Sebagai Umat Muslim, Bolehkah Kita Merayakan Tahun Baru Islam?

Penulis duwi Pebrianti | Ditayangkan 06 Sep 2018

Sebagai Umat Muslim, Bolehkah Kita Merayakan Tahun Baru Islam?
Tahun baru via news.okezone.com

Apa hukum memperingati tahun baru islam? Berapa hari puasa yang dilaksanakan untuk  menyambut datangnya tahun baru islam? Apa arti tahun baru islam?

Tahun Baru Islam 1 Muharram Hijriah jatuh pada 11 September 2018 sesuai kalender yang ditetapkan pemerintah Indonesia. Peringatan Tahun Baru Islam dibarengi dengan peringatan 1 Suro dalam penanggalan Jawa. Lalu bagaimana hukum merayakan tahun baru islam? 

Banyak amalan yang bagus dilaksanakan pada bulan Muharram, termasuk saat tahun baru Islam. Tahun Baru Islam merupakan suatu hari yang penting bagi umat Islam karena menandai peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam yaitu memperingati penghijrahan Rasulullah. Langsung saja ini penjelasan mengenai tahun baru islam.

Tahun Baru Islam

Apa arti tahun baru islam? Tahun Baru Islam merupakan suatu hari yang penting bagi umat Islam karena menandai peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam yaitu memperingati penghijrahan Nabi Muhammad saw. dari Kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 1 Muharram tahun baru bagi kalender Hijriyah. Namun Tahun Hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah itu diambil sebagai awal perhitungan bagi kalender Hijriyah.

Lalu apakah boleh merayakan tahun baru islam? Ini hukum merayakan tahun baru islam, jangan sampai salah, ini penjelasan selengkapnya.

Sebagai Umat Muslim, Bolehkah Kita Merayakan Tahun Baru Islam?
Tahub baru islam via fimadani.com

Hukum Merayakan Tahun Baru Islam

Apakah boleh merayakan tahun baru ini seperti halnya memperingati tahun baru Masehi tiap 1 Januari? Merayakan tahun baru 1 Januari identik dengan kembang api dan terompet. Bagaimana kalau peringatan tahun baru Muharram?

Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita tidak mengetahuinya. Namun banyak di antara kaum muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Muharram atau awal tahun. Begini penjelasan mengenai tahun baru islam menurut hadits dan fiman Allah.

Muharram Bulan IstimewaFirman Allah Subhanahu Wataala dalam Al Quran:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Ibnu Rajab mengatakan, ”Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab.”

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut?

Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”

Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab. Oleh karena itu bulan Muharram termasuk bulan haram.

Sebagai Umat Muslim, Bolehkah Kita Merayakan Tahun Baru Islam?
Merayakan via tajuktimur.com

Makna Di Balik Bulan Haram
Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? Begini fakta tahun baru islam yang sebenarnya.

Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, ”Dinamakan bulan haram karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.

Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.”

Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram.

Sufyan Ats Tsauri mengatakan, ”Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”

Ibnu ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”

Sikap yang tepat adalah menyambut tahun baru Hijriah ini dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah. Jangan justru menyambutnya secara berlebihan, maka mengarah pada perbuatan syirik.
Karena seseorang akan dimintai pertanggung jawaban nanti hari kiamat tentang mereka.
Allah berfirman, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-Tahrim: 6).

Selain itu, hendaknya kita melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya, karena nanti di hari kiamat, anggota tubuh seseorang akan berposisi sebagai musuh baginya.

Berapa Hari Puasa Tahun Baru Islam?

Berdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan lafadz sebagaimana telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam al-Huda dan al-Majd Ibnu Taimiyyah dalam al-Muntaqa:

"Selisihilah orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya."

Dan pada riwayat ath-Thahawi menurut penuturan pengarang Al-Urf asy-Syadzi: "Puasalah pada hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan janganlah kalian menyerupai orang Yahudi."

Namun di dalam sanadnya ada rawi yang diperbincangkan.

Ibnul Qayyim berkata (dalam Zaadud Ma'al): "Ini adalah derajat yang paling sempurna." Syaikh Abdul Haq ad-Dahlawi mengatakan: "Inilah yang Utama." Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari juga mengisyaratkan keutamaan cara ini.

Jadi berapa hari puasa tahun baru islam? Puasa tahun baru islam dilaksanakan selama tiga hari, yaitu pada tanggal 9-11 Muharram.

Dan termasuk yang memilih pendapat puasa tiga hari tersebut (9, 10 dan 11 Muharram) adalah Asy-Syaukani dan Syaikh Muhamad Yusuf Al-Banury dalam Ma’arifus Sunan Namun mayoritas ulama yang memilih cara seperti ini adalah dimaksudkan untuk lebih hati-hati.

Ibnul Qudamah di dalam Al-Mughni menukil pendapat Imam Ahmad yang memilih cara seperti ini (selama tiga hari) pada saat timbul kerancuan dalam menentukan awal bulan.

Sebagai Umat Muslim, Bolehkah Kita Merayakan Tahun Baru Islam?
Islam via tirto.id

Perayaan Tahun Baru Islam di Indonesia

Dalam menyambut tahun baru Islam, beberapa daerah di Indonesia menyambutnya dengan beragam acara dan kegiatan dengan maksud menanamkan makna Tahun Baru Islam kepada masyarakat setempat. Bagaimana perayaan tahun baru islam di Indonesia, ini dia hal-hal yang dilakukan dalam menyambut perayaan tahun baru islam.

1. Tradisi Tabot di Bengkulu
Acara ini merupakan suatu upacara tradisional yang diselenggarakan di Bengkulu dalam menyambut perayaan tahun baru Hijriyah yang mana pelaksanaannya mulai tanggal 1 hingga 10 Muharram.

2. Tradisi Lampah Mubeng di Yogyakarta
Tradisi lain yang dilakukan dalam perayaan menyambut tahun baru Hijriyah adalah ritual Lampah Mubeng atau yang juga dikenal dengan Mubeng Benteng. Tradisi Mubeng Beteng merupakan simbol refleksi dan instropeksi diri orang Jawa pada malam 1 Sura.

3. Tradisi Kirab Pusaka dan Kebo Bule di Surakarta
Di Surakarta, pada malam 1 Muharam atau 1 Suro, pihak keraton dan warga menggelar tradisi kirab pusaka yang tidak hanya diiringi oleh para abdi dalem tetapi juga oleh enam ekor kerbau istimewa yang berwarna putih. Dalam tradisi ini beberapa ekor kebo bule (kerbau berwarna putih) diarak keliling kota.

4. Tradisi Bubur Suro di Jawa Barat
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Jawa Barat dalam rangka menyambut bulan Muharram. Tradisi ini juga dilakukan sebagai bentuk peringatan atas wafatnya cucu Nabi Muhammad di medan peperangan.

Pada pagi hari pada tanggal sepuluh Muharram, seluruh rumah penduduk menyiapkan bubur merah dan bubur putih yang disajikan secara terpisah yang dikenal sebagai bubur suro. Bubur ini nantinya akan dibawa ke masjid terdekat dengan beberapa makanan lainnya.

5. Tradisi Ledug Suro di Magetan, Jawa Timur
Sama seperti tradisi 1 Suro lainnya, Ledug Suro sangat dinanti-nati warga. Upacara ini diawali dengan kirab Nayoko Projo dan Bolu Rahayu yang nantinya menjadi sasaran rebutan warga.

Demikian penjelasan mengenai tahun baru islam. Semoga informasi di atas bisa menambah wawasan dan bisa membantu Anda.
SHARE ARTIKEL