Biksu Pembenci Muslim Rohingya Merasa Dirinya Mirip James Bond

Penulis Unknown | Ditayangkan 27 May 2015


Sebelumnya kita sudah mengenal sosok seorang biksu yang menjadi penyebab dari penderitaan yang dialami oleh Muslim Rohingya di Myanmar, sehingga mereka terusir dari negerinya sendiri.

Biksu bernama Ashin Warathu ini disebut sebagai Bin Laden Buddha terkait dengan apa yang sudah ia lakukan terhadap warga Muslim Rohingya. Seakan merasa tak berdosa dan justru bangga dengan apa yang ia lakukan, dia merasa kalau dirinya lebih mirip dengan James Bond, agen mata-mata fiksi paling terkenal di dunia.
Biksu Pembenci Muslim Rohingya Merasa Dirinya Mirip James Bond

Menurutnya, James Bond adalah seorang nasinalis. Dia tidak melakukan kesenangan dalam bertindak, melainkan melakukan hal tersebut untuk negaranya. Selain itu, menurutnya jiwa nasionalis James Bond ini sangat mirip dengan dirinya.

Biksu berusia 46 tahun ini adalah orang yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap para pengungsi Rohingya asal Myanmar. Mereka melarikan diri dari Myanmar untuk menghindari pembantaian dan diskriminasi.
Biksu Pembenci Muslim Rohingya Merasa Dirinya Mirip James Bond

Dalam tulisannya di Facebook, Wirathu sudah memperingatkan adanya jihad untuk melawan kelompok Buddha yang besar. Dia juga menyebarkan desas-desus bahwa muslim secara sistematis memperkosa perempuan Buddha.

Tak hanya itu, Wirathu juga menyerukan pemboikotan usaha milik warga muslim. Menurutnya, muslim adalah ‘ular’ dan ‘anjing gila’ yang tak perlu diajak bersosialisasi. Bagi dia, kebanyakan muslim mengancurkan negaranya, rakyat, dan mereka yang beragama Buddha.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan, Wirathu dan gerakan radikal yang dipimpinnya yang disebut Kelompok 969 dianggap memicu kerusuhan sektarian yang menewaskan banyak orang sejak 2012. Sekitar 100 ribu orang Rohingya dipaksa ke kamp-kamp interniran yang membuat mereka terkena penyakit dan kekurangan gizi di Negara bagian barat Rakhine.

Bahkan, orang Rohingya kehilangan bantuan dari luar karena pemerintah mengusir kelompok bantuan asing pada tahun 2014 lalu. Penny Green, Direktur International State Crime Initiative di Queen Mary University di London mengatakan bahwa Wirathu memainkan peran sentral dengan pidato kebenciannya dan Islamophobia yang dia ciptakan.

Green juga mengatakan, di Myanmar banyak kelompok yang saling bermusuhan yang dapat menyebarkan kekerasan dengan cepat. Karena itu, orang Rohingya lebih memilih menaiki kapal dan berminggu-minggu terombang-ambing di lautan. Karena mereka merasa keberadaan mereka dan masa depannya lebih buruk dari hal ini jika mereka memilih untuk tetap tinggal.
SHARE ARTIKEL