Siapa yang mendambakan memiliki seorang suami yang tekun dalam beribadah dan menjadi imam yang baik bagi keluarga. Tentu semua wanita ataupun istri menginginkan hal itu. Namun, tak semua suami dapat melaksanakan perintah agama dan menjadi seorang imam yang baik bagi keluarganya.
Terkadang istripun merasa sangat jengkel dengan perlakuan suami yang jarang atau mungkin hampir tidak pernah melaksanakan shalat 5 waktu. Sebagai seorang istri, tentunya sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan suami dengan cara yang baik agar suami mau melaksanakan shalat sesuai dengan perintah agama.
Ilustrasi tempat shalat |
Berikut ada solusi cerdas untuk para istri yang menginginkan suaminya melaksanakan shalat 5 waktu dan menjadi imam yang baik bagi keluarga :
1. Langkah awal, istri harus memberi hadiah berupa buku-buku atau kaset ceramah keislaman tentang ancaman dan murka Allah SWT bagi yang meninggalkan shalat wajib.
2. Menjelaskan pendapat para imam-imam terkemuka, seperti Imam Maliki, Abu Hanifah, dan Imam Syafi’i tentang hukum orang yang meninggalkan shalat wajib secara sengaja karena malas adalah fasik dan wajib disuruh bertaubat, jika menolak bertaubat maka hukumnya dibunuh sebagai balasan (had) atasnya.
Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah, “Perjanjian yang terdapat antara kami (kaum Muslimin) dan mereka (orang kafir) adalah shalat.” Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah orang tersebut harus dipenjara dan dita’zir(diberi pelajaran) hingga ia mengerjakan shalat. Jika meninggalkan shalat karena menentang, maka menurut kesepakatan seluruh ulama hukumnya adalah kafir.
Berdasarkan riwayat dan atsar sahabat, dampak buruk bagi orang yang meninggalkan shalat sangatlah serius. Di dunia akan merusak masa depan keluarga, anak dan istri, dan menjadi faktor penghalang rezeki sedangkan di akhirat, pelakunya akan mengalami siksa kubur dan siksa api neraka.
Imam Ahmad bin Hambali menuturkan, “Sesungguhnya seorang hamba itu pasti akan terhalang rezeki akibat maksiat yang menimpanya.”
Jikalau dianalogikan imam itu bagaikan sopir dan seorang istri adalah penumpangnya. Jikalau seorang suami khilaf ataupun melakukan kesalahan seyogyanya para istri harus memberikan arahan untuk menempuh jalan yang benar.
Sehingga keseimbangan agama dan harapan pun dapat terlaksana dengan lancar.
Sumber: Majalah Paras