Anak Gunung Krakatau Meletus Dasyat, Berikut Rentetan Mengerikan Letusan Induk Krakatau yang Telah Terjadi

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 25 Jun 2018
Anak Gunung Krakatau Meletus Dasyat, Berikut Rentetan Mengerikan Letusan Induk Krakatau yang Telah Terjadi
Gambar anak Gunung Krakatau via nasional.tempo.co

Anak Gunung Krakatau menebar ancaman lagi...

Kali ini seperti yang terjadi sebelumnya... kami kupas rentetan sejarah mengerikan letusan anak Krakatau...

"Sejak tanggal 18 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas. Hingga saat ini tingkat aktivitasnya masih pada status Waspada (Level II), dengan rekomendasi masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 1 km dari kawah," demikian pernyataan yang disampaikan di situs Kementerian ESDM seperti dilansir wajibbaca.com dari detik.com, Sabtu (23/6/2018).

Informasi terbaru "Telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, Lampung," tulis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam laporan resmi yang disiarkan Magma Indonesia, Senin 25 Juni 2018.

Badan Geologi mencatat, letusan terjadi pada pukul 07.14 WIB, tinggi kolom abu letusan teramati lebih dari satu kilometer dari puncak Gunung Anak Krakatau atau lebih dari 1.305 meter dari permukaan laut.

"Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara," tulis PVMBG.

Berdasarkan data yang terekam pada seismograf di pos pengamatan Gunung Anak Krakatau, ampilutido erupsi tercatat 30 milimeter dan durasi selam lebih dari 45 detik.

"PVMBG merekomendasikan masyarakat dan wisatawan tidak boleh mendekati kawah dalam radius satu kiloemeter," tulis PVMBG.

Sejarah letusan gunung Krakatau

Anak Gunung Krakatau Meletus Dasyat, Berikut Rentetan Mengerikan Letusan Induk Krakatau yang Telah Terjadi
Gambar ilustrasi letusan krakatau via inovasee

Gunung Krakatau yang tidur panjang selama 200 tahun menggeliat. Ia tak sekadar meletus, melainkan meledakkan diri hingga hancur berkeping-keping.

Puncaknya terjadi Senin, 27 Agustus 1883, tepat pukul 10.20, Krakatau meletus dahsyat. Kekuatannya setara 150 megaton TNT, lebih 10.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Melenyapkan pulau dan memicu dua tsunami, dengan tinggi 40 meter, menewaskan lebih dari 35 ribu orang. Itu versi resmi silansir dari liputan6.com.

Sejumlah laporan menyebut, korban mencapai 120 ribu. Kerangka-kerangka manusia ditemukan mengambang di Samudera Hindia hingga pantai timur Afrika sampai satu tahun setelah letusan.

Suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai radius lebih dari 4.600 km hingga terdengar sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur.

Letusan tersebut masih tercatat sebagai suara letusan paling keras yang pernah terdengar di muka bumi. Siapapun yang berada dalam radius 10 kilometer niscaya menjadi tuli. The Guiness Book of Records mencatat bunyi ledakan Krakatau sebagai  bunyi paling hebat yang terekam dalam sejarah.

"Akibatnya tak hanya melenyapkan sebuah pulau beserta orang-orangnya, melainkan membuat mandeg perekonomian kolonial yang berusia berabad-abad," demikian ungkap Simon Winchester, penulis buku Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883.

Letusan Krakatau juga menciptakan fenomena angkasa. Lewat abu vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru.

Pasca letusan tersebut, Krakatau hancur sama sekali. Mulai pada 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau. Ia sangat aktif dan terus bertumbuh.

Anak Krakatau adalah 1 dari 100 gunung berapi yang terus dipantau NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1.

Ada dua alasan yang membuat NASA terus mengamati Anak Krakatau. Selain karena terus-menerus bererupsi, ini juga dilatarbelakangi faktor historis.
SHARE ARTIKEL