Apakah Gempa Bumi Bisa Dihentikan? Ini yang Diajarkan Rasulullah dan Umar

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 03 Oct 2018
Apakah Gempa Bumi Bisa Dihentikan? Ini yang Diajarkan Rasulullah dan Umar
Jalanan yang amblas akibat gempa di Kelurahan Petobo, Palu Selatan, Sulawesi Tengah, Senin, 1 Oktober 2018. (Foto: Antara)

Dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah dan Umar pernah "menghentikan" gempa yang pernah terjadi di Madinah.

Agar gempa tidak terus berlanjut, Ini yang diajarkan Rasulullah Saw dan juga Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu!

Gempa bumi termasuk bencana alam yang tidak bisa dicegah. Bahkan menurut BMKG, gempa bumi tak bisa diprediksi.

Lalu mengapa Rasulullah dan Umar bisa “menghentikan” gempa yang pernah terjadi di Madinah? Tentu semuanya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Karena tak bisa dicegah oleh teknologi secanggih apa pun, yang Kuasa mencegah dan menghentikannya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu menunjukkan pola yang sama untuk “menghentikan” gempa agar tidak berlanjut ke level yang lebih parah.

Bagaimana Caranya?

Suatu ketika, Rasulullah bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman naik ke bukit Uhud. Tiba-tiba bukit itu berguncang. Maka beliau menghentakkan kakinya ke Uhud dan bersabda:

اثْبُتْ أُحُدُ فَمَا عَلَيْكَ إِلاَّ نَبِىٌّ أَوْ صِدِّيقٌ أَوْ شَهِيدَانِ

“Tenanglah wahai Uhud, tidak ada di atasmu kecuali seorang Nabi, Ash Shiddiq dan asy Syahid.” (HR. Bukhari)

Di masa kekhalifahan Umar, tiba-tiba Madinah berguncang.

ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, Umar bin Khattab ra. Mengingat kejadian gempa di Madinah pada masa Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW ketika itu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah, belum datang saatnya bagimu.

Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian, maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!

Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.

Maka, Umar pun berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”

Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali, seperti dikutip dari tarbiah.net.

Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan,

Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian’.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya.

Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma ba’du, “Sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya.” seperti dikutip dari islampos.com.

Baca Juga:

Allah berfirman dalam qur’an surat Al-A’laa [87] ayat 14-15:

Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang. Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), ‘Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi.”

Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, ‘Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi’. Dan katakanlah doa Yunus AS, ‘La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim’.

Jika saja kedua Umar ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan “teguran” Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan.

Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras, inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya dengan meningkatkan ketakwaan dan menjauhi segala kemaksiatan.

Demikian, Wallahu A'lam.
SHARE ARTIKEL