Meneladani Sahabat Rasullullah untuk Mencapai Shalat Khusuk

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 11 Feb 2017
Meneladani Sahabat Rasullullah untuk Mencapai Shalat Khusuk
Foto: Ilustrasi

Nilai khusuk seringkali terabaikan dan sangat sulit didapatkan dalam ibadah shalat. Bahkan sekelas aulia atau wali kekasih Allah saja dikisahkan sunan Gunung Jati pada suatu malam berpindah beberapa kali tempat sholat untuk mendapatkan kekhusyukan. Lalu bagaimana membangun kekhusyukan tersebut?

Syaikh Rabi ibn Hadi Al Madkhali hafizhahullah menjelaskan, “Shaf yang tidak lurus akan membawa pada tercerai berainya hati, hati yang tercerai berai membawa pada berbagai perkara serius, diantaranya perpecahan dalam aqidah dan manhaj, yang akan membawa pada permusuhan dan pertumpahan darah, sebagaimana telah banyak terjadi di zaman ini.

Maka wajib bagi imam masjid untuk menaruh perhatian besar pada kelurusan shaf shalat, mengingatkan jamaah shalat untuk selalu meluruskan shaf. Semoga Allah memberi taufik bagi imam masjid untuk menegakkan kewajiban ini, dan tidak bermudah-mudahan di dalamnya.”

Maka Imam shalat hendaknya menaruh perhatian terhadap perkara meluruskan shaf shalat. Berdasarkan sabda Nabi berikut ini:

“Luruskanlah (shaff kalian) dan jangan bercerai-berai sehingga akan tercerai berai hati kalian”(HR. Muslim).

Berikut ini beberapa teladan sahabat dalam meluruskan shaf.

Khalifah ‘Umar ibn Al Khattab terhadap Shaf Shalat

Dalam sebuah riwayat dengan sanad yang shahih bahwa Ibrahim (putra Abdurrahman ibn ‘Auf) berkata, “Sesungguhnya ‘Umar ibn Al Khattab apabila melihat anak kecil dalam shaf shalat beliau mengeluarkannya dari shaf”

Praktek ini merupakan pengamalan sabda Nabi SWT,
“Hendaknya yang berada di belakangku ialah ulul ahlam wa nuha (orang yang sempurna akal dan fikirannya) kemudian yang setelah itu kemudian yang setelah itu” (HR Muslim).

Huruf lam dalam hadits tersebut bermakna perintah, perintah berkonsekuensi wajib, dan tidak ada hadits yang memalingkannya ke hukum anjuran (istihbab).

Selain teladan pertama tadi ada teladan selanjutnya yakni memeriksa shaf dengan mendatangi makmum.

Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf meriwayatkan “Aku pernah berhadapan dengan ‘Umar ibn Al Khattab yang berdiri dalam rangka beliau meluruskan shaf”.

Baca Juga: Meminta Doa dari Orang Lain di Makruhkan

Memberi perintah untuk meluruskan apabila shaf bengkok, hal ini penting sebagai salah satu bentuk keistiqomahan menjaga kesatuan umat dalam sholat Ibn Abi Syaibah meriwayatkan dalam Al Mushannafdari Abdullah ibn Syaddad, seorang tabiin senior yang tsiqah, “Bahwasanya ‘Umar melihat dalam shaf ada sesuatu (yang kurang rapat atau lurus -pent) maka beliau memberi isyarat dengan tangannya agar meluruskannya”.

Mengutus petugas khusus meluruskan shaf

Ibn Abi Syaibah meriwayatkan dalam Al Mushannaf  dari jalur Abu ‘Utsman, seorang tabi’in yang masuk Islam ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup namun belum pernah bertemu Nabi,

“Aku tidak pernah melihat seseorang yang begitu besar perhatiannya terhadap shaf, melebihi ‘Umar ibn Al Khattab. Terkadang kami semua telah menghadap kiblat hingga kami kira akan bertakbir, beliau masih menoleh ke belakang dan melihat pundak-pundak dan kaki kami. Kadang beliau mengutus seseorang untuk menertibkan orang-orang hingga mereka semua saling menempel dalam shaf shalat”.

Perhatian Khalifah ‘Utsman ibn ‘Affan terhadap Shaf Shalat

Dalam sanad yang shahih, beliau berkata,

“Aku mendengar ‘Utsman ibn ‘Affan berkata, ‘Luruskan dan rapatkan antara pundak kalian, karena diantara kesempurnaan shalat ialah lurusnya shaf’. Beliau tidak memulai takbir sampai mengutus seorang yang bertugas sebagai wakil dalam meluruskan shaf”

Syaikh Rabi ‘ibn Hadi Al Madkhali  menjelaskan, “Inilah khalifah ‘Utsman ibn ‘Affan radhiyallahu ‘anhu yang memerintahkan jamaah shalat agar:


  1. Meluruskan shaf shalat
  2. Meluruskan pundak-pundak dan ini tidak akan tercapai hingga lurusnya tumit ke tumit
  3. Menegaskan bahwa lurusnya shaf ialah kesempurnaan shalat
  4. Masih belum cukup dengan perhatian tersebut, beliau masih menambah dengan mengutus seorang yang bertugas meluruskan shaf-shaf, baru beliau mulai bertakbir”


Demikian keteladanan dua sahabat Rasul terhadap pentingnya menjada shaf dalam sholat sebagai suatu penunjang kekhusyukan ibadah dan penentu nilai ibadah umat. Semoga kita tergolong umat yang senantiasa terjaga hati untuk memantaskan ibadah pada ilahi robbi.
SHARE ARTIKEL