Seperti ini Cara Puji Kuswati Rayu 4 Anaknya Agar Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 14 May 2018
Seperti ini Cara Puji Kuswati Rayu 4 Anaknya Agar Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri
Foto via tribunnews.com

Pantas saja anak mereka nurut dan tergiur

Ternyata istri dari Dita atau yang bernama Puji sudah terdoktrin terlebih dahulu terlihat dari status facebook yang sering ia unggah, kemudian dengan cara seperti ini dengan mudahnya ia mendoktrin anak-anaknya menjadi teroris.

Kejadian mengerikan di tiga gereja Surabaya kemarin menjadi peristiwa begitu memilukan bagi semua orang.

Apalagi ketika siapa sosok pelaku bom bunuh diri itu akhirnya terungkap, satu keluarga yang terdiri dari 4 orang anak-anak dan dua diantara masih begitu belia.

Baca juga : Kapolri Ungkap Motif dan Alasan Pelaku Teroris Mengobrak-abrik Surabaya

Banyak yang tak menyangka, ketika orangtuanya sampai hati mengajak anaknya menjadi pelaku bom bunuh diri.

Ke 6 orang tersebut adalah :
  • Dita Oepriarto (47)
  • Puji Kuswati (43)
  • Yusuf Fadhil (18)
  • Firman Halim (16)
  • Fadhila Sari (12)
  • Famela Rizqita (9)

Seperti ini Cara Puji Kuswati Rayu 4 Anaknya Agar Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, pelaku ketiga serangan itu masih satu keluarga, keluarga Dita Supriyanto, yag merupakan warga Rungkut, Surabaya.

"Alhamdulilah, dari identifikasi sudah diketahui. Pelaku satu keluarga yang melakukan serangan ke tiga gereja," sebut Tito saat mendampingi Presiden RI Joko Wiedodo di RS Bhayangkara Polda Jatim, Minggu(13/5/2018) petang.

Tito menuturkan, Dita menyerang Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna dengan mengendarai mobil bermuatan peledak yang ditabrakkan ke gereja.

"Ledakan di gereja Jalan Arjuno ini yang paling besar," jelas Tito.

Selanjutnya, istrinya Puji Kuswati dan dua anaknya meledakkan bom di GKI di Jalan Diponegoro.

Dia datang ke gereja dengan berjalan kaki bersama dua anak perempuannya, Fadilah Sari (12) dan Pemela Riskika (9).

Puji bersama dua anak perempuannyha masuk ke gereja dengan membawa bom bunuh diri yang diikatkan di pinggang.

"Ciri sangat khas, korban rusak perutnya saja. Ibu meninggal, tapi juga ada korban masyarakat," terang Tito.

Sedangkan di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, bom bunuh diri dilakukan oleh dua anak laki-laki Dita.

Mereka adalah Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16).

Keduanya membawa bom dengan cara dipangku.

Mereka masuk ke gereja naik motor dan memaksa masuk, kemudian bom meledak dan keduanya tewas.

"Soal jenis bom apa, belum jelas. Tapi korban pecah dan ledakan besar," terang Tito.

Namun bagaimana caranya mengajak anaknya mau bunuh diri?

Baca juga : Berita Benar dan Hoax Tentang Bom di Surabaya dan Sidoarjo

Keseharian Keluarga Dita

Tinggal di Perumahan Wisma Indah, Jalan Wonorejo Asri XI, Blok K, Nomor 22, keluarga tersebut dikabarkan jarang bersosialisasi dua tahun terakhir.

Padahal, tiga tahun yang lalu Dita pernah menjadi ketua sub RT 2/RW 3, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut.

Ketua Sub RT adalah jabatan di bawah kepala RT dimana Sub RT hanya membawahi satu blok saja.

Jabatan Dita pun diganti oleh Adi, warga yang rumahnya hanya berjarak tujuh bangunan dari rumah Dita.

Adi tinggal di lingkungan tersebut sejak 2010. Sebelum itu, Dita dan keluarganya sudah terlebih dulu tinggal di lokasi tersebut.

"Orangnya tertutup. Identitas dia tidak pernah ditunjukan. Bahkan kepada RT," kata Adi saat ditemui di rumahnya, Minggu (13/5/2018).

Seperti ini Cara Puji Kuswati Rayu 4 Anaknya Agar Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri

Informasi soal Dita hanya diketahui dari cerita para tetangga.

Adi, misalnya, tahu bahwa orang tua dari salah satu pasangan istri itu berasal dari Banyuwangi.

Tapi ia tak tahu detail tentang latar belakang lain dari mereka.

Di luar itu, Adi mengenal Dita sebagai orang yang baik.

Tak tampak ada perilaku radikal darinya, juga keluarganya.

Meski tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar dua tahun terakhir, ia menunjukkan gelagat yang baik setiap kali keluar rumah.

"Jarang ketemu. Kalau ada kumpul-kumpul RT, dia tak pernah datang," ungkapnya.

Perilaku serupa juga ditunjukkan  istri dan anak-anaknya.

Menurut Adi, sejak dulu, istri dan anak-anaknya tidak pernah berkumpul dengan warga sekitar.

Mereka cenderung tertutup hidup di dalam rumah jika tak ada kegiatan keluar kampung.

"Rumah itu tidak ada tenggangganya yang pernah masuk. Dia kalau ke rumah saya, saya persilakan. Tapi dia tidak pernah (mengajak orang ke rumahnya)," tutur dia.

Pernah suatu ketika Adi punya perlu dengan Dita.

Ia pun mendatangi rumahnya, tapi rumah selalu dalam keadaan terkunci.

Ternyata, Sang Istri Sudah Terdoktrin Hal Ini

Ketika banyak yang penasaran bagaimana cara Dita mengajak anak dan istrinya menjadi pelaku.

Dilansir Sripoku.com dari laman Facebook sang istri, ternyata Dita terlebih dahulu memberikan doktrin kepada istrinya.

Hal itu terlihat dari beberapa postingan istrinya soal kehidupan setelah mati.

Seperti ini Cara Puji Kuswati Rayu 4 Anaknya Agar Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri

Benar saja, ketika istri sudah terpengaruh Dita dengan mudah mempengaruhi anaknya.

Ia terakhir mengunggah di akun Facebook-nya pada 2014 lalu.

Ditilik dari rekam jejak di beranda Facebook-nya, Puji juga pernah menulis beberapa status soal kehidupannya.

Terlebih, ia sering menuliskan status soal nasihat berbau islami, dan membahas soal kehidupan setelah kematian.

Baca juga : Pendapat 'Hati' Ketua FPI, Saat Gugatan HTI Tak Dikabulkan Pemerintah

Berikut beberapa diantaranya :


"Kesulitan di dunia tidak ada apa apanya dibandingkan kesulitan di negeri akherat. Yang memudahkan kita adalah kedekatan kita dengan ALLAH."

"Selalu mengigat ALLAH dan hari esok harus lebih baik. itulah moto bujang kecilku. Smg ALLAH menguatkanmu nak..."

"Banyak orang baik tapi kebaikanya hanya untuk dirinya sendiri bukan untuk ALLAH"

"Tidak diciptakan dua hati dalam satu wadah. Dan telah ditetapkan bahwa konsumsi hati adalah nilai nilai kebenaran dari ALLAH, jadi jika hati(qolbu) diberikan konsumsi selain nilai nilai kebenaran dr ALLAH maka ia akan bocor, tergoncang dan akhirnya rusak. Raih cinta dari ALLAH dg memberi konsumsi qolbu yg benar."

Seperti ini Cara Puji Kuswati Rayu 4 Anaknya Agar Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri

Rumah Jadi Tempat Latihan Silat

Nyaris tak ada gelagat yang menunjukkan keluarga Dita berpaham radikal

Sang istri, yang dalam pengeboman menggunakan cadar, berpenampilan normal saja sehari-hari.

"Pakai kerudung, iya. Tapi tidak pakai cadar," tutur Adi.

Pernah dua tahun lalu rumah Dita dipakai untuk latihan silat orang-orang dari luar.

Adi mengetahuinya dari laporan satpam.

Ia pun tak pernah mengganggap hal itu sebagai hal yang mencurigakan.

Sebagai warga kampung itu, Dita bekerja tak tetap.

Dia pernah bekerja sebagai pembuat jamu. Kemudian, ia menjadi pembuat minyak kemiri.

"Dulu pernah limbahnya dibuang di got. Tetangga-tetangga marah," tambahnya.

Empat anak Dita pun masih bersekolah. Satu masih di jenjang SMA, satu jenjang SMP, dan dua jenjang SD.

Pelaku Bom Rusun Wonocolo

Kapolda Jatim Irjen pol Mahfud Arifin menyatakan bahwa yang meninggal dunia di lokasi ledakan Rusun Wonocolo, Taman, Sidoarjo bukanlah korban. Tapi pelaku.

"Mereka itu pelaku, bukan korban. Mereka akan melakukan aksi seperti di Surbaya," jawab Kapolda di lokasi ledakan, Senin (14/5/2018) dinihari.

Disebutnya, lokasi sudah berhasil diamankan oleh petugas. Termasuk tiga pelaku yang dalam keadaan tidak bernyawa di blok B lantai lima juga sudah selesai diperiksa.

"Pelakunya juga tinggal dievakuasi menuju rumah sakit. Termasuk beberapa barang buktinya," lanjut Kapolda.

Mereka disebut akan melakukan aksi pemboman tapi keburu meledak di tempat tinggalnya di blok B lantai lima Rusun Wonocolo.

Apakah ada kaitannya dengan aksi pemboman di Surabaya? Kapolda menyebut masih dalam penyelidikan. Tapi kemungkinan itu cukup kuat.

Seorang Penjual Kue

Pengurus Rusunawa Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo Lidya Susanti mengaku mengenal terduga pelaku peledak bom di rusunawa tersebut.

Penghuni yang tinggal di Lantai 5 blok B3 Rusunawa Wonocolo itu dikenal dengan nama Anton, warga asal Tandes, Surabaya.

"Kalo suaminya namanya Anton. Tapi kalau nama istrinya saya gak tahu. Mereka punya anak empat dan sudah tinggal di sini sejak 2015," ujar Lidya saat ditemui di lekasi.

Lidya mengungkapkan, Anton sehari-harinya dikenal sebagai tukang kue kelilingi. Sementara, istrinya biasa membuat kue di rumahnya untuk didagangkan suaminya.

Adapun kesehariannya, lanjut Lidya, keluarga tersebut dikenal baik. "Kalau sama saya suka menyapa. Tapi kalau info dari tetangga itu tertutup. Gakterlalu akrab paling suka ngobrol kalau bayar tagihan saja," kata Lidya.
SHARE ARTIKEL