Hipnoterapi, Antara Mencari Kesembuhan dan Rasa Takut Merusak Akidah
Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 11 Jul 2018
Gambar praktik hipnoterapi dilansir dari go-dok.com
Hipnoterapi...
Berobat dengan hipno terapi apakah benar-benar menyembukan penyakit, atau malah memperparah keadaan? simak penjelasannya berikut.
Dialayar televisi mungkin kita sering melihat, seseorang akan tertidur begitu melihat kertas tisu terbakar atau mendengar hitungan maju hingga angka ketiga.
Setelahnya, ia mulai membongkar sendiri aib dan bercerita tentang keluh kesah hidupnya. Sementara itu, sang pemberi sugesti dan orang-orang di sekelilingnya menikmati aktivitas tersebut sebagai hiburan gratis yang disuguhkan pada mereka.
Dilansir dari tirto.co.id dalam laman WebMD, hipnoterapi adalah teknik terapi yang dilakukan untuk membuat seseorang rileks dan fokus, sehingga kesadaran untuk menerima sugesti menjadi meningkat.
Dalam keadaan ini, ragam hal yang terjadi di sekitar orang tersebut akan terblokir sementara. Mereka jadi lebih mudah mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan kenangan menyakitkan yang tersembunyi dari pikiran sadar.
Beberapa terapis menggunakan hipnosis untuk memulihkan memori yang ditekan alam sadar.
Namun, di tahap ini terkadang kualitas informasi yang diingat pasien tidak selalu bisa diandalkan. Hipnosis dapat menciptakan ingatan palsu, umumnya terjadi karena saran atau pertanyaan yang diajukan terapis salah arah.Selama ini, hipnosis digunakan oleh psikolog atau psikiater sebagai analisis pasien atau terapi sugesti.
Dalam menganalisis pasien, pendekatan hipnosis akan membuat mereka jadi lebih rileks untuk mengungkap akar gangguan psikologis yang ia alami. Sementara hipnosis sebagai terapi digunakan agar pasien lebih mudah menangkap saran dan mengubah persepsi.
Teknik terapi ini membantu perawatan pasien dengan berbagai kondisi fobia, cemas, gangguan tidur, dan sedih berlarut. Selain itu, ia juga bisa membantu kontrol rasa sakit seperti pada pasien rematik artritis, kanker, nyeri pasca-bersalin, atau prosedur perawatan lainnya. Namun catatannya, praktik terapi ini tak bisa diterapkan pada semua orang. Hanya pasien dengan diagnosis tertentu yang bisa menjalaninya.
“Indikasinya terbatas, tidak bisa diterapkan pada pasien psikosis atau gangguan disosiatif (kepribadian ganda),” terang dr. Jiemi Ardian, seorang dokter ahli kejiwaan sekaligus hipnoterapis yang berpraktik di Solo, Jawa Tengah.
Sayangnya indikasi itulah yang seringkali diabaikan atau malah tidak diketahui oleh sebagian terapis.
Jamaknya dilakukan oleh mereka yang tidak menempuh pendidikan psikolog atau psikiater. Kursus kilat selama beberapa hari tentu tak bisa mengimbangi semua ilmu kejiwaan hipnoterapis yang berlatar belakang psikolog dan psikiater.Laman National Health Service (NHS), organisasi kesehatan di Inggris, juga menekankan hal serupa yang diungkapkan Jiemi. Sebelum memutuskan hipnosis, sebaiknya pasien berkonsultasi terlebih dahulu terhadap kemungkinan gangguan kepribadian tertentu. Sebab, terapi ini justru akan memperparah kondisi individu dengan gangguan disosiatif.
Kondisi tersebut terjadi karena praktik hipnosis membuka celah antara alam sadar dan bawah sadar manusia lalu “mengganggunya”. Namun, celah tersebut harus dibuka dengan kesiapan mental karena ragam kenangan buruk tersimpan di sana. Sementara itu, individu dengan gangguan disosiatif seperti bipolar atau skizofrenia memiliki kondisi mental berat.
Mereka tak hanya terganggu perasaannya, tapi juga struktur gen dan fungsi sarafnya. Jiemi mengasosiasikan kondisi tersebut seperti cacat fisik, tak disembuhkan tapi bisa dipermudah adaptasinya dengan bantuan alat-alat medis. Seperti misal bantuan kaki palsu pada individu dengan tunadaksa.
“Kita tak bisa perbaiki gen yang membuat pikirannya terganggu dengan hipnosis. Akan sia-sia otak-atik pikiran dan perasaan, dimana itu hanya gejalanya saja.”
Dokter yang sudah membuka praktik selama sepuluh tahun ini kemudian menceritakan pengalamannya menangani pasien bipolar yang mendapat hipnosis.
Selama ini, si pasien melakukan kontrol dan mengimbangi terapinya dengan konsumsi obat-obatan, gejala gangguan disosiatifnya cenderung dapat ditekan. Namun, suatu saat keluarganya mengambil langkah untuk melakukan hipnosis, dengan harapan menyembuhkan pasien secara instan.Sesaat pasca-hipnosis kondisinya memang seakan membaik. Namun, setelahnya, perempuan itu justru bersikap impulsif dan reaktif. Perasaannya mengalami fluktuasi cepat dan drastis, dari marah dan sering memukul tiba-tiba bisa langsung menangis tersedu-sedu. Akibatnya ia harus dirawat inap dan diberi obat-obatan injeksi untuk memulihkan kondisi seperti sedia kala.
“Makanya kita menyarankan teman-teman praktisi untuk edukasi dan tukar pikiran. Karena dampaknya akan berujung ke pasien juga.”
Baiknya, jika ingin menggunakan jasa hipnosis, pastikan dulu kondisi gangguan psikis yang dialami. Jangan sampai niat menyembuhkan justru membikin gangguan semakin parah. Datanglah ke tenaga profesional hipnosis yang memiliki latar belakang ilmu kejiwaan supaya mendapat penanganan tepat.
Praktek hipnotierapi dalam pandangan islam
Menurut Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A. yang dilansir wajibbaca.com dari konsultasisyariah.com. Beliau menerangkan Menurut para pakar, data-data itu tersimpan di otak kanan anda, atau yang diistilahkan oleh para ahli hipnoterapi otak bawah kesadaran.Inilah yang dimanfaatkan oleh para hipnoterapi, mereka mengotak-atik kerja otak kanan dan kiri, serta berusaha memanfaatkan bebagai memori pahit atau manis yang pernah dialami oleh pasiennya.
"Yang demikian itu, karena sering kali penyakit yang menimpa seseorang disebabkan oleh trauma atau suatu persepsi tentang suatu hal yang kurang baik. Seorang praktisi hipnoterapi berusaha merubah peta pikiran pasiennya tentang kejadian yang menjadikanya trauma, atau menderita penyakit tersebut, atau mungkin juga berusaha memindahkan kerja otaknya dari yang sebelumnya terpusat pada otak kanan berpindah menjadi terpusat di otak kiri atau sebaliknya." Kata Ustadz Arifin.
Akan tetapi karena ilmu ini adalah hasil penelitian orang dan hingga kini terus dikembangkan oleh masyarakat luas, masing-masing dengan caranya sendiri-sendiri. Terlebih-lebih pada tataran prakteknya ilmu ini sering dihubung-hubungkan dengan mitos, atau idiologi atau tradisi masyarakat setempat, sebagai sarana untuk masuk ke dalam pikiran bawah sadar (memori otak kanan) pasien, akibatnya banyak ditemukan perbedaan dan bahkan mungkin saja hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam, terlebih-lebih bila yang mengembangkan dan mempraktekkannya adalah orang kafir, atau orang yang tidak paham tentang prinsip-prinsip akidah agama Islam.
Inilah yang menjadikan banyak ulama; mengharamkan ilmu ini.
Kebanyakan ahli hipnoterapi tidak memahami akidah islam, sehingga pada prakteknya ia sering mengatakan atau melakukan hal-hal yang tidak selaras dengan agama Islam, inilah yang menjadikan banyak ulama’ sekarang mengharamkan hipnotis.BACA JUGA: Sudah Ada Bukti Nyata, Batu Ginjal Hilang Dalam Satu Malam Cuma Dengan Air Kelapa Muda
Terlebih-lebih dalam ilmu hipnotis dikenal apa yang disebut dengan filter atas setiap “saran” atau bisikan atau masukan yang sampai kepada pikiran anda. Dan filter ini beraneka ragam wujudnya, dimulai dari filter bahasa, ideologi, perasaan, tradisi, pola pikir dan lainnya. Mungkin saja pada tahapan ini seorang hipnoterapi dapat mengubah atau mempengaruhi ideologi anda, guna menuntut anda kepada keadaan yang ia inginkan.
Sebagai orang yang beriman, tentu anda akan berkata ahli hipnotis di atas berbau klenik atau syirik, maka andapun dapat menghukumi bahwa perbuatannya itu haram, atau syirik.
Akan tetapi bila ahli hipnotisnya adalah orang yang bertauhid, maka ia dengan mudah mengubah kata-kata di atas.Misalnya, coba anda bayangkan: malaikat pencabut nyawa sekarang ini telah berada di atas kepala anda, penampilannya menyeramkan, suaranya menggelegar bagaikan petir, dan di belakangnya telah berbaris para malaikat yang membawa kain dari neraka yang sangat kasar, berbau busuk menyengat. Selanjutnya malaikat maut menghardik anda: “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau menuju kepada kebencian dan kemurkaan Allah.”
Tentu mendengar ucapan yang demikian, anda sebagai seorang mukmin, akan berkata: “Ini adalah ucapan yang benar dan tidak masalah, sehingga praktek hipnoterapi yang ia lakukanpun tidak ada yang perlu dipermasalahkan.”
Oleh karena itu Ustadz Muhammad Arifin tidak dapat memberikan jawaban yang baku tentang hipnoterapi atau hipnotis atau hipnosis yang ada di masyarakat.
Akan tetapi seyogyanya setiap kejadian dan setiap ahli hipnoterapi dikaji secara tersendiri, guna diberikan keputusan hukum yang selaras dengannya.
Bila padanya terdapat hal-hal yang bertentangan dengan agama, maka yang kita larang sesuai dengan tingkat pelanggarannya. Sebaliknya, bila bila tidak ada yang menyelisihi prinsip agama, maka tidak masalah. Demikian semoga bermanfaat.