Menggabungkan Ikhlas, Syukur, Dan Harapan Untuk Mencapi Kehidupan Yang Bermakna

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 06 Apr 2017
Menggabungkan Ikhlas, Syukur, Dan Harapan Untuk Mencapi Kehidupan Yang Bermakna

Banyak literature yang menguak makna kehidupan. Salah satunya yang paling sering kita dengar adalah bahwa hidup adalah Pilihan. Simple memang, namun kalimat itu banyak mengandung makna baik secara harfiah maupun etimologi. Namun jika boleh Saya ikut serta mengejawantahkan arti hidup, bahwa Hidup adalah tentang mengikhlaskan masa lalu, mensyukuri masa kini dan memperjuangkan serta mendo'akan untuk masa depan.


1. Mengikhlaskan masa lalu.

Bahwa dalam hidup tentu saja terpaut pada waktu, dan waktu itu akan jadi "masa lalu" jika sudah ada masa kini... begitu permainan katanya. Pada intinya dalam hidup selalu ada harapan dan kenyataan. Bohong jika tidak demikian. Pada dasarnya manusia digantungkan dengan harapannya sendiri.. sah- sah saja, bahkan itu baik jika diikuti dengan sebongkah perjuangan, jika tidak maka bisa dikategorikan kosong belaka.

Dalam hal ini manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin dan berdo'a, selanjutnya ada Sang Eksekutor yang paling memiliki andil dalam penentuan berhasil/gagal-kah usaha kita, Dialah ALLAH SWT.. Tuhan semesta alam Maha Segalanya. Sepanjang kita tetap pada keimanan bahwa ALLAH itu ada.. tidak sekedar mempercayai  saja... namun benar-benar mengimaniNya. Bacalah kitab Al-Qur'an maka kita akan tahu berbagai hikmah hidup yang secara tersurat dan tersirat disebutkan dalam Al-Qur'an. Subhanallah...

Salah satunya dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 216 berikut ini:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui".

Ayat ini bisa dijadikan salah satu bukti bahwa sangat wajar jika dalam hidup kita dihadapkan dengan harapan yang berbuntut dengan kekecewaan. Karena pada dasarnya Allah lah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita hamba-Nya. Jika kenyataannya sesuai dengan harapan berarti yang kita anggap baik dan kita pilih berarti mendapat ridho dari Allah dan memang itulah yang terbaik namun jika sebaliknya..

Yaitu berbuntut pada kegagalan dan kekecewaan maka ambillah hikmahnya bahwa Allah SWT telah menyiapkan sesuatu / seseorang yang jauh lebih baik sebagai gantinya, meski sebelumnya kita tidak menganggapnya baik, namun yakinlah bahwa Allah SWT Maha Tahu segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.

2. Semangat mensyukuri masa kini.

Sebagai makhluk dan hamba Allah kita diwajibkan untuk selalu bersyukur atas nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.“ (QS. 2:172).

Bersyukur mulai dari hal kecil.. yaitu atas udara yang sampai detik ini masih kita hirup secara gratis dan bebas. Boleh jadi kelak kita akan membeli udara karena nyatanya beberapa titik bumi kini tercemar karena ulah manusia yang berbuat kerusakan. Maka dari itu kita harus jauh lebih mensyukuri nikmat udara bersih yang masih bisa kita hirup sekarang. Selanjutnya nikmat kesehatan, kasih sayang dan lain-lain.

Adapun balasan bagi orang-orang yang bersyukur, salah satunya seperti yang tersurat dalam ayat QS. Ibrahim berikut ini:“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari adalah memperjuangkan serta mendo’akan masa depan.

BACA JUGA : Menjadikan Anak Agar Disayang Allah Subhanahu Wata'ala

Dalam hal ini berjuang berarti ikhtiar. Mengupayakan dengan maksimal untuk apa yang kita inginkan dan berharap mendapatkan hasil yang baik. Ada juga yang mengatakan bahwa Ikhtiar adalah perpaduan antara berusaha dan berdo'a. Mengutip apa yang ditulis dalam situs milik Ust. Yusuf Mansyur bahwa “nasib masing-masing hamba sebenarnya telah ditulis di lauhul mahfudz sebelum hamba itu lahir ke dunia ini, baik berupa rezeki, umur, mati, jodoh, telah tertulis.”

Meskipun begitu, bukan berarti seorang hamba pasrah begitu saja menjalani hidup di dunia tanpa ada ikhtiar. Ikhtiar hendaknya dilakukan dengan segenap kekuatan dan tanpa mengenal putus asa. Sebagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Nabi Ya’qub AS yang tidak pernah putus asa dalam mencari anaknya Nabi Yusuf AS.

Beliau selalu berpesan kepada anak-anaknya agar tidak berputus asa untuk mencari adiknya Nabi Yusuf AS. Hingga akhirnya mereka bisa bertemu kembali. Itulah bukti kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya yang mau ikhtiar tanpa mengenal putus asa dalam melakukan kebaikan.

Sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah post tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesunggunya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf [12]; 78).

Dan segala sesuatu ada aturan mainnya termasuk ikhtiar. Dalam sebuah kaidah dikatakan: Al-ghoyatu la tubarrirul wasilah, artinya: Untuk meraih suatu tujuan tidak boleh menghalalkan segala cara.

Berikut rambu-rambu ikhtiar dalam Islam :

1. Niat ikhlas dan sesuai dengan syariat Islam
2. Bersih dari kesyirikan
3. Tidak mengandung unsur haram
4. Tidak melalaikan Allah SWT

Setelah berikhtiar dan berdo'a maka selanjutnya adalah Tawakkal. Tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada AllahSWT, untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudharatan, baik menyangkut urusan dunia maupun urusan akhirat. Allah SWT, berfirman:

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya (mencukupkan keperluannya)." (QS. Ath-Tholaq: 2-3)

Tawakkal merupakan tahap akhir dari sebuah perjuangan. Memasrahkan dan mengembalikan kepada Allah SWT setelah berikhtiar dengan maksimal, karena semua keputusan dan ketetapan ada di tangan Allah SWT. Selalu mengimani bahwa Allah SWT tahu yang terbaik untuk para hamba-hambaNya, Oleh karena itu tetaplah beriman dan beribadah semata-mata karena Allah Ta'ala.
SHARE ARTIKEL