Diluar Dugaan, Inilah 3 Fakta dari Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katolik Medan adalah Aksi Provokasi
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 30 Aug 2016
Teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan dr Mansyur kota Medan, Ahad (28/8), sempat menghebohkan publik. Pasalnya kronologi terjadi sekitaran Pukul 08.50 WIB saat Pastur Albert akan berkotbah di depan mimbar, ketika sedang banyak jemaah. Dan benar saja rencana lelaki ini gagal karena kepanikan para Jemaah gereja yang berlarian menyelamatkan diri. Karena situasi yang sangat mencekam hingga ibadahpun dihentikan.
Dari kejadian tersebut bila ditilik kembali ternyata banyak sekali keganjilan yang terjadi,
1. Pelaku bom Bunuh Diri belum di khitan, sedang usianya sudah 18 tahun.

Akun facebook Rahmat bekam juga mengatakan hal ini, nyata provokasi.
Seorang pengguna facebook dengan akun Akmal Sagala mengatakan : "Pelaku Bom Bunuh diri di Gereja St.Yosep Setia Budi Medan. Orang ini hanya ingin memprovokasi sumut, ktpnya islam tp dia blm sunat, apa ada org islam yg berumur 18 thn belum disunat? Dia membuat lambang tauhid spt bendera isis, tapi tulisan arabnya jelas salah, Jd tolong jgn ada yg terprovokasi kepada sara," tulisnya
Baca Juga : Duterte - Presiden Filipina Mengancam Keluar PBB, Alasanya Mengaggumkan
Nah, dari situ sudah kelihatan, bahwa usia akhil balig seorang anak laki-laki muslim itu tidak mungkin melebihi 10 tahun, anak di usia 6 hingga 10 tahun seharusnya sudah dikhitan/sunnat.
2. Dengan sengaja membawa tulisan dengan lafadz Laa Ilaaha Illallah dan KTP Islam.

Hal ini berkaca juga dari kejadian bom diri Paris, dikutip dari bbc.com, setidaknya 128 orang meninggal dalam penembakan dan serangan bom di Paris dan 180 orang terluka.

Kemudian fakta terkuak, ditemukan paspor Mesir dan Suriah. Sebuah paspor Mesir dan sebuah paspor Suriah ditemukan pada dua penyerang di Stade de France, lapor harian kiri Prancis, La Liberation.
Padahal sebelumnya sudah dilaporkan, polisi Prancis mengungkapkan bahwa rekaman sidik jari menunjukkan bahwa salah seorang pelaku penyerangan di Bataclan adalah seorang warga Prancis yang sudah berada dalam pengawasan dinas rahasia.
Baca Juga : DUTERTE- Saya Berjuang Lawan Kriminal, Bukan ISIS yang Bakar Wanita Karena Tolak Berhubungan S3ks
Sama seperti hal ini. Pelaku tindak kejahatan normalnya menyembunyikan identitasnya. Nah, sangat terlihat sekali sebuah provokasi disini.
3. Dan janggal sekali, penulisan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah.

Tertulis kalimat Laa Ilaaha Illallah dengan bahasa arab, namun penulisannya salah.
Penulisan yang benar: لا إله إلا الله
Tulisan yang ia tulis: ل اله إلا الله (salah)
Dari sini penulisan, lafadz tersebut kurang huruf alif setelah lam yang harusnya berarti tidak ada yang berhak disembah. Namun jika tidak terdapat alif, maka fungsi kata itu menunjukan: benarbenar ada. Menjadikan kedua tulisan ini sangat berbeda artinya.
Oleh karena itu kita sebagai bangsa yang majemuk dan penuh keragaman ini, janganlah mudah terprovokasi. Karena memang banyak yang mengklaim bahwa Agama Islam adalah agama teroris, karena banyaknya teroris yang melakukan aksinya dengan alasan membela Agama Islam, padahal sejatinya, Islam tak pernah mengajarkan hal yang seperti itu. Seperti kasus pengeboman ini.