Menjadi Istri Dominan Boleh Saja, Asal Kamu Tahu Batasan Batasan Ini

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 25 Apr 2017
Menjadi Istri Dominan Boleh Saja, Asal Kamu Tahu Batasan Batasan Ini

Sahabat, dalam rumah tangga yang sehat terdapat peran dan tanggung jawab yang seimbang antara suami dan istri. Namun karena sebab-sebab yang telah disebutkan tadi, terjadi pergeseran peran antara suami dan istri. Akibatnya, muncul ketidakseimbangan dan ketidaknyamanan dalam interaksi keluarga.

Tapi dalam sebagian kasus, nyatanya ada juga para suami yang justru merasa nyaman dalam dominasi istri. “Ini terjadi karena sikap kekanak-kanakkan suami yang belum matang kepribadiannya.

Bisa juga terjadi pada suami yang terbiasa dimanja—biasanya anak bungsu—dan diatur oleh orangtuanya,” papar Psikolog Yulia Wahyu Ningrum, S.Psi, M.Psi, Direktur Biro Psikologi Mata V Hati, Samarinda, Kalimantan Timur.

Suami tipe ini malah merasa senang karena segalanya telah diatur istri dan ditangani istri. Dia hanya perlu bekerja dan menuruti kemauan istri. Rumah tangga pun berjalan damai, tak peduli pendapat orang lain di luar sana.

Namun begitu, menurut Yulia, tetap harus ada batasan sejauh mana dominasi istri masih bersifat positif. Di antaranya, tetap berlaku sopan terhadap suami, terlebih di depan anak-anak; tidak menguasai keseluruhan masalah keuangan atau gaji suami hingga menyulitkan suami; dan tetap memungkinkan celah untuk berdiskusi dengan suami.

BACA JUGA : Muslimah, Ternyata Inilah 5 Alasan Suami Malas Pulang ke Rumah

Bila dominasi istri sudah demikian terbuka, kondisi rumah tangga tak lagi sehat. Misalnya, istri berani memerintah suami di depan umum, selalu bersuara keras saat memerintah suami atau mengutarakan keinginan. Istri juga tidak memberi keleluasaan pada suami untuk menggunakan uang jerih payahnya sendiri, pun mewajibkan suami untuk melaporkan semua urusan dan kegiatannya.

Dampaknya bukan hanya pada hubungan antara suami dan istri, tapi juga pada pembinaan karakter anak. Jika anak melihat ibunya tidak menghargai ayahnya, dapat dipastikan begitu pula yang dilakukan anak.

“Mereka tidak akan hormat kepada ayahnya, jarang melibatkan ayah dalam fase perkembangan mereka, tidak percaya pada perkataan ayah,” contoh Yulia. Tentu saja ini akan memberi pengaruh negatif pada masa depan anak.

Jadi, sudah semestinya orangtua memerhatikan dan memperbaiki pola relasi dalam rumah tangga demi kenyamanan dalam keluarga dan kebaikan masa depan anak-anak.

Bibit Dominasi Istri

Di antara sebab yang paling berpotensi timbulnya dominasi istri adalah berbagai kelebihan yang dimiliki istri atas suami. Maka tidak berlebihan bila sebelum menikah perlu diperhatikan hal berikut.

1. Kesetaraan antara calon suami dan calon istri dalam hal latar belakang keluarga, pendidikan, kematangan pribadi, finansial, dan sebagainya. Perbedaan yang sangat menyolok akan mempersulit proses adaptasi.

2. Tidak ada orang yang sempurna, namun sebisa mungkin pilih calon pasangan yang tidak kekurangan dalam semua aspek kehidupannya. Bila calon suami lemah dalam keuangan, mestinya dia kuat pada aspek lain, misalnya aspek pemahaman agama dan kesabaran.

3. Tingkatkan pemahaman tentang relasi suami istri yang ideal, terutama dalam syariat Islam. Misalnya, soal kewajiban istri dalam mematuhi suami dan kewajiban suami terhadap istri.
Asmawati
SHARE ARTIKEL