bagus karena dulu bantuan dari TNI. Akhirnya saat musim hujan tiba, dia dan keluarga pindah di kandang kambing yang disekat," kata Pak Max.Baca Juga :
Teteskan Air Mata, Nenek Surip Hidup Dirumah Tak Berdinding Hingga Tidur Diatas Bambu ReyotDi kandang kambing yang terletak di Desa Nguri, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan tersebut, Kemis dan keluarga hanya tidur di atas tanah yang beralaskan tikar berbahan plastik.
Tidur ditemani bau tidak sedap yang timbul dari kotoran kambing sudah menjadi hal biasa bagi keluarga Pak Kemis. Serta hanya dinding yang terbuat dari geribiklah yang melindungi mereka dari dinginnya malam.
Istri Pak Kemis, Sumining sudah tak bisa lagi membantunya bekerja karena memiliki keterbelakangan mental.
Demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga, pria 55 tahun itu setiap hari bekerja menjadi tukang urut. Tak hanya itu, Kemis juga tak lupa merawat 6 ekor kambing yang dipeliharanya.
"Kambing ada 6, yang 4 milik orang yang 2 bantuan dari pemerintah. Kambing dari pemerintah sudah lama diberikan," ujar Pak Max.Baca Juga :
Kisah Mbah Kasmi, Nenek Sebatang Kara Asal Ngawi yang Tinggal di Emperan PasarMeski kehidupannya terbilang sulit, Kemis tetap bekerja keras demi bisa membiayai sekolah anaknya yang saat ini sedang duduk di bangku sekolah dasar.
Mengetahui kondisi keluarga Pak Kemis, Max bersama rekan komunitas sosialnya memutuskan untuk merenovasi rumahnya yang hampir roboh, dengan tujuan mereka tidak lagi tinggal di kandang kambing.
foto via kumparan.com"Sudah ditangani, tepatnya hari Minggu ini kami mulai bongkar rumahnya. Semua dana berjumlah Rp 10 juta murni dari komunitas sosial, pemerintah desa sama sekali tidak membantu pembedahan rumah ini," tuturnya. Renovasi rumah yang berukuran 5x9 meter diperkirakan akan selesai sekitar satu minggu. Dalam proses renovasi, Pak Max dan rekannya tak hanya dibantu oleh tim komunitas sosial serta warga sekitar, anggota Polsek Lembeyan juga turut hadir membantu upaya pembongkaran.
Selain itu, Kapolsek Lambeyan AKP Endang Wahyuni juga ikut membantu renovasi rumah Kemis dengan menyumbangkan semen sebanyak 10 sak.
Pak Max bersama rekan komunitas sosialnya berharap nantinya keluarga Pak Kemis bisa kembali berkumpul di rumah yang layak huni...