Begini Cara Menyikapi Anak yang Suka Bermain

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 02 Aug 2016
Begini Cara Menyikapi Anak yang Suka Bermain

Dalam susunan keluarga yang berbeda usia satu sama lain, berbeda karakter dan berbeda pula usia, tentunya kebutuhan masing masing pribadi tak sama juga. Dalam hal ini orangtua sebagai imam dan yang menjadi suritauladan bagi anak harus dapat memahami hal tersebut.

Seorang ayah melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga, seorang ibu melakukan tugas-tugas rumah tangga untuk membantu ayah dan mengurusi anak selama suami bekerja. Tentunya hal ini wajar selama masih dalam kondisi yang biasa kadarnya, begitu juga dengan anak-anak. Masa kecil adalah masa bermain, maka inilah kebutuhan mereka. Semua akan berjalan harmonis jika kebutuhannya terpenuhi.

Dengan bermain anak bebas mengekspresikan segala potensi yang ada dalam dirinya dan menyalurkan semua energinya sehingga bisa tertawa lepas. Bahkan menurut Sylva, Bruner dan Paul menyatakan bahwa dalam bermain prosesnya lebih penting dari pada hasil akhirnya, karena tidak terikat dengan tujuan yang ketat. Hal itu memang wajar bila buah hati kita bermain dengan kadar yang normal, namun apabila sudah berlebihan bagaimana kita harus menyikapinya?

Ajari anak agar mendapatkan esensi dari permainan tersebut.
Agar anak mendapatkan esensi dari bermain, tidaklah mesti menggunakan alat-alat bermain yang mahal seperti halnya mobil-mobilan remote control, game playstation, ataupun gadget. Bermain benteng (jaga) dan kejar-kejaran merupakan salah satu permainan yang dapat merangsang anak menjadi aktif dan mengajarkan anak untuk bersosialisasi dan berkompetisi yang mampu mengembangkan kecerdasan emosionalnya.

Baca Juga : 3 Kata Ajaib Ini, Dapat Merubah Perilaku Anak Anda. Buktikan!

Begini Cara Menyikapi Anak yang Suka Bermain

Alat-alat bermain yang mahal yang biasa digunakan oleh anak-anak perkotaan (golongan menengah ke atas) juga tidak semuanya memiliki sisi edukatif. Bahkan akan membawa pengaruh negatif jika tanpa disertai bimbingan orang tua.
Kecenderungan orang tua membelikan anaknya permainan yang mahal ketimbang membuatkan permainan tradisional bukanlah sesuatu hal yang salah. Asalkan permainan tersebut mampu menumbuhkan kreativitas, rasa sosial, dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki anak dengan baik.

Peran orang tua bukanlah hanya untuk menyediakan permainan untuk anaknya. Tetapi juga harus membimbing dalam penggunaannya. Contohnya seperti penggunaan gadget yang begitu mudah mengakses berbagai macam game online, orang tua harus menjelaskan kepada sang anak nilai-nilai yang harus diambil dari permainan itu agar anak tidak mengartikan sendiri sesuka hati.

Begitupun juga bila orang tua ingin mengarahkan anaknya agar menggunakan benda-benda di sekitarnya sebagai alat bermain. Penting kiranya orang tua menjelaskan benda-benda yang tersedia di alam ataupun barang bekas dapat digunakan sebagai alat bermain, seperti daun kelapa sebagai kincir angin, batu kerikil untuk bermain batu-lontar, ataupun kardus untuk mobil-mobilan dan pesawat terbang.

Jadi memang permainan sederhana lebih menuntut anak untuk berkreatifitas lebih jauh lagi. Tak hanya menggunakan alat-alat permainan tersebut, tapi orangtua juga dapat mengajari mulai dari awal bagaimana membuat mainan tersebut.

SHARE ARTIKEL