Meski Gelarmu Tinggi, Jangan Malu dengan Status Ibu Rumah Tangga

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 29 May 2017
Meski Gelarmu Tinggi, Jangan Malu dengan Status Ibu Rumah Tangga

Meski kamu punya gelar sarjana sampai 3 title, meski kamu punya gelar doktor lulusan universitas terkemuka, meski kamu lulus cumlaude dari unversitas luar negeri.

Sekali lagi, tak usah malu, tak usah sedih, dengan status Ibu Rumah Tangga. Tak perlu sedih tak bisa menjadi wanita karir atau pekerja kantoran.

Karena menjadi ibu rumah tangga, berada dirumah untuk melayani suami dan mengurusi anak-anakmu adalah pekerjaan paling mulia.

Baca kisah ini dari muslim.or.id.

Setiap pagi, 3 anak diurus oleh wanita ini. Dia hanya Ibu Rumah Tangga (IRT) yang memutuskan mengabdi di rumah untuk suami dan anak-anak. Padahal dia memiliki ijazah dan bisa memanfaatkannya untuk bekerja.

Dia tidak merasa malu dengan teman-teman yang sebaya dengannya yang tiap hari berada di pabrik atau di kantoran. Dia pernah berujar, “Seandainya saya memutuskan bekerja di kantoran, tentu anak-anak tidak terurus. Apalagi 3 anak seperti saat ini.”

Dia pernah  berujar pula bahwa wanita yang bekerja di kantoran terus menelantarkan anaknya dan diserahkan pada orang tua wanita ini atau pada tempat penitipan anak.

Di desa yang sama, ada seorang wanita karir. Yang pekerjaan suami dengannya jauh berbeda. Suami hanya menjual kue di pasar. Sedangkan si istri bekerja di kantoran.

Bila kedua gajinya dibandingkan amat jauh. Karena kesibukan si istri, suami akhirnya yang mengurus rumah tangga, yaitu memasak dan mencuci, bahkan sibuk pula mengurus anak-anak.

Di tempat lain juga dapat ditemukan kasus seperti di atas, di mana suami sampai-sampai direndahkan oleh istri karena gaji suami yang lebih rendah.

Ukhti… perlu dipahami bahwa tempat terbaik bagi wanita adalah di rumah. Wanita karir tentu tidak punya prinsip demikian. Mereka menganggap bahwa tempat mereka adalah di kantoran, berangkat pagi, pulang sore atau bahkan malam.

Tak tahu masihkah ada waktu untuk melayani suami, atau memperhatikan anak-anak. Padahal wanita yang betah di rumah dipuji oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).

Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas bahwa janganlah wanita keluar rumah kecuali ada hajat seperti ingin menunaikan shalat di masjid selama memenuhi syarat-syaratnya. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 182).

Alasan wanita lebih baik di rumah, menjadi IRT (Ibu Rumah Tangga) karena wanita itu aurat. Disebutkan dalam hadits dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ فَتَقُولُ: مَا رَآنِي أَحَدٌ إِلا أَعْجَبْتُهُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ إِلَى اللَّهِ إِذَا كَانَتْ فِي قَعْرِ بَيْتِهَا

“Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1685 dan Tirmidzi no. 1173. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Baca Juga: Doa-doa Mustajab, untuk Diamalkan dari Hari 1 Sampai 10 Bulan Ramadhan

Wanita yang betah di rumah inilah yang lebih menjaga diri. Wanita karir begitu bebas bergaul dengan lawan jenis di kantor, tanpa kenal batas. Padahal Allah Ta’ala memuji wanita yang menjaga dirinya,


فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Sebab itu maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” (QS. An Nisa’: 34). Ath Thobari berkata dalam kitab tafsirnya (6: 692),

“Wanita tersebut menjaga dirinya ketika tidak ada suaminya, juga ia menjaga kemaluan dan harta suami. Di samping itu, ia wajib menjaga hak Allah dan hak selain itu.”

Ukhti… wanita yang terbaik adalah yang taat pada suami, menunaikan kewajiban sebagai istri dan menyenangkan suami. Adapun wanita karir tidak bisa sepenuhnya memenuhi tugasnya sebagai istri dan ibu bagi anak-anak.

Padahal telah dipuji wanita yang punya sifat baik seperti yang kami sebutkan. Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?”

Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Ukhti… wanita yang terbaik adalah yang bertanggungjawab untuk mengurus rumah dan anak-anaknya. Sedangkan wanita karir terlalu sibuk pada pekerjaan dan karir, sehingga pendidikan terhadap anak dilalaikan.

Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالإِمَامُ رَاعٍ ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ فِى أَهْلِهِ رَاعٍ ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinan pada rakyatnya. Kepala keluarga adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya tersebut. Seorang wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hal itu.” (HR. Bukhari no. 2409)

Ukhti… wanita yang terbaik adalah yang pandai menerima pemberian suami, begitu pula ridha dengan yang sedikit. Namun ini sulit ditemukan pada wanita karir.

Bila gajinya lebih tinggi dari suami, ia akan sulit menghargai pemberian suami yang relatif kecil. Padahal sulit berterima kasih seperti itu yang membuat banyak wanita disiksa di neraka. Na’udzu billah.

Dalam hadits muttafaqun ‘alaih disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).

Yang penulis pernah baca, ada seorang wanita karir yang sampai memutuskan berhenti bekerja dengan memberikan alasan:

Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.

Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.

Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya dan lebih serius mengurus anak-anak.

Jangan bersedih jika Anda memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT). Karena Andalah wanita pilihan, mulia dan terbaik.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
SHARE ARTIKEL