Perselingkuhan itu Luka, Bagaimana Bisa Sembuh Kalau Pelakunya Masih Hidup Bersama
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 21 Sep 2017 Mungkin ada Bunda yang berpendapat, kalau suami selingkuh maafkan, ini demi anak-anak, demi masa depan mereka.
Tapi malah banyak yang kontra dengan pendapat tersebut. Malah pendapat itu bisa saja terlontar dari mulut lelaki.
KENAPA BISA?
Secara logika jadi imam saja sudah tak becus, bagaimana memberi contoh pada anak anaknya nanti...

Kenapa seorang lelaki tidak mendukung lelaki lainnya? Ya karena memang lelaki tersebut tak pantas jadi seorang suami dan ayah yang baik.
Tak pantas jadi imam yang baik.
"Nggak pantes jadi imam kok dipertahankan" begitu ujar akun facebook Wahyu Aji P.
Memang sama sekali tak pantas, bagaimana masa depan anak-anak akan terjamin baik, jika jadi imam saja tak becus.
Memang secara finansial seorang istri akan kerepotan jika dari awal pernikahan tidak mandiri alias punya penghasilan sendiri.
Tapi kalau dirunut dari dalam hati bagaimana bisa luka atas penghianatan itu bisa sembuh.
Sedangkan orang yang membuat luka itu terus hilir mudik, dimuka, dihati, depan mata, disamping, satu tempat tidur, setiap hari.
Baca Juga: Ketahuan Selingkuh Tapi Tidak Mau Cerai? Istri Jangan Bodoh!, Ini Bukan Karena Suami Masih Cinta, Tapi Karena Ini
Dalam sebuah Hadist Riwayat Ad-Dailami
مَا أَحَلَّ اللهُ حَلاَلاً أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ النِّكَاحِ، وَلاَ أَحَلَّ حَلاَلاً أَكْرَهَ إِلَيْهِ مِنَ الطَّلاَقِ
Dari Muqatil bin Sulaiman dari Amr bin Syuaib dan dari ayah kakek Rasulullah bahwa Rasul bersabda: “Tidak ada hal yang dihalalkan oleh Allah yang lebih Dia cintai dari pada pernikahan. Dan tidak ada pula hal yang Allah halalkan yang lebih Dia benci dari pada perceraian.”
Dijelaskan disitu, perceraian itu dihalalkan. Karena apa?
Manusia boleh memilih mana yang lebih mudharat, supaya mereka meninggalkannya. Lebih baik hidup bersama atau bercerai.
Dari kisah Tsabit bin Qais bin Syammas: bahwa istri Tsabit bin Qais bin Syammas mengunjungi Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak membenci Tsabit dalam hal agamanya dan juga akhlaknya. Namun aku hanya takut kufur.”
Maka Rasulullah menjawab: “Maukah kamu mengembalikan kepadanya kebunnya?” lalu ia menjawab: “Ya.” Maka ia pun mengembalikan kebun tersebut kepadanya dan kemudian Rasul memerintahkannya dan Tsabit pun menceraikan istrinya.”
Dalam kehidupan rumah tangga tentu terdapat banyak liku-liku dan pahit manis kehidupan yang akan dirasakan.
Karena itulah kesabaran dan keikhlasan sangat penting ditanamkan dalam diri keluarga khususnya pasangan suami istri sehingga mereka dapat menjaga pernikahannya agar tidak terjerumus pada perceraian.
Apalagi jika mereka meninggalkan anak yang justru membuat anak menjadi korban yang menyedihkan. Akan lebih baik untuk menjaga tali kekeluargaan dalam berumah tangga.
Tapi malah banyak yang kontra dengan pendapat tersebut. Malah pendapat itu bisa saja terlontar dari mulut lelaki.
KENAPA BISA?
Secara logika jadi imam saja sudah tak becus, bagaimana memberi contoh pada anak anaknya nanti...

Kenapa seorang lelaki tidak mendukung lelaki lainnya? Ya karena memang lelaki tersebut tak pantas jadi seorang suami dan ayah yang baik.
Tak pantas jadi imam yang baik.
"Nggak pantes jadi imam kok dipertahankan" begitu ujar akun facebook Wahyu Aji P.
Memang sama sekali tak pantas, bagaimana masa depan anak-anak akan terjamin baik, jika jadi imam saja tak becus.
Memang secara finansial seorang istri akan kerepotan jika dari awal pernikahan tidak mandiri alias punya penghasilan sendiri.
Tapi kalau dirunut dari dalam hati bagaimana bisa luka atas penghianatan itu bisa sembuh.
Sedangkan orang yang membuat luka itu terus hilir mudik, dimuka, dihati, depan mata, disamping, satu tempat tidur, setiap hari.
Baca Juga: Ketahuan Selingkuh Tapi Tidak Mau Cerai? Istri Jangan Bodoh!, Ini Bukan Karena Suami Masih Cinta, Tapi Karena Ini
Istilah sekarang, bagaimana bisa move on?
Bukan ngompori untuk segera bercerai, karena perceraian itu dibenci Allah.Dalam sebuah Hadist Riwayat Ad-Dailami
مَا أَحَلَّ اللهُ حَلاَلاً أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ النِّكَاحِ، وَلاَ أَحَلَّ حَلاَلاً أَكْرَهَ إِلَيْهِ مِنَ الطَّلاَقِ
Dari Muqatil bin Sulaiman dari Amr bin Syuaib dan dari ayah kakek Rasulullah bahwa Rasul bersabda: “Tidak ada hal yang dihalalkan oleh Allah yang lebih Dia cintai dari pada pernikahan. Dan tidak ada pula hal yang Allah halalkan yang lebih Dia benci dari pada perceraian.”
Dijelaskan disitu, perceraian itu dihalalkan. Karena apa?
Manusia boleh memilih mana yang lebih mudharat, supaya mereka meninggalkannya. Lebih baik hidup bersama atau bercerai.
Dari kisah Tsabit bin Qais bin Syammas: bahwa istri Tsabit bin Qais bin Syammas mengunjungi Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak membenci Tsabit dalam hal agamanya dan juga akhlaknya. Namun aku hanya takut kufur.”
Maka Rasulullah menjawab: “Maukah kamu mengembalikan kepadanya kebunnya?” lalu ia menjawab: “Ya.” Maka ia pun mengembalikan kebun tersebut kepadanya dan kemudian Rasul memerintahkannya dan Tsabit pun menceraikan istrinya.”
Dalam kehidupan rumah tangga tentu terdapat banyak liku-liku dan pahit manis kehidupan yang akan dirasakan.
Karena itulah kesabaran dan keikhlasan sangat penting ditanamkan dalam diri keluarga khususnya pasangan suami istri sehingga mereka dapat menjaga pernikahannya agar tidak terjerumus pada perceraian.
Apalagi jika mereka meninggalkan anak yang justru membuat anak menjadi korban yang menyedihkan. Akan lebih baik untuk menjaga tali kekeluargaan dalam berumah tangga.