Ternyata Mendengkur ada Kaitannya dengan Penyakit Jantung

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 15 Aug 2016
Ternyata Mendengkur ada Kaitannya dengan Penyakit Jantung

Menurut sekelompok peneliti dari Rumah Sakit Pusat Kobe, Jepang. Mereka yang telah menjalani terapi angioplasti koroner untuk membuka penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah disarankan untuk menjalani perawatan mendengkur.

Karena ditemukan bahwa jika mendengkur dan gangguan nafas saat tidur diabaikan, pasien yang telah mengalami sumbatan arteri koroner beresiko mengalami serangan jantung atau stroke sampai dua kali lipat.

Mengapa? Mendengkur merupakan tanda terjadinya penyempitan saluran nafas saat tidur. Akibatnya saluran nafas tersumbat dan secara berkala mengakibatkan penurunan kadar oksigen.

Dikutip dari kompas health, sleep apnea atau henti nafas saat tidur terjadi ketika seseorang pendengkur tidur. Di antara dengkuran suara berisik terhenti, dan nafas tampak berat. Saat ini saluran nafas tersumbat, dan penderita seolah tercekik dalam tidur.

Baca Juga : [UNIK] Selain Untuk Mandi, Ternyata Sabun Bisa Atasi Masalah Tidur

Dalam kondisi tersebut oksigen turun drastis. Karena sesak, penderita akan tersedak untuk mengambil nafas tiba-tiba. Jika dilihat gelombang otak tidurnya, pendengkur terbangun singkat tanpa terjaga.

Bayangkan jika ini terjadi berulang kali sepanjang malam. Akibatnya oksigen turun naik, dan pendengkur terpotong-potong proses tidurnya. Pendengkur akan merasa tak segar dan terus mengantuk sepanjang hari walaupun durasi tidurnya cukup. Inilah yang disebut dengan hipersomnia, kantuk berlebihan.

Proses terbangun-bangun dan turun naiknya oksigen akan memicu respon inflamasi yang bersifat merusak bagi kesehatan jantung.

Henti nafas pada sleep apnea bisa berlangsung bervariasi sepanjang malam. Sepuluh detik hingga puluhan detik. Bayangkan betapa merusaknya kondisi henti nafas saat tidur ini.

Penelitian yang diterbitkan pada the Journal of the American Heart Association Juni 2016, melihat data dari 241 pasien yang telah jalani prosedur pembukaan sumbatan arteri jantung. Kesemuanya kemudian menjalan pemeriksaan tidur yang merekam aliran udara dan fungsi-fungsi nafas saat tidur. Didapati 52,3 persen pasien ternyata juga menderita sleep apnea.

Pasien-pasien tersebut diikuti selama 5 tahun. Sejumlah 21,4 persen dari yang mendengkur ternyata alami serangan pada pembuluh darah jantung atau otak, dibandingkan dengan 7,8 persen pada non pendengkur. Sementara, resiko kematian didapati meningkat hingga tiga kali lipat pada pendengkur.

Para ahli tersebut menutup publikasinya dengan seruan agar para dokter mulai mengevaluasi kebiasaan tidur pasien-pasien dengan masalah jantung dan stroke. Tak sulit, cukup tanyakan kebiasaan mendengkurnya saja. Karena pasien bakal langsung jujur untuk masalah ini.
SHARE ARTIKEL