"Jerawatmu kok tambah banyak?", "Sudah lama nikah kamu belum punya anak juga?" Penting nggak sih tanya seperti itu?
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 03 Apr 2017jawaban.com
Itu lah namanya lambe turah, alias bibir lebih (monyong).
Mungkin ada lambe turah yang bertanya seperti berikut ini.
"Kok jerawatmu makin banyak?"
"Tak lihat kamu makin gendut ya?"
"Sudah 5 tahun menikah kok belum hamil mbak?"
"Waduh baru nikah 2 tahun anak sudah 3, mau punya anak berapa???"
Seperti itu lah pertanyaan yang berasal dari "Lambe Turah" alias nggak punya kerjaan.
Asal saja dalam bicara, tanpa memperhatikan lawan bicaranya. Mungkin mereka tidak memahami perasaan lawan bicaranya.
Jika mau berfikir mari kita bahas bersama.
Misal kita komentar tentang jerawat teman kita.
Apa kita tahu betapa menderitanya dia sebagai perempuan, sudah malu jerawatnya nggak sembuh-sembuh. Sudah berobat kemana-mana, setiap dokter spesialis Kulit didatangi. Berapapun harga obat di resep tetap dibeli. Hanya satu keinginanya, jerawatnya sembuh.
Meskipun nggak di sindir atau terus terang mencaci maki, dia sudah menderita. Sudah menderita ditambah komentar kita yang menyakitkan, apa nggak semakin minder dan merasa orang yang paling buruk muka sedunia.
Baca Juga: Nasehat Rumah Tangga yang Lucu Tapi Benar-Benar Menohok
Adalagi dengan berbagai cara maunya temu kangen dengan teman-teman SMP, SMA dan lainnya.
Bukannya tanya kabar, malah apa komentar pertamanya?
"Wiih, makin gendut ya, jerawatan lagi.....!!!"
twitter.com
Bagaimana perasaanmu?
Mungkin rasanya ingin pulang, menyesal ketemu kita apalagi punya teman seperti kita. Kalau bisa seketika itu operasi plastik plus sedot lemak.
Ada lagi masalah rumah tangga. Ada yang sudah lama menikah tapi belum punya anak. Trus kita tanya kesana-kemari.
"Kenapa kamu kok nggak hamil-hamil???" Bodoh nggak sih pertanyaan seperti ini? Anak itu anugrah Allah SWT, kalau belum diberi setelah berusaha mau diapakan lagi. Kok seperti itu ditanyakan.
Sudah pasti kalau usaha nggak usah diragukan. Pasangan seperti ini pasti ingin sekali mendapat momongan. Dan ikhtiar kemana-mana. Mulai dari dokter kandungan, sampai pengobatan tradisional segala macam. Orang bilang apa, pasti dicobak karena begitu besarnya ingin mendapat momongan.
Jadi lebih baik kita diam. Tak usah komentar kalau jadinya menyakitkan. Karena selain membuat sakit hati, juga nambah dosa. Beda lagi kalau beri saran nyata.
Sudah paham kan? Tapi mau gimana lagi, ada lho orang yang seperti ini. Punya bibir yang nggak ada kerjaan alias lambe turah.
Ada teman nggak punya anak dikomentari, ada yang punya banyak anak dikomentari.
Padahal kita tinggal lihat, tidak ikut merawat, tidak ikut merasakan sakitnya melahirkan. Tap ikut komentar yang menyakitkan. Apa mungkin yang komentar seperti ini belum pernah dapat cobaan, musibah dan lainnya?
Belum pernah merasakan susahnya diet bertahun-tahun tapi nggak kurus-kurus. Belum pernah merasakan jerawat bertahun-tahun berobat tak sembuh-sembuh.
Belum merasakan minder. Takut mertua karena belum bisa memberi keturunan. Belum merasakan punya 1 anak, dan anaknya meninggal.
Karena itu kerjaanya hanya mencel orang.
Jadi kesimpulannya, daripada komentar mending makan permen. Kalau bicara kita pikir dulu. Karena ada yang merasa sudah cantik nggak kurang apa-apa plus merasa paling sempurna.
Kata perkata yang mau kita keluarkan dari mulut, mulai saat ini mari kita pikir, mari kita timbang. Nggak asal bicara. Mudah-mudah bermanfaat bagi kita semua.