Inilah Pengakuan Langsung Siswa yang Dipaksa Guru Mengaku Curi Helm

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 11 Sep 2016
Inilah Pengakuan Langsung Siswa yang Dipaksa Guru Mengaku Curi Helm
Atas tuduhan guru-gurunya serta dipaksa mengaku mencuri helm membuat BR begitu trauma. Tak tahan menanggung malu karena selalu diintimidasi, BR memutuskan untuk hengkang dari sekolahanya dan pindah ke sekolah lain.

Momentum liburan Hari Raya Idul Adha, BR pulang Palembang dan sebelumnya bersedia bertemu dengan wartawan. BR kini melanjutkan pendidikan di salah satu SMA negeri di Mentok, Bangka Belitung.

Dilansir merdeka.com, kepada para wartawan, BR menceritakan kronologis pencurian hingga dia tidak naik kelas di SMA 7 Palembang. Menurutnya, peristiwa itu terjadi saat dia dan beberapa teman sekelasnya hendak ke musala sekolah untuk istirahat setelah makan di kantin.

Saat melintas di parkiran sepeda motor, BR dan temannya memergoki dua siswa kelas lain, WR dan ER, sedang mencuri helm. BR pun meminta kedua siswa tersebut mengembalikannya. Namun, permintaan BR diacuhkan kedua pelaku.

"Saya tanya kalian (pelaku) curi helm ya, ayo kembalikan. Itu ada CCTV, kalau tidak mau saya adukan ke guru. Mereka dengan gaya metal bilang CCTV itu tidak hidup (berfungsi). Habis itu saya sama teman-teman pergi," tandas BR, Sabtu 10 September tadi.

TERKAIT : 
Kasus Baru! Empat Guru Tuduh Muridnya Mencuri Helm, Orang Tua tak Terima

Jika Tak Mau Ngaku Mencuri Helm, Siswa SMA 7 Palembang Ini Diancam Tak Naik Kelas

Keesokan harinya, kata dia, BR dan beberapa temannya termasuk kedua pelaku, dipanggil guru-gurunya. Mereka dipertontonkan rekaman CCTV. Lalu, BR dituduh gurunya sebagai pelaku pencurian helm. BR membantah, bahkan dia mengucapkan sumpah sambil menangis bahwa dirinya tidak melakukan seperti yang dituduhkan.

"Waktu itu kedua pelaku ngakui mereka yang mencurinya, saya nangis-nangis, bersumpah lagi. Mereka juga bilang saya tidak terlibat sama sekali karena saya yang mergoki," terangnya.

Namun meski rekaman CCTV tidak terbukti ditambah pernyataan kedua pelaku, guru-gurunya ngotot keras menuduh BR. Bahkan, BR dilarang mengikuti ujian semester kenaikan kelas, sementara kedua pelaku diizinkan.

"Saya diancam tidak naik kelas kalau tidak ngaku. Pas mau ikut ujian, guru-guru bilang percuma ikut ujian, saya pasti tidak naik kelas. Saya langsung ngedrop, kok guru-guru bilang seperti itu," kata dia.

Anehnya, sambung dia, pernyataan kedua pelaku berubah keesokan harinya atau pada saat orangtua BR dipanggil pihak sekolah. Bahkan, mereka menuding BR meminta jatah hasil pencurian.

"Ternyata, sehari sebelumnya kedua pelaku ke rumah ibu Madam (salah satu guru dilaporkan). Mereka disuruh ibu Madam ngomong kalo saya terlibat dan bersekongkol, padahal kemarin tidak begitu ngomongnya. Saya tidak tahu kenapa bisa kebalik begitu," tuturnya.

Akibat kejadian itu, BR tidak naik kelas. Lantaran malu dan terus diintimidasi sejumlah guru, BR memutuskan pindah sekolah.

"Saya malu, makanya saya izin sama orangtua untuk ke Bangka, sekarang sekolah di sana," pungkasnya.
SHARE ARTIKEL