AWAS ADAMTS1, Hormon Pemicu Lemak Saat Stress

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 26 Oct 2016
AWAS ADAMTS1,  Hormon Pemicu Lemak Saat Stress

Bagi sebagian orang, stres pekerjaan tak hanya menyebabkan sakit kepala. Bobot tubuh juga rentan melambung akibat terganggunya mental dan emosi di lingkungan kerja.

Tapi pertambahan berat badan bukan hanya dipicu oleh terlalu banyaknya jumlah makanan yang diasup demi menghilangkan beban pikiran. Di balik itu, ada 'pelaku' lain yang bertanggung jawab membuat jarum timbangan Anda kian bergeser ke kanan.

BACA JUGA : Rubahlah Posisi Jelek Tidurmu Sekarang, Cek Disini

Para peneliti dari Stanford University School of Medicine menemukan fakta bahwa sebuah hormon bertanggung jawab atas naiknya bobot tubuh seseorang saat stres.

Hormon yang disebut Adamts1 ini muncul ketika seseorang mengalami stres di saat bersamaan mendorong sel-sel lemak tumbuh menjadi lebih dewasa.

"Menurut kami, stres yang dialami oleh seseorang diartikan menjadi sebuah sinyal untuk menyimpan lebih banyak energi yang mungkin diperlukan oleh tubuh," kata Brian Feldman, ahli pediatri dari kampus tersebut.

Para peneliti juga menemukan fakta lain bahwa sel lemak bukan hanya berperan sebagai cadangan energi ketika tubuh kekurangan karbohidrat. Lebih dari itu, lemak juga mengirimkan sinyal hormon tertentu.

Ketika tersimpan di dalam tubuh, sel lemak dapat mempengaruhi sel induk di sekitar mereka. Sel induk merupakan jenis sel yang mempu mereplikasi diri menjadi sel tubuh apa pun.

Para ilmuwan di Stanford kini mengetahui hormon Adamts1 memicu sel induk berkembang menjadi sel lemak yang kelak disimpan di dalam tubuh.

Artinya, lemak di dalam tubuh Anda cenderung mereplikasi diri semakin banyak, dan stres juga memiliki dampak yang sama.

"Ketika Anda makan, beberapa sinyal di tubuh justru menerjemahkan untuk memproduksi lebih banyak lemak. Kami belum mengetahui proses secara mendetail di dalam tubuh, perlu ada penelitian lebih lanjut tentang itu," kata Feldman.

Penelitian ini berlandaskan studi sebelumnya yang menemukan bahwa kondisi stres gara-gara pekerjaan menyebabkan pola makan yang buruk dan kenyamanan saat makan.

University College London menemukan 20 persen orang yang stres karena pekerjaan lebih mungkin terjerat obesitas.

Hasil studi tentang Adamts1 yang dipublikasikan dalam jurnal Science Signalling ini juga tidak menampik adanya hormon lain yang juga berperan dalam pertumbuhan sel lemak.

"Pengobatan atau perlakuan anti obesitas bukan menjadi jawaban. Ketika Anda memblokir pembentukan lemak, kelebihan kalori akan pergi ke bagian tubuh lainya, dan akan lebih mungkin merugikan metabolisme," kata Feldman.

"Kami yakin ada pengobatan lain yang jadi alternatif berdasarkan penelitian kami, tidak sesederhana menghentikan pembentukan lemak."

SHARE ARTIKEL