Pahala Besar Buka Puasa yang Sering Ditinggalkan Tepat Saat Berbuka

Penulis Unknown | Ditayangkan 28 May 2018

Pahala Besar Buka Puasa yang Sering Ditinggalkan Tepat Saat Berbuka
foto via prayna.org

Buka puasa, kurma, nasi, es campur, sate, dll...

Beberapa orang mengambil pahala saat berbuka puasa ini, namun masih banyak yang lupa

Padahal sangat disayangkan kalau pahala sebedar ini nggak diambil

Memang disaat menjalankan puasa ramadhan, hal yang dinanti-nanti adalah ketika berbuka puasa.

Berbuka puasa, di waktu inilah kita bisa dan boleh makan sepuas-puasnya. Karena menahan lapar dan minum dari pagi.

Dan terkadang, banyak yang mempersiapkan makanan dengan porsi yang besar dan banyak untuk dihidangkan saat berbuka.

Padahal berbuka berlebihan itu tak baik, sebaiknya jika ada makanan lebih dianjurkan untuk memperhatikan orang miskin.

Kenapa harus memperhatikan orang miskin ketika berbuka? apa orang miskin itu tanggungan kita?

Nah, agar semua tahu berikut penjelasannya

Pentingnya Memperhatikan Orang Miskin Ketika Berbuka
Kadang sebagian kita berbuka dengan terlalu berlebihan dan itu banyak tersisa. Padahal di luar sana, banyak yang miskin yang lebih membutuhkan makan.

Lihatlah bagaimana keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat mencintai orang miskin.

Baca Juga : 3 Godaan Terbesar Saat Puasa yang Lebih Berat dari Lapar dan Haus

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat pada Abu Dzar Al Ghifari di mana Abu Dzar berkata,

أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.

“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau menasehatiku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia” (HR. Ahmad, 5:159. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Padahal kita diajarkan untuk memandang orang yang berada di bawah kita.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Itulah yang lebih pantas. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu.” (HR. Muslim, no. 2963).

Marilah kita semangat bersedekah demi membahagiakan mereka yang miskin di bulan Ramadhan ini.

Baca Juga : Menelan Ludah Bisa Membatalkan Puasa, Jika 3 Hal ini Luput


Dalam shahihain, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Qur’an kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.”  (HR. Bukhari, no. 3554 dan Muslim no. 2307)

Imam Syafi’i rahimahullah berkata,

“Aku sangat senang ketika melihat ada yang bertambah semangat mengulurkan tangan membantu orang lain di bulan Ramadhan karena meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga karena manusia saat puasa sangat-sangat membutuhkan bantuan di mana mereka telah tersibukkan dengan puasa dan shalat sehingga sulit untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka. 

Contoh ulama yang seperti itu adalah Al-Qadhi Abu Ya’la dan ulama Hambali lainnya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 301)

Dengan membantu mereka, kita juga akan mendapatkan doa-doa baik mereka,

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذَهِ اْلأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا: بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلاَتِهِمْ، وَإِخْلاَصِهِمْ

“Sesungguhnya Allah menolong ummat ini dengan sebab orang-orang lemah mereka di antara mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka” (HR. An Nasa’i, no. 3178. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
SHARE ARTIKEL