Pola Asuh Anak Paling Tepat Untuk Orangtua yang Sibuk Bekerja Diluar Rumah

Penulis Penulis | Ditayangkan 07 Sep 2018
Pola Asuh Anak Paling Tepat Untuk Orangtua yang Sibuk Bekerja Diluar Rumah
Sumber gambar terapianakku.com

Jangan sampai kesibukan orangtua malah menjauhkan orangtua dari anak, hingga tumbuh kembangnya tidak terpantau orangtua.

Setiap orangtua pasti memiliki pola asuh yang berbeda-beda untuk anak-anaknya.

Terlebih lagi untuk orangtua yang memiliki kesibukan diluar rumah sehingga tidak bisa secara langsung
mengawasi perkembangan buah hatinya.

Lantas bagaimana cara menerapkan pola asuh kepada anak untuk orangtua yang bekerja.

Yang perlu diperhatikan untuk orangtua yang bekerja, terutama untuk ibu.

1. Attachment (kelengketan)

Bukan dari segi fisik melainkan dari jiwa ke jiwa. Dengan kurangnya attachment ini, maka rangsangan ke otak juga berkurang. Saat discan, anak dengan attachment yang cukup akan lebih berwarna dibandingkan yang kurang.

2. Waktu

Waktu terbagi dua yaitu real time dan moment. Moment anak mulai berjalan, mulai bicara. Ada kebutuhan anak yang tidak dapat dipenuhi oleh ibu di sini.

3. Komunikasi

Saat anak beranjak dewasa, komunikasi biasanya lebih banyak menggunakan media HP. Tidak ada ekspresi yang bisa ditangkap.

Kita harus menyadari tiga poin yang hilang tersebut. Otak akan bekerja sesuai dengan kebiasaan terbentuk. Pada ibu yang bekerja, dalam otaknya mau tidak mau porsi pikirannya akan lebih didominasi oleh masalah pekerjaan. Akhirnya porsi anak juga akan jadi berkurang secara otomatis. Switching harus didorong oleh kesadaran yang besar, dukungan keluarga, dan upaya dari orang yang bersangkutan.

Bagaimana menyiasatinya?

1. Attachment

Saat pulang, ambillah jarak antara pekerjaan dengan tanggungjawab sebagai ibu atau ayah. Lepaskan semua beban pekerjaan di tempat kerja, entah itu tugas yang masih belum terselesaikan atau kemacetan di jalan yang membuat stres. Kita harus selalu ingat bahwa ketika diamanahi seorang anak, maka kita bertanggung jawab penuh pada Allah. Gunakan waktu untuk lebih banyak mengobrol, memeluk, membaca bahasa tubuh, dan mendengarkan perasaannya. Ini bukan masalah quality time versus quantity time. Tidak akan mungkin ada quality time tanpa ada quantity time.

2. Komunikasi

Harus pandai membaca bahasa tubuh dan menebak perasaannya agar anak merasakan adanya penerimaan.

30 menit sebelum sampai rumah, kita harus fokus. Tinggalkan semua pikiran tentang gadget.

Camkan dalam hati, ‘anakku sudah menunggu di rumah, anakku yang merupakan titipan dari Allah, anakku bisa saja sewaktu-waktu diambil oleh pemiliknya, saya harus memenuhi atau membayar waktu kala tidak berada di sampingnya.’

3. Waktu

Jika tubuh terlalu lelah sedangkan anak terlalu cranky, beri batasan pada anak, ‘Maaf ya, Nak. Ibu atau Ayah capek, kalau kamu begitu terus, ibu atau ayah bisa marah, sebentar ya.’ Lalu usahakan untuk cooling down diri sendiri, bisa dengan shalat, mandi, atau hal lainnya. Pikirkan lagi dalam-dalam bahwa hutang waktu pada anak harus dibayar.

Jika amat terpaksa menggunakan baby sitter, maka camkan dalam hati bahwa dia hanyalah asisten. Kita juga harus telusuri riwayat baby sitter dengan baik.

Bagaimana latar belakang keluarganya? Pola asuh ayah dan ibunya? Karena secara langsung akan memengaruhi caranya merawat anak kita.

Jangan lupa pula untuk cek HPnya untuk mengetahui adanya pornografi atau tidak. Hal yang terakhir adalah poin yang kerap terlewatkan pada kebanyakan keluarga saat ini.
SHARE ARTIKEL