Masih Ada yang Percaya 5 Mitos Pembatal Puasa yang Salah Kaprah Ini ?

Penulis Penulis | Ditayangkan 30 Jul 2018

Masih Ada yang Percaya 5 Mitos Pembatal Puasa yang Salah Kaprah Ini ?
Sumber gambar wongsantun.com

Tak sedikit orang yang salah kaprah mengenai hal-hal yang membatalkan puasa. Alhasil, ketidaktahuan tersebut membuat mereka jadi kesulitan.

Berikut ini mitos yang salah kaprah pembatal puasa yang masih banyak dipercaya.


Puasa merupakan salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh umat muslim di seluruh dunia selama bulan Ramadan.

Salah satu aturan berpuasa dalam Islam adalah menahan lapar dan haus sedari imsak hingga waktu berbuka puasa. Lama berpuasa di masing-masing negara berbeda. Mayoritas, warga Indonesia berpuasa lebih kurang 13 jam setiap hari.

Bulan Ramadan merupakan kesempatan emas untuk umat muslim berlomba-lomba mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya. Selain itu, juga untuk memanjatkan doa-doa baik dengan harapan dimudahkan oleh Allah SWT.

Oleh karena ingin menyempurnakan ibadah berpuasa, tak sedikit orang yang salah kaprah mengenai hal-hal yang membatalkan puasa. Alhasil, ketidaktahuan tersebut membuat mereka jadi kesulitan.

Shabbir Hassan, seorang mahasiswa doktoral di Islamic Sciences and Sharia,dan menyandang gelar Hafidz, yakni seseorang yang hafal Al-Quran, menguraikan beberapa mitos pembatalan puasa yang salah, seperti yang dikutip dari beritagar.id berikut ini:

1. Puasa batal karena menggosok gigi

Menggosok gigi tidak membatalkan puasa Anda. Hassan mengatakan bahwa banyak orang menyangka rasa mint dari pasta gigi yang menyegarkan mulut bisa membatalkan puasa. Sebenarnya, hal yang demikian tidak benar.

Namun, dia memberikan anjuran untuk mereka yang memilih ekstra hati-hati mengenai persoalan menyikat gigi karena khawatir membatalkan puasa.

"Cara terbaik adalah menggunakan pasta gigi dengan kadar mint rendah. Gunakan sesuatu yang tidak terlalu berat dan segar," jelas Hassan seperti dilansir BBC.

Dia juga menganjurkan untuk menyikat gigi dengan miswak atau siwak karena alami dan ringan.

Miswak yang merupakan ranting dari pohon Salvadora telah direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) untuk penggunaan kebersihan mulut.

2. Puasa batal karena menelan ludah

Menelan ludah merupakan gerakan otomatis pada bagian mulut dan tenggorokan manusia. Faktanya, hal ini sama sekali tidak membatalkan puasa.

"Kesalahpahaman ini sama sekali tidak berdasar," ungkapnya.

Menelan ludah, kata dia, tidak bisa dihindari oleh manusia dan tidak membatalkan puasa Anda.

3. Puasa hanya menahan lapar dan haus

Pembatalan puasa tak sekadar dengan makan dan minum saat waktu puasa. Hal lain juga bisa membatalkan puasa Anda, misalnya, membicarakan keburukan orang lain.

"Dosa karena lidah membatalkan puasa Anda," terangnya.

Dia menambahkan bahwa ibadah puasa seseorang akan benar-benar berkurang apabila dirinya bergosip, memfitnah, dan berucap kasar pada sesamanya.

4. Puasa batal karena tidak sengaja makan dan minum

Apabila dalam kondisi benar-benar lupa dan tidak sadar makan atau minum, maka alasan tersebut bisa menoleransi ibadah puasa untuk terus dilanjutkan hingga waktu berbuka.

Hassan mengatakan, menelan air wudhu membatalkan puasa karena gerakan membersihkan mulut saat wudhu hanya sebatas berkumur dan langsung meludahkannya. Jadi, jika sampai tertelan, maka ini dianggap kesengajaan dan puasa Anda pun batal.

5. Puasa tidak boleh menggunakan obat

The Muslim Council of Britain (MCB) merilis keterangan resmi bersama International Glaucoma Association yang menuliskan bahwa pemakaian obat luar seperti obat tetes mata tidak membatalkan puasa.

Selain itu, suntikan medis, tetesan kuping, dan infus uretra, juga masuk dalam kategori pengobatan yang tidak membatalkan puasa.

Namun, menelan obat menggunakan air minum membatalkan puasa karena sebenarnya bisa diakali dengan mengonsumsinya saat sahur atau buka puasa.

"Hal pertama yang harus dilakukan oleh Anda yang memiliki kebutuhan medis adalah berkonsultasi pada dokter, apakah Anda harus berpuasa? Tertulis jelas dalam Al-Quran bahwa seorang muslim yang sakit harus mendahulukan anjuran dokter sebelum menjalani puasa," urainya.
SHARE ARTIKEL