Jokowi : Harga Gas Harus Turun Akhir November ini "Kalau nggak angkanya itu, nggak usah dihitung"

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 06 Oct 2016
Miris bila melihat beberapa negara tetangga yang pada kenyataan mereka menjadi pengimpor gas, namun mereka bisa menjual dengan harga lebih rendah. Bisa saja dilihat Singapura yang impor gas bumi dari Indonesia bisa menjual dengan harga lebih murah dari Indonesia.  Baca disini :

Jokowi : Harga Gas Harus Turun Akhir November ini

Untuk itu Presiden Joko Widodo meminta agar harga gas untuk Industri dalam negeri ditekan hingga menyentuh ke angka USD 5 atau USD 6 per MMbtu ( Million Metric British Thermal Unit). Saat ini, harga gas industri berada pada angka USD 9,5 per per MMbtu.

"Saya minta dilakukan langkah kongkret agar harga gas kita lebih kompetitif. Saya kemarin hitung-hitungan, ketemunya saya kira antara USD 5 sampai USD 6," ungkap Presiden saat memberikan pengantar dalam rapat terbatas (ratas) penetapan harga gas untuk industri di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (4/10), dikutip dari merdeka.

"Kalau enggak angkanya itu, enggak usah dihitung saja," tegas Presiden.

Jokowi menuturkan harga gas untuk industri di Indonesia merupakan yang tertinggi se-ASEAN. Contohnya, negara Vietnam menetapkan harga gas untuk industri pada angka USD 7, Singapura pada angka USD 4.

"Padahal negara kita mempunyai potensi cadangan gas bumi yang cukup banyak, sangat banyak. Dan sebaliknya negara-negara tersebut baik Vietnam, Malaysia, Singapura ini dapat dikategorikan mengimpor gas bumi," ujar dia.

Oleh karena itu, Presiden menekankan, kementerian terkait harus segera membenahi harga gas untuk industri. Harga gas tersebut harus bisa memberikan implikasi pada daya saing industri secara global.

Baca Juga : Singapura yang Beli Gas dari Indonesia, Kenapa Bisa Lebih Murah? Ternyata ini Bobroknya Moral SDM

"Kita ingin di era kompetisi ini produk-produk kita bisa dan mampu bersaing dengan negara lain. Untuk itu, kita perlu memperkuat kembali industri kita bukan hanya semakin membuat produktif tetapi juga harus bisa berdaya saing, yang tangguh, yang juga kita ingin industri kita bisa ikut mensejahterakan rakyat," tandasnya.

Jokowi bahkan beri ultimatum kalau harga gas harus turun akhir November 2016.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menugaskan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan untuk menurunkan harga gas industri. Selain keduanya, Jokowi juga memberi tugas yang sama pada Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

"(Tugasnya) agar finalisasi harga gas ini bisa diselesaikan selambatnya pada akhir November ini. Dan harganya dari USD 9,5 harus di bawah USD 6 per MMbtu," ungkap Sekretaris Kabinet, Pramono Anung usai mengikuti rapat terbatas (ratas) penetapan harga gas untuk industri di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Selasa (4/10).

Di lokasi yang sama, Airlangga Hartarto menuturkan, dalam ratas Presiden menekankan orientasi harga gas harus memberikan implikasi di sektor industri. Harga gas untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk diekspor harus dibuat sama.

"Pembangunan industri didorong melakukan substitusi impor. Didorong untuk memperkuat daya saing industri kita," ujarnya.

Mantan wakil bendahara DPP Partai Golkar ini mengaku sudah mengidentifikasi 11 industri di Tanah Air yang akan menjadi target penerapan harga gas seperti yang diinginkan Presiden. Namun dia tidak merinci nama-nama industri tersebut.

"Ini (industri) akan diperlukan perbaikan regulasi, terutama di hilir dan juga asumsi daripada mekanisme teknis seperti depresiasi. Dengan demikian, target capaian harga keekonomian gas sebagai pendorong ekonomi ini bisa dicapai," tutupnya.

Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku tak bisa langsung turunkan harga gas.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengaku tidak bisa langsung menurunkan harga gas untuk industri dalam negeri. Pihaknya masih melakukan kajian dan pertimbangan mendalam soal masalah ini.

Saat ini, harga gas untuk industri di Indonesia masih mahal dibanding negara ASEAN lainnya. Sekedar informasi, harga gas untuk industri di industri berada pada kisaran USD 8 - 10 per MMbtu. Sementara di Singapura yang gasnya impor dari Indonesia berada di kisaran USD 4 per MMbtu.

"Kita belum selesai. Kita masih dalam tahap melihat Capex itu yang bisa dirundingkan atau apa yang bisa diturunkan. Di Opexnya juga begitu," ujarnya di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (4/10).

Menurut Darmin, tingginya harga gas karena masih ada masalah dari hulu hingga hilir. (red. calo)

"Itu di hulu, kemudian di hilir tentu ada persoalan margin trader, persoalan toll fee yang masih kita bahas. Kita engga tahu nanti di sidang kabinet, tapi tadi belum ada keputusan atau angkanya," sambungnya.

Selain itu, lanjut Darmin, pertimbangan lainnya adalah manfaat dari barang modal dari harga gas untuk industri itu sendiri. Menurut dia, manfaat barang modal di Indonesia saat ini masih terlalu pendek depresiasinya.

"Masih ada yang perlu dicek dan dirundingkan, misalnya masa manfaat barang modal karena menurut kita ada yang terlalu pendek, terlalu cepat dibikin depresiasinya. Dan itu perlu perundingan, ga bisa diputuskan sepihak," pungkasnya.

Memang sangat ada keterkaitan antara pemerintah dan para pengusaha itu. Makanya keputusan tidak bisa sepihak. Harus simbiosis mutualisme. Buat siapa? Dan tanya kenapa ?
SHARE ARTIKEL