Sejarah Qurban dari Kisah Nabi Ibrahim yang Diberi Mukzizat

Penulis anisa nurfadila | Ditayangkan 11 Aug 2018


Sejarah Qurban dari Kisah Nabi Ibrahim yang Diberi Mukzizatsejarah qurban via rilis.id

Umat Muslim merayakan Idul Adha setiap 10 Dzulhijjah dalam kalendar Islam. 

Di hari tersebut umat muslim disunnah kan untuk menyembelih hewan qurban. 

Qurban adalah upaya manusia untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT, sebagai wujud penghambaan kepada-NYA. 

Kisah atau sejarah qurban berawal dari persitiwa Nabi Ibrahim yang akan menyembelih putranya Nabi Ismail.

Umat Muslim merayakan Idul Adha setiap 10 Dzulhijjah dalam kalendar Islam. 

Hari ini disebut juga dengan lebaran Haji karena bertepatan juga dengan pelaksanaan ibadah haji.

Ada juga yang menyebut hari ini lebaran kurban karena mereka yang mampu untuk berkurban diwajibkan menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada masyarakat yang kurang mampu.

Kisah atau sejarah qurban berawal dari persitiwa Nabi Ibrahim yang akan menyembelih putranya Nabi Ismail.

Kemudian disyiarkan oleh Nabi terkahir Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk menyembelih qurban di hari raya Haji atau Idul Adha. 

Beginilah sejarah qurban dimulai dari kisah Nabi Ibrahim sa dan nabi Ismail sa.

Baca Juga : Sebelum Membeli Kambing Kurban, Baiknya Perhatikan Penjelasan Berikut

Sejarah Qurban dari Nabi Ibramin as

Dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Ash-Shafaat ayat 100-111 yang menceritakan mengenai qurban dan pengorbanan.

Ketika Nabi Ibrahim berusia 100 tahun beliau belum juga dikaruniai putra oleh Allah dan beliau selalu berdoa: 

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang saleh” (Q.S 37:100)

Kemudian dari istrinya yang kedua yakni Siti Hajar yang dinikahinya ketika Nabi Ibrahim mengadakan silaturahmi ke Mesir (setiap kedatangan pembesar diberi hadiah seorang istri yang cantik oleh pembesar Mesir). 

Dari Siti Hajar lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Islam, ia lahir di tengah-tengah padang pasir yang disebut -bahkan kemudian dikenal dengan- Mekkah.

Pada saat Nabi Ibrahim diberi petunjuk oleh Allah, agar meninggalkan istrinya Siti Hajar dengan seorang putranya yang dari lahir dan ia disuruh menemui istrinya yang pertamanya yakni Siti Sarah yang berada di Yerussalem kota tempat Masjidil Agsho.

Beliau meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci besiris air untuk Siti Hajar dan Ismail.

Pada waktu Siti Hajar kehabisan makanan dan air, ia melihat disebelah timur ada air yang ternyata adalah fatamorgana yaitu di Bukit Sofa.

Di situ Ismail ditinggalkan dan Siti Hajar naik Kebukit Marwah serta kembali ke Sofa sampai berulang tujuh kali, tapi tidak juga mendapatkan air sampai ia kembali ke Bukit Marwah yang terakhir. 

Ia merasa khawatir terhadap anaknya barangkali Ismail kehausan dilihat kaki Ismail bergerak-gerak diatas tanah dan tiba-tiba keluar air dari dalam tanah. 

Siti Hajar berlari kebawah sambil berteriak kegirangan : ”zami-zami?” itulah kemudian menjadi sumur Zam-Zam. 

Di situlah Siti Hajar dan Nabi Ismail di padang pasir yang kering kerontang yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim dan ditempat itulah Allah SWT. Menetapkan sebagai tempat ibadah haji.

Allah SWT, berfirman dalam Quran Surat Al-Hajj : 27 : 

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan Haji, niscaya akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai onta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”.

Memang sudah disiapkan oleh Allah, disana tidak ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada gunung berapi yang menyebabkan ada sumber kehidupan tapi atas kehendak Allah maka jadilah sumur “Zam-zam”.

Nabi Ismail ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim yang berada di Yerusalem sampai Nabi Ismail menjelang remaja. 

Kemudian di Yerusalem ternyata Siti Sarah hamil yang melahirkan seorang putra yang diberi nama Iskhak.

Nabi Ibrahim diperintahkan lagi oleh Allah untuk kembali ke Mekkah untuk menengok istri dan anaknya yang pertama yaitu Nabi Ismail, yang rupanya sudah mulai besar. 

Dalam suatu riwayat kira-kira berusia 6-7 tahun. Sejak dilahirkan sampai besar itu Nabi Ismail menjadi kesayangan. 

Tiba-tiba Allah memberi ujian kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam QuranSurat Ash Shaffaat : 102 :

“Maka tatkala sampai (pada usia sanggup atau cukup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata : Hai anakku aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pemdapatmu ” 

Ia menjawab: “hai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Asbabun Nujul atau latar belakang sejarahnya ketika nabi Ibrahim bermimpi (ruyal Haq). 

Dalam impiannya ia mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi Ismail dan sampai di Mina beliau menginap, beliau mimpi yang sama. 

Demikian juga ketika di Arafah malamnya di Mina, masih bermimpi yang sama juga. 

Betapa ujian Berat kepada Nabi Ibrahim as. Supaya menyembelih putra kesayangannya. Itulah yang dijelaskan dalam surat Ash-Shaffaat ayat 102.

Setelah terjadi dialog dengan putranya. Ibrahim mengajak putranya Nabi Ismail, kira-kira antara ratusan meter dari tempat tinggalnya (Minah).

Baru lebih kurang 70-80 meter berjalan, setan menggoda istrinya Siti Hajar: 

“Ya Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail yang sedang tumbuh dan menggemaskan itu?” 

Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak-teriak: “Ya Ibrahim, ya Ibrahim mau dikemanakan anakku?” 

Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT, ditempat itulah dimana pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah bagi jemaah haji disuruh melempar batu dengan membaca : Bismillahi Allahu Akbar. 

Hal tersebut mengandung arti bahwa kita melempar setan atau sifat-sifat setan yang ada di dalam diri kita.

Akhirnya tibalah mereka di Jabal Qurban kira-kira 200 meter dari tempat tinggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Sebagaimana di firmankan oleh Allah didalam surat ASH-Shaffaat ayat 103-107: 

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik”. 

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar “.

Hikmah Qurban

Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih Ismail anaknya tercinta. 

Nabi Ibrahim dan Ismail oun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. 

Setelah itu Allah menggantikannya dengan sembelihan yang besar, yakni berupa domba jantan besar dari Surga berwarna putih, bermata bagus, bertanduk dan juga diikat dengan rumput samurah. Wallahu a’lam.

Demikianlah sejarah qurban dari Nabi Ibrahim yang kemudian menjadi ibadah sunnah yang tama bagi umat Islam di Dunia pada Hari Raya Idul Adha. 

Semoga dengan mengetahui sejarah qurban ini kita bisa lebih memahami sebab akibatnya.

SHARE ARTIKEL