Sebenarnya Perlukah Tayangan-Tayangan Olahraga di Sensor / Blur ?

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 25 Sep 2016
Sebenarnya Perlukah Tayangan-Tayangan Olahraga di Sensor / Blur ?

Menjadi perhatian para netizen soal gambar atlet renang di PON Jabar kemarin yang di blur. Atlet renang tersebut adalah Margaretha Herawati, yang sudah tak ada lagi ada lekuk tubuhnya, tapi membaur dengan cahaya sekitar karena diblur. Hanya gambar mukanya yang tetap fokus. Kemudian, liputan The Cable News Network (CNN) Indonesia di ajang PON XIX 2016 Jawa Barat itu mendapat kritik luas, khususnya di kalangan netizen.

Sebenarnya Perlukah Tayangan-Tayangan Olahraga di Sensor / Blur ?
Sandy spongebob di sensor, sinetron lulus sensor

Sejumlah netizen mempertanyakannya: perlukah sensor itu ditempatkan pada tayangan-tayangan olahraga seperti itu? Siapakah yang bertanggung jawab terhadap sensor itu? Seperti apa batasannya?

Lembaga penyiaran, menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, dikontrol oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). KPI berfungsi sebagai pengawas dan pemberi pedoman penyiaran.

Baca Juga : Unggah Foto Nadi Tersayat Pisau, Tapi Tulis Status yang Buat Netizen Kesel. Haduuh!!!

Pedoman itu, atas persetujuan Komisi I DPR, disusun dalam beleid Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Semua aturan penyiaran dan kebijakan kelayakan tayangnya acara televisi diatur dalam beleid itu.

Anehnya, dalam hal sensor Margaretha Herawati tadi, KPI justru seolah lepas tangan. Komisioner Hardly Stefano mengatakan lembaganya tidak mempunyai kewenangan menentukan sensor terhadap suatu tayangan di televisi. "Yang berhak itu ya lembaga penyiaran atau masing-masing stasiun televisi saja," kata dia, pekan lalu.

Pemimpin Redaksi CNN Indonesia Titin Rosmasari mengatakan sensor terhadap tayangan atlet renang itu lantaran banyaknya interpretasi terhadap aturan KPI.

Termasuk jika ada aturan terhadap tayangan yang dianggap sensual. Seperti tertuang dalam pasal 18 huruf (h) P3SPS, dilarang mengeksploitasi bagian tubuh tertentu seperti paha, bokong, payudara secara close up atau medium shot. Aturan ini yang membuat CNN Indonesia menyensor.

Menurut Stefano, aturan itu semata dibuat untuk melindungi semua kalangan dari bahaya pornografi, khususnya anak-anak. Karena menurut dia, ada jam-jam tertentu yang rentan ditonton semua kalangan. "Di bawah jam 10 malam biasanya banyak ditonton anak-anak."

Kurang tepatnya pemberian sensor di televisi bukan kali ini saja terjadi. Tahun 2016, tayangan kontes Puteri Indonesia di salah satu stasiun televisi pun pernah menjadi bulan-bulanan netizen lantaran disensor. Juga tayangan acara anak SpongeBob.

SHARE ARTIKEL