Bukan Setan Ikut Menginap, Ternyata Fenomena "Ketindihan" dalam medis Disebabkan Hal Ini!

Penulis Unknown | Ditayangkan 31 Mar 2017

Bukan Setan Ikut Menginap, Ternyata Fenomena

Mungkin bagi sebagian orang fenomena ketindihan atau tindihan adalah hal mistis yang alasannya belum banyak diketahui dengan pasti. namun, siapa sangka bahwa hal tersebut cukup bisa dijelaskan dalam lingkup dunia medis. Lantas, apa yang membuat kita seakan mimpi buruk dan seperti terasa nyata?

Baca juga : Ini yang Bikin Gemuk, Bedakan antara Lapar Emosi dan Lapar Fisik!

Bayangkan ini: Anda meringkuk di tempat tidur, ada cahaya masuk melalui jendela dan Anda siap untuk tertidur. Tetapi datang saat menakutkan, Anda tidak bisa bergerak. Pikiran Anda terjaga dan mata Anda bisa melihat, tapi seolah-olah tubuh Anda masih tidur.

"Fenomena ini disebut kelumpuhan tidur atau sleep paralysis. Sekitar 40 persen populasi pernah mengalami setidaknya satu episode kelumpuhan tidur," kata Clete Kushida, MD, PhD, direktur medis dari Stanford Sleep Medicine Center Redwood City, California.

Berikut informasi lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh ketika Anda bangun dan tidak bisa bergerak.

Terjadi ketika Anda ada di antara bangun dan tidur


Kelumpuhan tidur terjadi ketika Anda berada dalam batas antara tidur dan bangun, kata Dr Kushida. Para peneliti tidak mengerti mengapa seseorang bisa terjadi kehilangan kontrol terhadap ototnya.

"Ada dugaan penyebabnya adalah peralihan dari fase rapid eye movement (REM) saat seseorang tidur dengan sangat dalam, ke fase sadar," kata Neil Kline, DO, seorang dokter ahli gangguan tidur di Lancaster, Pennsylvania dan perwakilan dari American Sleep Association.

"Selama fase tidur REM, pada dasarnya otot kita lumpuh. Sleep paralysis diyakini sebagai warisan evolusi untuk mencegah kita menyakiti diri sendiri saat kita bermimpi."

Biasanya, halusinasi ikut terlibat


Bermimpi buruk saat tidur saja sudah menakutkan. Bayangkan jika mimpi itu datang saat mata Anda terbuka. Mimpi tapi 'bangun' atau halusinasi ini terjadi pada hampir tiga perempat orang dengan kelumpuhan tidur, menurut Dr Kushida.

"Halusinasinya bisa apa saja, mulai dari merasakan ada sesuatu yang merayap di kulit, mendengar sesuatu, melihat sesuatu, atau merasa seperti ada seseorang di dalam ruang kamar, atau diri Anda seperti melayang," kata Dr. Kushida.

Kelumpuhan tidur tidak berlangsung lama


Untungnya, biasanya sleep paralysis berlalu dalam hitungan detik atau menit, ujar Dr. Kushida lagi. Namun, bagi yang mengalaminya, itu terasa seperti selamanya.


Baca juga : Petani Kendeng Semen Kaki, Tahukah Bahwa Akibatnya Bisa Seperti Ini?

Dapat terjadi pada siapa saja


"Tidak ada pengaruh jenis kelamin dalam kasus sleep paralysis," kata Dr Kushida. Umumnya, sleep paralysis dimulai pada usia remaja dan dewasa muda (20-an dan 30-an tahun) dan terus di kemudian hari, katanya. "Sleep paralysis juga dipengaruhi faktor keturunan," tambahnya.

Kurang tidur juga memainkan peran


Kelumpuhan tidur lebih sering terjadi pada orang yang kurang tidur. "Saran terbaik adalah memastikan Anda tidur cukup" kata Dr Kline.

"Rata-rata orang dewasa membutuhkan tujuh setengah sampai delapan jam tidur setiap malam," katanya.

Stres bisa jadi pemicu


Cobalah untuk menghindari stres sebanyak mungkin atau mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan stres. Hal itu akan dapat membantu mengurangi frekuensi kelumpuhan tidur, jelas Dr. Kushida.

Bukan Setan Ikut Menginap, Ternyata Fenomena

Mungkin merupakan tanda dari gangguan tidur lain


Kelumpuhan tidur adalah gejala narkolepsi, gangguan tidur parah, yang menyebabkan kantuk berlebihan di siang hari, kata Dr. Kline. Sleep paralysis juga dapat menjadi tanda bahwa Anda memiliki sleep apnea atau gangguan gerakan tungkai periodik, suatu kondisi di mana kaki Anda sering kedutan saat tidur.

Dokter spesialis gangguan tidur dapat membantu


Jika Anda mengalami kelumpuhan tidur lebih dari beberapa kali dalam setahun dan itu memengaruhi kualitas hidup Anda, sebaiknya berkonsultasi ke dokter spesialis gangguan tidur. Dokter akan membantu Anda mengatur jadwal tidur, serta memberi solusi atas keluhan tidur lainnya yang Anda alami.

"Dengan membereskan sumber masalahnya, tingkat keparahan kelumpuhan tidur akan berkurang atau bahkan hilang sama sekali," kata Dr Kushida.
SHARE ARTIKEL