"Orang Sepele Sih Sama Jukir" Penghasilan Jukir Di Jakarta Bisa 3 Kali Lipat UMR

Penulis Penulis | Ditayangkan 11 Dec 2017


Target retribusi parkir tahunan dinilai masih terlalu kecil bila dihitung dari belasan juta kendaraan di Jakarta.

Terlihat pria berusia paruh baya bersepatu Nike Running orisinal itu berdiri ditepian ruas jalan jakarta pusat. Setiap pukul empat sore, ia memakai rompi biru dengan lambang Unit Pengelola Perparkiran Dishub DKI Jakarta.

Iwan, bukan nama sebenarnya, Pria ini memilih menjadi seorang jukir daripada pekerjaan sebelumnya yakni sebagai pekerja di sebuah hotel bintang tiga, ia banting setir sebagai jukir bukan tanpa alasan.

Kerja jukir adalah "kamu dapat uang tanpa tekanan".

"Enak jadi jukir", kata iwan seperti yang dilansir dari tirto.id.

Bekerja sebagai jukir, Iwan memulai jam kerjanya dari pukul empat sore hingga dua belas malam.

Terkadang sampai pukul 3 dini hari tergantung kemampuannya.

Bagi sebagian orang, pekerjaan ini kadang dicap "rendahan". Tetapi, jika Anda sedikit saja mau melebarkan telinga, penghasilannya sangat mungkin bikin kesengsem pekerja kantoran dari fresh graduate sebuah kampus mahal di Indonesia.

Sebagai jukir yang dikontrak UP Perparkiran selama setahun, Iwan dibayar sesuai upah minimum provinsi Jakarta sebesar Rp3,3 juta per bulan. Tetapi penghasilan ini bukan satu-satunya. Sumber pendapatan lain dari pemilik mobil yang membayar tunai tanpa struk parkir. Sehari ia bisa mengantongi Rp300 ribu atau Rp6 juta per bulan.

"Sebulan bisa Rp9 juta," katanya. "Orang sepele sih sama jukir."

Atasan Iwan adalah seseorang yang disebut pengawas, dan koordinator lapangan jukir. Pengawas bekerja untuk memantau kinerja jukir, sementara korlap bertugas mengumpulkan uang jukir untuk disetorkan ke rekening pemda.

Menurut pengakuan Iwan, pengawas yang dipekerjakan oleh UP Perparkiran adalah "orang setempat yang diberdayakan." Relasi ini membentuk apa yang dia bilang "saling memahami" soal pendapatan tambahan yang dia terima, yang lebih besar dari gaji bulanan.

Bila mesin parkir otomatis saja bisa diakali jukir, apalagi parkir yang memakai karcis. Misalnya, parkir di Gedung Olahraga Remaja Senen, Jakarta Pusat. Jukir mematok harga parkir sepeda motor Rp5.000 per hari tanpa memberikan karcis. Bahkan satu jam parkir tetap dikenakan biaya yang sama.

Begitu pula di GOR Bulungan, Jakarta Selatan. Jukir mematok sekali parkir motor dengan harga Rp3.000 dan mobil Rp7.000. Lahan parkir supermarket tak luput dari pungutan “jukir” seperti Indomaret, Alfamart, dan kafe. Mereka mematok harga seenaknya, dari Rp2.000-Rp5.000 untuk sepeda motor. Bahkan saat pembayaran, jukir tak memberikan karcis parkir kepada konsumen.

Jangan Lewatkan : Satu Tanda Kiamat, Sopir Taksi Terang-terangan Berbuat Zina Saat Antar 3 Siswi Ke Sekolah



Ada beragam alasan jukir sungkan memberikan karcis. Berdasarkan penelitian Forum Warga Kota Jakarta pada 2006 terhadap 56 juru parkir, 13 jukir mengatakan kepada pemilik kendaraan bahwa karcisnya habis, 19 jukir berkata karcisnya sulit atau merepotkan, 13 orang bilang tidak ada karcis, dan 4 jukir berkata si pemilik kendaraan tidak meminta karcis.
SHARE ARTIKEL