Sebuah Kisah Perjalanan Bung Hatta, Bapak Negara Kita

Penulis duwi Pebrianti | Ditayangkan 24 Aug 2018
Sebuah Kisah Perjalanan Bung Hatta, Bapak Negara Kita
Sejarah perjalanan via alif.id

Bung Hatta merupakan salah satu pahlawan nasionalisme, selain itu beliau juga menjabat sebagai wakil presiden RI yang pertama. Ada banyak sekali kisah perjalanan hidup Bung Hatta.

Bung Hatta ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Dr. Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama Muhammad Athar, populer sebagai Bung Hatta; lahir di Fort de Kock atau bukit tinggi, tanggal 12 Agustus 1902, untuk sejarah perjalanan hidup Bung Hatta lebih lengkapnya lagi akan kami bahas sebentar lagi.

Mohammad Hatta merupakan tokoh yang sangat bersahaja bagi bangsa Indonesia, Bung Hatta dikenal sebagai seseorang yang sangat sederhana. Bung Hatta juga sudah melewati perjalanan hidup yang sangat panjang dan bersejarah, sekarang Bung Hatta juga dikenal sebagai Bapak Bangsa.

Kalau dibandingkan dengan Bung Karno, Bung Hatta agak lebih tidak terkenal, jujur saja. Ketika semua orang tahu seluk beluk mendetail tentang sang Putra. Sejarah dan Kisah Hidup Tokoh Dunia Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Dibawah inilah sebuah kisah sederhana sang bapak bangsa, biografi perjalanan Bung Hatta.

SEJARAH BIOGRAFI BUNG HATTA

Dr. (HC) Drs. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Pria yang akrab disapa dengan panggilan Bung Hatta ini merupakan pejuang kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Soekarno.

Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia.

Sebuah Kisah Perjalanan Bung Hatta, Bapak Negara Kita
Kisah hidup via news.detik.com

Bung Hatta berasal dari keluarga ulama Bukittinggi

Mohammad Hatta adalah anak kedua yang lahir dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha. Ayahnya merupakan seorang keturunan ulama tarekat di Batuhampar, dekat Payakumbuh, Sumatera Barat. Adapun ibunya berasal dari keluarga pedagang di Bukittinggi. Ia lahir dengan nama Muhammad Athar, Athar adalah kata dalam bahasa Arab yang artinya harum.

Sejak kecil, ia telah dididik dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat melaksanakan ajaran agama Islam. Ayahnya meninggal pada saat ia masih berumur tujuh bulan. Setelah kematian ayahnya, ibunya menikah dengan Agus Haji Ning, seorang pedagang dari Palembang, Haji Ning sering berhubungan dagang dengan Ilyas Bagindo Marah, kakeknya dari pihak ibu.

Bung Hatta belajar pengetahuan umum di sekolah milik Belanda dan belajar ilmu agama kepada ulama Bukittinggi

Mohammad Hatta pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah swasta. Setelah enam bulan, ia pindah ke sekolah rakyat. Namun, pelajarannya berhenti pada pertengahan semester kelas tiga. Ia lalu pindah ke ELS (Europeesche Lagere School: SD pada masa kolonial Belanda) di Padang  sampai tahun 1913, kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs: SMP pada masa kolonial Belanda) sampai tahun 1917.

Selain pengetahuan umum, ia telah ditempa ilmu-ilmu agama sejak kecil. Ia pernah belajar agama kepada Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad, dan beberapa ulama lainnya.

Hatta juga tertarik dengan perdagangan. Di Padang, ia mengenal pedagang-pedagang yang masuk anggota Serikat Usaha dan juga aktif dalam Jong Sumatranen Bond sebagai bendahara. Kegiatannya ini tetap dilanjutkannya ketika ia bersekolah di Prins Hendrik School. Mohammad Hatta tetap menjadi bendahara di Jakarta.

Bung Hatta melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Belanda dan memulai karir politiknya di sana

Kiprahnya di bidang politik dimulai saat tahun 1921 Hatta menetap di Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging.

Mulanya, organisasi tersebut hanyalah merupakan organisasi perkumpulan bagi pelajar, namun segera berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumu) bergabung dengan Indische Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Di Perhimpunan Indonesia, Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai bendahara pada tahun 1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Saat terpilih menjadi ketua PI, Hatta mengumandangkan pidato inagurasi yang berjudul “Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan”.

Dalam pidatonya, ia mencoba menganalisa struktur ekonomi dunia yang ada pada saat itu berdasarkan landasan kebijakan non-kooperatif. Hatta berturut-turut terpilih menjadi ketua PI sampai tahun 1930 dengan perkembangan yang sangat signifikan dibuktikan dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.

Sebagai ketua PI saat itu, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia dan sejak saat itu nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasionalis India, Jawaharhal Nehru.

Bung Hatta sempat menjadi tahanan saat menjalani studinya di Belanda

Aktivitas politik Hatta pada organisasi  menyebabkan dirinya ditangkap tentara Belanda. Ia dituduh telah menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda. Ia bukan satu-satunya pelajar yang ditangkap, bersamanya ada Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul madjid Djojodiningrat.

Selama lima setengah bulan mereka ditahan dan diinterogasi berulang kali sampai akhirnya diajukan ke sidang pengadilan. Bung Hatta menolak didampingi seorang pengacara, ia akan melakukan pembelaan oleh dirinya sendiri. Sidang di pengadilan akhirnya memutuskan bahwa tuduhan terhadap Bung Hatta dan rekan-rekannya tidak dapat dibuktikan. Akhirnya mereka dibebaskan setelah Bung Hatta berpidato dengan pidato pembelaan berjudul: Indonesia Free.

Sebuah Kisah Perjalanan Bung Hatta, Bapak Negara Kita
Bung Hatta via pedomanbengkulu.com

Bung Hatta pulang ke Indonesia membawa cita-cita Indonesia merdeka

Selanjutnya pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia dengan adanya pelatihan-pelatihan.

Pada tahun 1933, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores. Aksi ini menuai reaksi keras oleh Hatta. Ia mulai menulis mengenai pengasingan Soekarno pada berbagai media. Akibat aksi Hatta inilah pemerintah kolonial Belanda mulai memusatkan perhatian pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia dan menangkap pimpinan para pimpinan partai yang selanjutnya diasingkan ke Digul, Papua.

Bung Hatta diasingkan ke daerah-daerah terpencil oleh penjajah

Bung Hatta adalah salah satu tokoh partai Pendidikan Nasional Indonesia yang juga diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada masa pengasingan di Digul, Hatta aktif menulis di berbagai surat kabar. Ia juga rajin membaca buku yang ia bawa dari Jakarta untuk kemudian diajarkan kepada teman-temannya.

Selanjutnya, pada tahun 1935 saat pemerintahan kolonial Belanda berganti, Hatta dan Sjahrir dipindahlokasikan ke Banda Neira. Di sanalah, Hatta dan Sjahrir mulai memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, politik, dan lainnya.

Setelah delapan tahun diasingkan, Hatta dan Sjahrir dibawa kembali ke Sukabumi pada tahun 1942. Selang satu bulan, pemerintah kolonial Belanda menyerah pada Jepang. Pada saat itulah Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.

Bung Hatta turut mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia

Pada awal Agustus 1945, nama Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan Soekarno sebagai Ketua dan Hatta sebagai Wakil Ketua.

Sehari sebelum hari kemerdekaan dikumandangkan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengadakan rapat di rumah Admiral Maeda. Panitia yang hanya terdiri dari Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti tersebut merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya dengan tanda tangan Soekarno dan Hatta atas usul Soekarni.

Sebuah Kisah Perjalanan Bung Hatta, Bapak Negara Kita
Bapak bangsa via bintang.com

Bung Hatta menjadi Wakil Presiden RI

Pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan Timur 56 tepatnya pukul 10.00 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil Presiden.

Bung Hatta membina rumah tangga selang beberapa bulan setelah Indonesia merdeka

Pada 18 November 1945, Hatta menikah dengan Rahmi Hatta di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Tiga hari setelah menikah, mereka bertempat tinggal di Yogyakarta. Kemudian, dikarunai 3 anak perempuan yang bernama Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta.

Bung Hatta turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia

Berita kemerdekaan Republik Indonesia telah tersohor sampai Belanda. Sehingga, Belanda berkeinginan kembali untuk menjajah Indonesia. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik Indonesia dipindah ke Yogjakarta.

Ada dua kali perundingan dengan Belanda yang menghasilkan perjanjian linggarjati dan perjanjian Renville. Namun, kedua perjanjian tersebut berakhir kegagalan karena kecurangan Belanda.

Pada Juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan Belanda dan agar dihukum pada PBB. Banyaknya kesulitan yang dialami oleh rakyat Indonesia memunculkan aksi pemberontakan oleh PKI sedangkan Soekarno dan Hatta ditawan ke Bangka. Selanjutnya kepemimpinan perjuangan dipimpin oleh Jenderal Soedirman.

Perjuangan rakyat Indonesia tidak sia-sia. Pada tanggal 27 desembar 1949, Ratu Juliana memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia kepada Hatta.

Bung Hatta, Bapak Koperasi Indonesia

Setelah kemerdekaan mutlak Republik Indonesia, Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan.

Dia juga masih aktif menulis berbagai macam karangan dan membimbing gerakan koperasi sesuai apa yang dicita-citakannya. Tanggal 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato di radio mengenai hari jadi Koperasi dan selang hari lima hari kemudian dia diangkat menjadi Bapak Koperasi Indonesia.

Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil presiden

Pada tanggal 1 Desember 1956, rakyat Indonesia dikejutkan oleh keputusan beliau untuk meletakkan jabatannya sebagai wakil presiden. Pengunduran itu bukan semata-mata lantaran Bung Hatta tak merasa cocok dengan Bung Karno, tetapi juga karena menurutnya sikap DPR yang tidak menetapkan keduanya sebagai presiden dan wakil presiden dengan peranan seharusnya dalam kabinet presidensial.

Bung Hatta beserta keluarganya lalu pindah ke Jalan Diponegoro. Ketika memindahkan barang-barang ke rumah barunya, yang mula-mula diangkut beliau bukan perabot rumah tangga, melainkan buku-bukunya. Dari Jalan Merdeka Selatan 13, buku itu diikat jadi satu dalam tumpukan-tumpukan yang sesuai urutan semula dan sebagian bukunya dimasukkan ke dalam peti-peti alumunium yang masih tersimpan sejak dulu.

Sebuah Kisah Perjalanan Bung Hatta, Bapak Negara Kita
Biografi via vidio.com

Bung Hatta wafat dan dikenang bangsa Indonesia sebagai pahlawan

Pada tanggal 14 Maret 1980 Hatta wafat di RSUD dr. Cipto Mangunkusumo. Karena perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat besar, Hatta mendapatkan anugerah tanda kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” yang diberikan oleh Presiden Soeharto.

Setelah wafat, Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Proklamator kepada Bung Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama dengan mendiang Bung Karno. Pada 7 November 2012, Bung Hatta secara resmi bersama dengan Bung Karno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan Nasional.

Demikian kisah perjalanan hidup bapak bangsa yaitu Bung Hatta, begitu besar pengorbanannya utuk kemerdekaan bangsa ini, kita sebagai penerus bangsa Indonesia seharusnya memiliki jiwa dan semangat seperti Bung Hatta untuk mempertahankan Negara ini. Semoga bisa menambah pengetahuan Anda dan bermanfaat.
SHARE ARTIKEL