Masih Mencintai Dunia Yang Fana` Ini, Bersiap Siaplah Untuk Tertipu, Berikut Penjelasanya

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 08 Mar 2017

Masih Mencintai Dunia Yang Fana` Ini, Bersiap Siaplah Untuk Tertipu, Berikut Penjelasanya

Secara lahiriah, alam ini adalah sebuah tipuan, namun secara batiniah, ia merupakan sebuah pelajaran. Dan nafsu senantiasa melihat pada lahirnya yang menipu sementara kalbu senantiasa melihat pada tingginya yang memberi pelajaran.” (Ibnu Athoillah Al Iskandari)


Di dalam Al Quran, Allah telah memperingatkan manusia tentang dunia. Misalnya dalam QS Ali Imran 185:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Kehidupan dunia hanyalah kesenangan (al mataa’) yang memperdaya (al ghuruur).”

Al Mataa’ adalah sesuatu yang menjadi perhiasan, yaitu sesuatu yang mendatangkan manfaat, kemudian menghilang dan tidak kekal bagi manusia. Al ghuruur adalah tipuan. Dunia hanyalah perhiasan yang menggoda manusia, menipu dan menyibukkannya dari hal yang bermanfaat baginya di akhirat.

Sebagaimana dikatakan Ibnu Athoillah, dunia adalah tempat belajar bagi manusia yang menggunakan kalbunya. Kita bisa belajar dari fenomena ini di sekitar kita, atau bahkan dalam kehidupan diri sendiri.

BACA JUGA : jangan Disamakan!! Ini Bedanya Ta’aruf Dengan Pacaran

Betapa banyak dari kita yang bekerja keras habis-habisan, tapi akhirnya jatuh sakit dan menghabiskan banyak uang untuk pengobatannya? Atau, hidup kaya raya, tapi sengsara karena anak-anaknya terlibat narkoba.

Ada banyak perintah Allah selain bekerja mencari nafkah, misalnya “berbuat baik”. Berbuat baik yang paling penting adalah kepada keluarga. Jangan sampai ayah-bunda bekerja keras mencari uang, namun di rumah bersikap kasar dan keras kepada anak, atau tidak memperhatikan tumbuh kembang anak.

Apa gunanya harta banyak tapi anak tidak bahagia karena tidak mendapatkan perhatian dan pendidikan yang cukup dari orang tua. Banyak orang tua merasa sudah mendidik anaknya dengan memasukkan mereka ke sekolah. Padahal, pendidikan terpenting adalah pendidikan agama dan karakter (akhlak), dan itu harus dilakukan sendiri oleh orang tua.

Harta bila dikejar, tak akan pernah terasa cukup. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ

“Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah.“ (HR. Bukhari)

Imam Ali ra berkata, “Dunia adalah tempat perjalanan, bukan tempat tinggal.” Artinya, kita jangan menghabiskan seluruh daya upaya untuk membaguskan kehidupan dunia, sampai-sampai melupakan kehidupan akhirat.

Kelak di akhirat kita akan ditanyai tanggung jawab masing-masing, misalnya, sudahkah mendidik anak dengan baik? Sudahkah menolong tetangga yang kesulitan? Tidak akan ditanya, seberapa banyak harta yang kaupunya, berapa rumah yang kaupunya?

Oleh karena itu, manusia hendaknya hidup seimbang, memenuhi semua hak orang-orang yang ada di bawah tanggungannya, terutama keluarga. Bukan hanya hak materi, tetapi juga hak kasih sayang dan pendidikan yang benar
SHARE ARTIKEL